FITNESS & HEALTH
Mengenal Gejala Cacar Api dan Cara Mencegahnya
Elang Riki Yanuar
Selasa 27 Agustus 2024 / 07:00
Jakarta: Cacar Api atau Herpes Zoster adalah ruam menyakitkan yang disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster yang juga menjadi penyebab cacar air. Setelah terinfeksi cacar air, virus varisela zoster kemudian dorman di dalam tubuh Anda.
Cacar Api paling sering diderita individu berusia di atas 50 tahun. Lebih dari 90% individu berusia di atas 50 tahun memiliki virus yang dapat menyebabkan Cacar Api.
dr. Nurwestu Rusetiyanti, M.Kes, SpDVE, SubspVen dari KSHI PERDOSKI menyebut jika cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster yang juga menjadi penyebab cacar air. Setelah terinfeksi, virus akan tetap berada di dalam tubuh dan menjadi inaktif. Beberapa tahun kemudian, virus tersebut dapat kembali aktif dan menjadi Herpes Zoster.
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh mulai melemah dan kemampuan untuk mencegah reaktivasi virus berkurang. Itulah penyebab meningkatnya risiko Herpes Zoster seiring bertambahnya usia.
"Lebih dari 90% orang dewasa memiliki virus varisela zoster yang dorman pada tubuh mereka. Usia memang menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh dan sebagian besar kasus Herpes Zoster terjadi pada individu dewasa berusia 50 tahun ke atas. 1,2," kata dr. Nurwestu Rusetiyanti.
Gejala awal cacar api dapat berupa rasa kesemutan atau rasa nyeri di area kulit, sakit kepala, atau merasa tidak enak badan. Biasanya, ruam melepuh dapat muncul beberapa hari kemudian di satu sisi tubuh saja.
Komplikasi umum dari cacar api adalah Post-Herpetic Neuralgia atau PHN yang dapat nyeri saraf jangka anjang yang dapat terjadi pada 5-30% dari semua kasus Herpes Zoster tergantung pada usia individu.
“Bisa seperti terasa ditusuk ribuan jarum nyerinya. Berlangsung hitungan minggu bahkan bulan. Bisa juga stroke dan juga kebutaan," kata Dr. dr. Paulus Sugianto, Sp.N, Sp.Sub NKI (K), FAAN dari Pokja Neuroinfeksi dan Neuroimmunologi PERDOSNI.
Salah satu upaya untuk mencegah cacar api adalah vaksinasi. Satuan tugas imunisasi dewasa bersama beberapa perhimpunan dokter spesialis menyebut pentingnya vaksinasi cacar api.
"Vaksin untuk cacar api ini direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di usia 18 tahun ke atas hingga usia lanjut. Untuk cara mengakses dan lain sebagainya, masyarakat bisa mengakses situs web Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)," kata Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI Dr. dr. Sukamto Koesnoe.
Satgas imunisasi dewasa telah memberikan informasi dan kolaborasi dengan para dokter spesialis lain, terutama yang berhubungan dengan vaksin multidisiplin terkait vaksin cacar api tersebut.
“Ini dilakukan untuk mencegah penyakit atau infeksi dengan pemberian vaksin. Selain itu, juga dilakukan telaah vaksin apakah cocok atau tidak dari para ahli dan mengacu pada tolak ukur atau benchmark dari seluruh dunia," ujarnya.
Hal serupa disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PAPDI Sally Aman Nasution. Dia menyebut pentingnya vaksin cacar api karena bakteri tersebut memiliki keistimewaan, yakni bisa aktif kapanpun imun tubuh seseorang sedang lemah, dan dapat dipicu oleh beberapa penyakit bawaan atau komorbid.
"Paradigma berpikir kita perlu diubah dari kuratif menjadi preventif. Kalau ada yang bisa dicegah ya kita cegah, atau minimal seperti secondary prevention, jangan sampai terkena lagi. Cacar api ini ada keistimewaan karena mekanismenya reaktivasi, sehingga vaksin ini memungkinkan kita bisa intervensi, jangan sampai masyarakat terkena herpes zoster," jelasnya.
Berdasarkan data, perempuan memiliki 19 persen peningkatan risiko terkena cacar api. Namun, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menemukan penyebab dari meningkatnya risiko cacar api dari jenis kelamin tersebut.
“Cacar api ini dapat mengganggu kualitas hidup apabila tidak dicegah, sehingga paradigma para pemangku kepentingan juga perlu diubah, tidak hanya fokus pada kuratif tetapi juga preventif. Ada satgas imunisasi karena ternyata banyak sekali penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi pada populasi dewasa. Ini yang belum banyak masyarakat paham," paparnya.
Beberapa obat antivirus juga sudah tersedia untuk mengobati cacar api guna mempersingkat durasi dan tingkat keparahan penyakit. Obat-obatan ini paling efektif jika seseorang mulai meminumnya sesegera mungkin dalam waktu kurang 72 jam setelah ruam muncul.
"Masyarakat tentu bisa mendatangi tempat layanan vaksin karena masih untuk orang dewasa. Selain edukasi, semoga info ini bisa menarik minat regulator terhadap pentingnya vaksin ini," tutup dr. Nurwestu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Cacar Api paling sering diderita individu berusia di atas 50 tahun. Lebih dari 90% individu berusia di atas 50 tahun memiliki virus yang dapat menyebabkan Cacar Api.
Gejala Cacar Api
dr. Nurwestu Rusetiyanti, M.Kes, SpDVE, SubspVen dari KSHI PERDOSKI menyebut jika cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster yang juga menjadi penyebab cacar air. Setelah terinfeksi, virus akan tetap berada di dalam tubuh dan menjadi inaktif. Beberapa tahun kemudian, virus tersebut dapat kembali aktif dan menjadi Herpes Zoster.
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh mulai melemah dan kemampuan untuk mencegah reaktivasi virus berkurang. Itulah penyebab meningkatnya risiko Herpes Zoster seiring bertambahnya usia.
"Lebih dari 90% orang dewasa memiliki virus varisela zoster yang dorman pada tubuh mereka. Usia memang menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh dan sebagian besar kasus Herpes Zoster terjadi pada individu dewasa berusia 50 tahun ke atas. 1,2," kata dr. Nurwestu Rusetiyanti.
Gejala awal cacar api dapat berupa rasa kesemutan atau rasa nyeri di area kulit, sakit kepala, atau merasa tidak enak badan. Biasanya, ruam melepuh dapat muncul beberapa hari kemudian di satu sisi tubuh saja.
baca juga: Disebut Lebih Nyeri dari Melahirkan, Ini Penjelasan Cacar Api |
Komplikasi umum dari cacar api adalah Post-Herpetic Neuralgia atau PHN yang dapat nyeri saraf jangka anjang yang dapat terjadi pada 5-30% dari semua kasus Herpes Zoster tergantung pada usia individu.
“Bisa seperti terasa ditusuk ribuan jarum nyerinya. Berlangsung hitungan minggu bahkan bulan. Bisa juga stroke dan juga kebutaan," kata Dr. dr. Paulus Sugianto, Sp.N, Sp.Sub NKI (K), FAAN dari Pokja Neuroinfeksi dan Neuroimmunologi PERDOSNI.
Mencegah Cacar Api
Salah satu upaya untuk mencegah cacar api adalah vaksinasi. Satuan tugas imunisasi dewasa bersama beberapa perhimpunan dokter spesialis menyebut pentingnya vaksinasi cacar api.
"Vaksin untuk cacar api ini direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di usia 18 tahun ke atas hingga usia lanjut. Untuk cara mengakses dan lain sebagainya, masyarakat bisa mengakses situs web Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)," kata Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI Dr. dr. Sukamto Koesnoe.
Satgas imunisasi dewasa telah memberikan informasi dan kolaborasi dengan para dokter spesialis lain, terutama yang berhubungan dengan vaksin multidisiplin terkait vaksin cacar api tersebut.
“Ini dilakukan untuk mencegah penyakit atau infeksi dengan pemberian vaksin. Selain itu, juga dilakukan telaah vaksin apakah cocok atau tidak dari para ahli dan mengacu pada tolak ukur atau benchmark dari seluruh dunia," ujarnya.
Hal serupa disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PAPDI Sally Aman Nasution. Dia menyebut pentingnya vaksin cacar api karena bakteri tersebut memiliki keistimewaan, yakni bisa aktif kapanpun imun tubuh seseorang sedang lemah, dan dapat dipicu oleh beberapa penyakit bawaan atau komorbid.
"Paradigma berpikir kita perlu diubah dari kuratif menjadi preventif. Kalau ada yang bisa dicegah ya kita cegah, atau minimal seperti secondary prevention, jangan sampai terkena lagi. Cacar api ini ada keistimewaan karena mekanismenya reaktivasi, sehingga vaksin ini memungkinkan kita bisa intervensi, jangan sampai masyarakat terkena herpes zoster," jelasnya.
Berdasarkan data, perempuan memiliki 19 persen peningkatan risiko terkena cacar api. Namun, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menemukan penyebab dari meningkatnya risiko cacar api dari jenis kelamin tersebut.
“Cacar api ini dapat mengganggu kualitas hidup apabila tidak dicegah, sehingga paradigma para pemangku kepentingan juga perlu diubah, tidak hanya fokus pada kuratif tetapi juga preventif. Ada satgas imunisasi karena ternyata banyak sekali penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi pada populasi dewasa. Ini yang belum banyak masyarakat paham," paparnya.
Beberapa obat antivirus juga sudah tersedia untuk mengobati cacar api guna mempersingkat durasi dan tingkat keparahan penyakit. Obat-obatan ini paling efektif jika seseorang mulai meminumnya sesegera mungkin dalam waktu kurang 72 jam setelah ruam muncul.
"Masyarakat tentu bisa mendatangi tempat layanan vaksin karena masih untuk orang dewasa. Selain edukasi, semoga info ini bisa menarik minat regulator terhadap pentingnya vaksin ini," tutup dr. Nurwestu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)