FITNESS & HEALTH

Prevalensi Gangguan Mata Anak Meningkat, Deteksi dan Intervensi Dini jadi Langkah Penting

Medcom
Rabu 16 April 2025 / 12:10
Jakarta: Gangguan mata tidak mengenal usia! International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) mencatat, 90 juta anak dan remaja di seluruh dunia (usia 0-19 tahun) hidup dengan gangguan penglihatan. Sementara di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan, prevalensi gangguan penglihatan pada anak usia sekolah 5-19 tahun diperkirakan mencapai 10 persen.

Dr. Gusti G Suardana, SpM(K), Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics, menyampaikan, perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang.

"Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa. Deteksi dan intervensi dini sangat krusial karena sistem penglihatan anak berkembang pesat hingga usia 8 tahun, dan penanganan setelah periode kritis ini memberikan hasil kurang baik dan seringkali bersifat permanen," kata Dr. Gusti.

Baca juga: Kerap Terjadi pada Anak, Ini Tanda dan Pencegahan Leukemia

Kesehatan mata anak di Indonesia memang masih perlu mendapat perhatian khusus. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mendapati 0,6 persen anak Indonesia berusia di atas 1 tahun ternyata mengidap disabilitas penglihatan. Dari persentase tersebut, 11,7 persen bahkan perlu menggunakan alat bantu lihat.

Penyebab utamanya mencakup kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, retinopati prematuritas, katarak, kelainan okular bawaan, jaringan parut pada kornea, dan gangguan penglihatan serebral. Jika tidak ditangani, kondisi-kondisi tersebut dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan.

Memahami urgensi situasi ini, JEC Eye Hospitals and Clinics, eye care leader di Indonesia, kembali memperkenalkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC @ Kedoya.

"JEC meyakini bahwa perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak. Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa," kata Dr. Gusti.


Dr. Gusti mengatakan, Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa. Dok. Ist


Banyak aspek yang perlu diperhatikan: mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas medis dan tenaga profesional yang terlatih khusus.

"Karenanya, JEC CESC kini hadir sebagai one-stop service, yang memungkinkan pasien anak mendapatkan penanganan mata secara komprehensif—mulai dari pemeriksaan awal, diagnosis, hingga terapi lanjutan—semua dalam satu atap, tanpa berpindah lokasi," tambah Dr. Gusti.

Menempati keseluruhan lantai 4 di gedung RS Mata JEC @ Kedoya, CESC JEC dirancang istimewa untuk menangani pasien anak. Desain interior khusus (dari warna, ornamen dinding, hingga pilihan furniturnya) dan beraneka permainan anak turut menciptakan suasana yang menyenangkan guna mengurangi kecemasan selama menunggu antrian dan jeda menjalani proses pemeriksaan mata. Pusat layanan ini hadir mengedepankan kenyamanan dan keramahan bagi anak-anak.

CESC JEC diperkuat teknologi diagnostik canggih, meliputi RetCam Screening - untuk deteksi dini Retinopati Prematuritas (ROP) pada bayi prematur; Autorefraktometer Pediatrik -  untuk pemeriksaan gangguan refraksi tanpa memerlukan respons verbal anak; dan Synoptophore Test - untuk mengukur sudut strabismus (mata juling) guna penanganan yang lebih akurat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH