FITNESS & HEALTH
Kaleidoskop Kesehatan: 5 Isu Kesehatan Terbesar di 2025
Yatin Suleha
Selasa 09 Desember 2025 / 09:05
Jakarta: Selama tahun 2025 ini banyak isu kesehatan yang mencerminkan tantangan yang kompleks sekaligus kemajuan signifikan di bidang kesehatan.
Nah, untuk mengingat kembali, apa saja penyakit yang sempat menjadi perhatian di Indonesia kami telah membuat kaleidoskop kesehatan 2025, yang dikutip dari berbagai sumber.
.jpeg)
(Padel naik daun di 2025 ini. Foto: Dok. Istimewa)
Setelah covid-19 Teman Gaya ingat kan olahraga sepeda sempat mencuat hingga ada sepeda yang dibaderol Rp40 jutaan pun jadi idaman penyukanya.
Kali ini ada padel yang menjamur. Tren olahraga padel di Jakarta sangat pesat, dengan jumlah lapangan terus bertambah hingga diperkirakan lebih dari 200 lapangan saat ini (Desember 2025) dari sekitar 55 lapangan permanen di awal tahun.
Jakarta menjadi salah satu pusat padel di Indonesia, menawarkan berbagai jenis lapangan (indoor, outdoor, panoramic) dan fasilitas di berbagai wilayah seperti Jakarta Selatan dan Utara, menjadikannya olahraga yang mudah diakses dan sedang booming di kalangan masyarakat.
Dikutip dari Westfield Health tentang tren kesejahteraan menyebutkan bahwa social fitness menjadi salah satu fenomena global 2025. Orang memilih berolahraga bersama komunitas untuk meningkatkan motivasi.

(Stunting di Indonesia menunjukkan tren penurunan signifikan di tahun 2025, mencapai 19,8% (turun dari 21,5% di 2023) sesuai data SSGI 2024 yang dirilis Mei 2025. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kita patut mensyukuri bahwa stunting akhirnya menurun. Data menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 19,8% pada 2024, melampaui target tahun 2025 yang ditetapkan 18,8%, menunjukkan kemajuan signifikan berkat kerja keras bersama, namun target 2029 adalah 14,2% dengan fokus intervensi pada remaja putri dan ibu hamil untuk pencegahan dini.
Penurunan ini tidak merata, dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumut, NTT, dan Banten sebagai penyumbang kasus terbesar, dan upaya terus dilakukan untuk mempercepat penurunan dengan data akurat dan komitmen lintas sektor.
.jpg)
(Pada tahun 2025, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, dengan prevalensi tinggi (data 2023 menunjukkan 34,5% penduduk >18 tahun). Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kondisi di Indonesia menurut data dan laporan 2025 dari berbagai sumber menerangkan, walaupun prevalensi hipertensi pada usia 18+ turun menjadi 30,8% pada 2023 (dari 34,1% di 2018), tekanan darah tinggi mulai muncul pada usia muda (10,7% pada usia 18-24 tahun dan 17,4% pada 25-34 tahun).
Kasus obesitas di Indonesia meningkat dari 10,5% (2007) menjadi 21,8% (2018) dan digolongkan penyakit kronis yang butuh intervensi serius.
Hipertensi mengancam remaja usia produktif, menempatkan Indonesia di peringkat lima dunia terkait ancaman ini. Penyebabnya pola makan tinggi garam, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan polusi udara berkontribusi pada peningkatan hipertensi.
Obesitas meningkatkan risiko hipertensi karena memicu peningkatan hormon pengatur tekanan darah dan aliran darah jaringan, menjadikannya "pembunuh diam-diam" (silent killer).
.jpg)
(Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan meningkatkan Influenza A (terutama subtipe H3N2) yang menyebabkan lonjakan kasus ISPA, terutama di Jakarta dan wilayah lain. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada minggu ke-38 tahun 2025 atau sekitar awal Oktober, kasus influenza meningkat hingga 38 persen, dan diperkirakan akan terus meluas hingga awal tahun 2026.
Menanggapi tren ini, Halodoc lewat Indonesia Health Insights Report 2025 juga menyoroti tren dan perilaku kesehatan keluarga Indonesia, termasuk peningkatan penyakit musiman di penghujung tahun.
Fibriyani Elastria, Chief Marketing Officer Halodoc, menjelaskan bahwa periode akhir tahun selalu menjadi waktu dengan peningkatan signifikan pada penyakit pernapasan, terutama akibat perubahan cuaca dan peningkatan mobilitas masyarakat.
“Laporan Indonesia Health Insights Report 2025 dari Halodoc mencatat: 40% keluarga mengalami masalah kesehatan yang mengganggu rencana liburan akhir tahun mereka," beber Fibriyani.
"Menariknya, dampak gangguan kesehatan ini paling banyak dialami oleh ibu sendiri (32%) sebagai caregiver utama, diikuti oleh anak (28%). Artinya, ibu bukan hanya mengurus anggota keluarga yang sakit, tetapi sering kali juga menjadi pihak yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan di periode ini,” ujar Fibriyani.

(Sumatra Barat mencatat kasus demam tertinggi di antara tiga provinsi terdampak banjir dan longsor di Sumatra. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Dalam data Kemenkes, Sumatra Barat mencatat kasus demam tertinggi di antara 3 provinsi terdampak banjir dan longsor di Sumatra. Pada periode 25–29 November 2025, tercatat 376 kasus demam dari 5 Kabupaten: Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.
Keluhan kesehatan lain yang banyak dilaporkan meliputi myalgia 201 kasus, gatal 120 kasus, dispepsia 118 kasus, ISPA 116 kasus, hipertensi 77 kasus, luka 62 kasus, sakit kepala 46 kasus, serta diare dan asma masing-masing 40 kasus.
Di Sumatra Utara, pola serupa terjadi. Kabupaten Tapanuli Selatan mencatat 277 kasus demam, diikuti myalgia 151 kasus, gatal 150 kasus, dispepsia 94 kasus, ISPA 96 kasus, hipertensi 75 kasus, luka-luka 45 kasus, sakit kepala 23 kasus, diare 23 kasus, dan asma 3 kasus (periode 25 November–1 Desember 2025).
Sementara itu, Aceh menunjukkan pola berbeda. Dari data di Kabupaten Pidie Jaya (25–30 November 2025), keluhan tertinggi ialah luka-luka 35 kasus, disusul ISPA 15 kasus dan diare 6 kasus.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Agus Jamaludin, menyebut tingginya kasus demam menandakan kondisi lingkungan dan tempat tinggal yang belum pulih sepenuhnya pascabencana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Nah, untuk mengingat kembali, apa saja penyakit yang sempat menjadi perhatian di Indonesia kami telah membuat kaleidoskop kesehatan 2025, yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Olahraga komunitas yang makin populer
.jpeg)
(Padel naik daun di 2025 ini. Foto: Dok. Istimewa)
Setelah covid-19 Teman Gaya ingat kan olahraga sepeda sempat mencuat hingga ada sepeda yang dibaderol Rp40 jutaan pun jadi idaman penyukanya.
Kali ini ada padel yang menjamur. Tren olahraga padel di Jakarta sangat pesat, dengan jumlah lapangan terus bertambah hingga diperkirakan lebih dari 200 lapangan saat ini (Desember 2025) dari sekitar 55 lapangan permanen di awal tahun.
Jakarta menjadi salah satu pusat padel di Indonesia, menawarkan berbagai jenis lapangan (indoor, outdoor, panoramic) dan fasilitas di berbagai wilayah seperti Jakarta Selatan dan Utara, menjadikannya olahraga yang mudah diakses dan sedang booming di kalangan masyarakat.
Dikutip dari Westfield Health tentang tren kesejahteraan menyebutkan bahwa social fitness menjadi salah satu fenomena global 2025. Orang memilih berolahraga bersama komunitas untuk meningkatkan motivasi.
Baca Juga :
Kaleidoskop Beauty 2023: Model Rambut Butterfly, Skin Minimalism hingga Lip Cream Matte Glossy
2. Stunting turun

(Stunting di Indonesia menunjukkan tren penurunan signifikan di tahun 2025, mencapai 19,8% (turun dari 21,5% di 2023) sesuai data SSGI 2024 yang dirilis Mei 2025. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kita patut mensyukuri bahwa stunting akhirnya menurun. Data menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 19,8% pada 2024, melampaui target tahun 2025 yang ditetapkan 18,8%, menunjukkan kemajuan signifikan berkat kerja keras bersama, namun target 2029 adalah 14,2% dengan fokus intervensi pada remaja putri dan ibu hamil untuk pencegahan dini.
