FITNESS & HEALTH

Tak Ada Gejala Khusus bagi Pasien Varian Omicron Dewasa Muda

Raka Lestari
Selasa 22 Februari 2022 / 18:13
Jakarta: Varian Omicron sampai saat ini masih menjadi varian dominan yang beredar di masyarakat. Berbeda dari sebelumnya, Varian Omicron ini memang memiliki tingkat penularan yang lebih cepat.

Siapapun bisa terinfeksi Varian Omicron ini, termasuk juga pada kelompok dewasa muda. Meski memang, sebagian besar kasus dewasa muda memiliki gejala yang ringan atau bahkan tanpa gejala.

Lalu timbul pertanyaan, jika terjadi pada kelompok dewasa muda, apakah ada gejala khusus dari varian Omicron ini?

“Secara spesifik kita tidak ada data yang membedakan usia lansia dan non-lansia ya,” kata Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, dalam Keterangan Pers Mengenai Perkembangan Covid-19, pada Selasa, 22 Februari 2022.

Tapi, pada umumnya gejala yang paling sering ditemukan adalah sakit tenggorokan, hidung meler, keluhan sakit-sakit badan yang terasa, dan sedikit demam. Sementara sakit tenggorokan dan keluhan pegal-pegal disertai demam dan pilek menjadi gejala yang paling banyak ditemui.

“Kita jarang pada periode Varian Omicron ini mendapatkan gejala seperti hilangnya penciuman ataupun rasa kita. Mengenai berapa hari proses penyembuhannya, sangat tergantung karena setiap orang berbeda-beda,” tutur dr. Nadia.

Menurut dr. Nadia, pada pasien yang terinfeksi Omicron, namun tanpa gejala (OTG) ataupun gejala ringan, umumnya sekitar 5 hari proses penyembuhannya. Kendati demikian, ada juga yang sampai dengan 10 hari ataupun 14 hari gejala yang dirasakan hilang.

"Tapi kalau yang berat, tentunya sesuai dengan kondisi perawatan di rumah sakit,” ungkap dr. Nadia.

Meskipun Varian Omicron ini memiliki gejala yang lebih ringan, bukan berarti masyarakat abai. Kita harus waspada karena varian Omicron belum tentu menjadi varian yang terakhir.

“Apakah ini menjadi varian terakhir, kita tidak pernah tahu,” ujar dr. Nadia.

“Ingat bahwa mutasi adalah suatu hal yang alami dari virus, sehingga kemungkinan untuk bermutasi itu sangat mungkin terjadi. Tetapi apakah mutasi ini kemudian berdampak terhadap manusia sebagai host-nya sehingga menambah tingkat keparahan atau tingkat penularan, ini yang kita belum tahu,” tutup dr. Nadia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH