Interval Peningkatan Kasus DBD Semakin Pendek
Jakarta: Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (P2PM) Dr. Imran Pambudi mengatakan bahwa interval puncak kasus demam berdarah (DBD) kian pendek. Ia menyebut disebabkan pengaruh cuaca.
Puncak interval peningkatan kasus DBD awalnya setiap 10 tahun sekali. Namun, kian memendek menjadi lima, bahkan tiga tahun. Hal ini dikarenakan perubahan cuaca yang tak menentu.
"Bahkan kalau di Jakarta itu tidak ada (intervalnya), setiap tahun pasti ada kasus demam berdarah. Jadi inilah yang saya kira perlu diwaspadai," ungkap Imam dalam ASEAN Dengue Day, Kamis, 27 Juni 2024.
Puncak kemarau di Indonesia menurut Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah sekitar bulan Agustus hingga September. Dr. Imran mengimbau untuk selalu waspada akan DBD, meskipun tengah kemarau.
"Apalagi nanti yang kami khawatirkan kalau hujannya seperti sekarang di Batam. Hujan sebentar cukup deras pada pagi hari, kemudian 3 hari atau seminggu nggak ada hujan lagi. Maka genangan-genangan air ini yang akan menjadi breeding places (tempat bertelur)," jelas Dr. Imran.
Angka kematian akibat DBD sejauh ini atau minggu ke-25 di 2024 adalah 869 kasus. Sedangkan, total kematian pada 2023 adalah 894 kasus. Sampai saat ini, terdapat 146 ribu kasus pada 2024 dan pada 2023 terdapat sekitar 114 ribu kasus.
Apakah DBD dapat dicegah?
Menurut Dr. Imran, perubahan iklim tidak dapat dikontrol maupun prediksi, apalagi dicegah. Namun, pencegahan DBD dapat dilakukan oleh masyarakat demi menekan angka kasus penyakit yang tak bisa dianggap sepele.
Setiap ada puncak kasus DBD, adanya intervensi, sehingga kasusnya turun. Kemudian, kasus mengalami kenaikan lagi, yang menandakan bahwa cara intervensi yang lama tidak lagi optimal.
Kita tak boleh diam untuk menekan angka DBD. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kita wajib melakukan pencegahan DBD dengan 3M Plus. Pencegahan 3M ini terdiri atas:
- Menguras, yaitu kegiatan menguras tempat yang sering menjadi penampungan air, seperti bak mandi, kendi, toren air, drum, dan lainnya.
- Menutup, yaitu kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
- Memanfaatkan kembali barang bekas yang bernilai ekonomis atau melakukan daur ulang terhadap barang yang berpotensi menjadi perkembangbiakan nyamuk.
Sementara itu, pada Plusnya menjadi bentuk upaya pencegahan tambahan, antara lain:
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
- Menggunakan obat anti nyamuk.
- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
- Gotong Royong membersihkan lingkungan.
- Periksa tempat-tempat penampungan air.
- Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup.
- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras.
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)