Penurunan ini tidak merata, dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumut, NTT, dan Banten sebagai penyumbang kasus terbesar, dan upaya terus dilakukan untuk mempercepat penurunan dengan data akurat dan komitmen lintas sektor.
3. Obesitas dan hipertensi
.jpg)
(Pada tahun 2025, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, dengan prevalensi tinggi (data 2023 menunjukkan 34,5% penduduk >18 tahun). Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Kondisi di Indonesia menurut data dan laporan 2025 dari berbagai sumber menerangkan, walaupun prevalensi hipertensi pada usia 18+ turun menjadi 30,8% pada 2023 (dari 34,1% di 2018), tekanan darah tinggi mulai muncul pada usia muda (10,7% pada usia 18-24 tahun dan 17,4% pada 25-34 tahun).
Kasus obesitas di Indonesia meningkat dari 10,5% (2007) menjadi 21,8% (2018) dan digolongkan penyakit kronis yang butuh intervensi serius.
Hipertensi mengancam remaja usia produktif, menempatkan Indonesia di peringkat lima dunia terkait ancaman ini. Penyebabnya pola makan tinggi garam, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan polusi udara berkontribusi pada peningkatan hipertensi.
Obesitas meningkatkan risiko hipertensi karena memicu peningkatan hormon pengatur tekanan darah dan aliran darah jaringan, menjadikannya "pembunuh diam-diam" (silent killer).
4. Jelang akhir tahun flu atau common cold menanjak
.jpg)
(Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan meningkatkan Influenza A (terutama subtipe H3N2) yang menyebabkan lonjakan kasus ISPA, terutama di Jakarta dan wilayah lain. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada minggu ke-38 tahun 2025 atau sekitar awal Oktober, kasus influenza meningkat hingga 38 persen, dan diperkirakan akan terus meluas hingga awal tahun 2026.
Menanggapi tren ini, Halodoc lewat Indonesia Health Insights Report 2025 juga menyoroti tren dan perilaku kesehatan keluarga Indonesia, termasuk peningkatan penyakit musiman di penghujung tahun.
Fibriyani Elastria, Chief Marketing Officer Halodoc, menjelaskan bahwa periode akhir tahun selalu menjadi waktu dengan peningkatan signifikan pada penyakit pernapasan, terutama akibat perubahan cuaca dan peningkatan mobilitas masyarakat.
“Laporan Indonesia Health Insights Report 2025 dari Halodoc mencatat: 40% keluarga mengalami masalah kesehatan yang mengganggu rencana liburan akhir tahun mereka," beber Fibriyani.
"Menariknya, dampak gangguan kesehatan ini paling banyak dialami oleh ibu sendiri (32%) sebagai caregiver utama, diikuti oleh anak (28%). Artinya, ibu bukan hanya mengurus anggota keluarga yang sakit, tetapi sering kali juga menjadi pihak yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan di periode ini,” ujar Fibriyani.
5. Demam pascabanjir Aceh dan Sumatra

(Sumatra Barat mencatat kasus demam tertinggi di antara tiga provinsi terdampak banjir dan longsor di Sumatra. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Dalam data Kemenkes, Sumatra Barat mencatat kasus demam tertinggi di antara 3 provinsi terdampak banjir dan longsor di Sumatra. Pada periode 25–29 November 2025, tercatat 376 kasus demam dari 5 Kabupaten: Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.
Keluhan kesehatan lain yang banyak dilaporkan meliputi myalgia 201 kasus, gatal 120 kasus, dispepsia 118 kasus, ISPA 116 kasus, hipertensi 77 kasus, luka 62 kasus, sakit kepala 46 kasus, serta diare dan asma masing-masing 40 kasus.
Di Sumatra Utara, pola serupa terjadi. Kabupaten Tapanuli Selatan mencatat 277 kasus demam, diikuti myalgia 151 kasus, gatal 150 kasus, dispepsia 94 kasus, ISPA 96 kasus, hipertensi 75 kasus, luka-luka 45 kasus, sakit kepala 23 kasus, diare 23 kasus, dan asma 3 kasus (periode 25 November–1 Desember 2025).
Sementara itu, Aceh menunjukkan pola berbeda. Dari data di Kabupaten Pidie Jaya (25–30 November 2025), keluhan tertinggi ialah luka-luka 35 kasus, disusul ISPA 15 kasus dan diare 6 kasus.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Agus Jamaludin, menyebut tingginya kasus demam menandakan kondisi lingkungan dan tempat tinggal yang belum pulih sepenuhnya pascabencana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)