FITNESS & HEALTH
Akhir Tahun Ingin ke Luar Negeri? Ini Panduan Kesehatan Penting dari IDAI
A. Firdaus
Rabu 26 November 2025 / 16:08
Jakarta: Liburan akhir tahun tinggal beberapa hari lagi. Kendati tak sabar menanti, kamu juga harus waspada akan risiko penularan penyakit yang terjadi selama liburan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa risiko penularan penyakit bisa meningkat semasa liburan akhir tahun. Terutama pada anak-anak yang berlibur ke luar negeri bersama keluarga.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi IDAI Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K) menyampaikan pentingnya wisatawan memperhatikan penyebaran penyakit di negara atau wilayah tujuan sebelum berlibur ke mancanegara.
"Kita harus benar-benar mengetahui epidemiologi negara tujuan. Tanggung jawab kita adalah mencegah penyebaran penyakit, baik ke negara yang dikunjungi maupun saat kembali pulang," kata Dr. Martira melansir Antara.
Dr. Martira menyampaikan bahwa setiap negara memiliki pola penyebaran penyakit yang berbeda dan memberlakukan persyaratan vaksinasi yang berbeda bagi pendatang guna meminimalkan risiko penularan penyakit.
Kondisi lingkungan termasuk iklim, musim, suhu, dan kelembapan serta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan berpengaruh pada risiko penularan penyakit di negara tujuan perjalanan.
Risiko kesehatan selama perjalanan juga dipengaruhi faktor seperti polusi udara, akses ke layanan dan produk perawatan kesehatan, paparan penyakit menular, akses ke makanan dan air yang aman, standar sanitasi dan kebersihan, serta adat istiadat setempat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan orang-orang yang melakukan perjalanan memperhatikan risiko penularan penyakit akibat infeksi virus dengue dan virus zika, penyakit chikungunya, penyakit malaria, dan penyakit demam kuning.
Menurut dokter Martira, penularan penyakit seperti influenza, campak, hepatitis, kolera, dan tifoid juga perlu diwaspadai selama berlibur ke luar negeri. Sebagai gambaran, dia menyampaikan risiko akibat peningkatan angka kasus penyakit campak global dalam dua tahun terakhir.
"Bayangkan kalau satu saja tidak taat vaksinasi, itu dapat menjadi sumber wabah di negara lain. Karena itu diperlukan disiplin dan kepatuhan terhadap jadwal vaksinasi sebelum melakukan perjalanan," Dr. Martira menjelaskan.
"Remaja harus sudah lengkap status imunisasinya, karena itu sering menjadi syarat administrasi perjalanan, misalnya ketika mengurus visa," katanya.
Dia menyarankan para orang tua memeriksa status imunisasi anak dan berkonsultasi dengan dokter mengenai kebutuhan vaksinasi anak sebelum bepergian ke negara lain bersama keluarga. Selain itu, perlu pula mengecek syarat vaksinasi bagi pendatang yang diberlakukan di negara tujuan.
"Persiapan tidak bisa mendadak. Antibodi membutuhkan waktu untuk terbentuk, jadi idealnya vaksin diberikan empat hingga enam minggu sebelum berangkat," kata Dr. Martira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa risiko penularan penyakit bisa meningkat semasa liburan akhir tahun. Terutama pada anak-anak yang berlibur ke luar negeri bersama keluarga.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi IDAI Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K) menyampaikan pentingnya wisatawan memperhatikan penyebaran penyakit di negara atau wilayah tujuan sebelum berlibur ke mancanegara.
"Kita harus benar-benar mengetahui epidemiologi negara tujuan. Tanggung jawab kita adalah mencegah penyebaran penyakit, baik ke negara yang dikunjungi maupun saat kembali pulang," kata Dr. Martira melansir Antara.
Dr. Martira menyampaikan bahwa setiap negara memiliki pola penyebaran penyakit yang berbeda dan memberlakukan persyaratan vaksinasi yang berbeda bagi pendatang guna meminimalkan risiko penularan penyakit.
Kondisi lingkungan termasuk iklim, musim, suhu, dan kelembapan serta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan berpengaruh pada risiko penularan penyakit di negara tujuan perjalanan.
Beberapa faktor yang memengaruhi
Risiko kesehatan selama perjalanan juga dipengaruhi faktor seperti polusi udara, akses ke layanan dan produk perawatan kesehatan, paparan penyakit menular, akses ke makanan dan air yang aman, standar sanitasi dan kebersihan, serta adat istiadat setempat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan orang-orang yang melakukan perjalanan memperhatikan risiko penularan penyakit akibat infeksi virus dengue dan virus zika, penyakit chikungunya, penyakit malaria, dan penyakit demam kuning.
Menurut dokter Martira, penularan penyakit seperti influenza, campak, hepatitis, kolera, dan tifoid juga perlu diwaspadai selama berlibur ke luar negeri. Sebagai gambaran, dia menyampaikan risiko akibat peningkatan angka kasus penyakit campak global dalam dua tahun terakhir.
"Bayangkan kalau satu saja tidak taat vaksinasi, itu dapat menjadi sumber wabah di negara lain. Karena itu diperlukan disiplin dan kepatuhan terhadap jadwal vaksinasi sebelum melakukan perjalanan," Dr. Martira menjelaskan.
"Remaja harus sudah lengkap status imunisasinya, karena itu sering menjadi syarat administrasi perjalanan, misalnya ketika mengurus visa," katanya.
Dia menyarankan para orang tua memeriksa status imunisasi anak dan berkonsultasi dengan dokter mengenai kebutuhan vaksinasi anak sebelum bepergian ke negara lain bersama keluarga. Selain itu, perlu pula mengecek syarat vaksinasi bagi pendatang yang diberlakukan di negara tujuan.
"Persiapan tidak bisa mendadak. Antibodi membutuhkan waktu untuk terbentuk, jadi idealnya vaksin diberikan empat hingga enam minggu sebelum berangkat," kata Dr. Martira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)