FITNESS & HEALTH
5 Mitos Soal Ibu Menyusui, Ternyata Begini Faktanya
Aulia Putriningtias
Minggu 17 Agustus 2025 / 06:31
Jakarta: Berbicara perihal menyusui seorang anak, keberhasilan menyusui bukan hanya hasil dari kemauan seorang ibu. Namun, juga kualitas dukungan yang tersedia. Masih banyak mitos beredar seputar ibu menyusui.
Menurut dokter kandungan dan ginekolog Charulata Bansal dalam Healthshots, mitos sosial, kurangnya dukungan sistemik, dan misinformasi dapat membuat ibu yang paling berkomitmen sekalipun meragukan diri mereka sendiri.
Baca juga: Serba-serbi Cara Meningkatkan Produksi ASI
Ada beberapa mitos paling umum tentang menyusui yang terus diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Adapun beberapa mitosnya, antara lain:
Masih beredar mitos bahwa jika tak segera menyusui anak saat lahir, maka ASI tidak akan keluar di kemudian hari. Padahal, laktogenesis yang terlambat adalah normal dan bukan kegagalan.
Dewan Penelitian Medis India (ICMR) dan Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa kolostrum, jenis ASI pertama, disekresikan dalam jumlah kecil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir selama beberapa hari pertama. ASI matang biasanya mulai diproduksi pada hari ke-3–5 setelah melahirkan.
Menyusui di rumah dan menyusui dini pada jam pertama kelahiran sangat meningkatkan hasil laktasi jangka panjang. ICMR menyarankan untuk memulai menyusui dalam 1 jam setelah melahirkan dan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

(Kemenkes menekankan pentingnya pemberian ASI, terutama kolostrum, segera setelah bayi lahir untuk kesehatan optimal bayi dan ibu. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Produksi ASI ditentukan oleh jaringan payudara yang berfungsi, bukan oleh ukuran payudara. Studi yang dilakukan dan dipublikasikan di Indian Journal of Paediatrics membuktikan bahwa ukuran payudara tidak berkorelasi dengan kemampuan laktasi.
ASI adalah sistem penawaran-permintaan, semakin banyak bayi mengisap, semakin banyak ASI yang dihasilkan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute of Nutrition, lebih dari 85 persen ibu mampu memproduksi ASI yang cukup, terlepas dari bentuk payudara atau tubuh mereka, jika mereka diajarkan teknik menyusui yang tepat.
Kebutuhan Nutrisi untuk Orang India dari ICMR menyarankan tambahan 500 kalori per hari untuk ibu menyusui.
Cairan, zat besi, kalsium, dan protein sangat penting, tetapi tidak ada bukti bahwa sebagian besar makanan "merusak" ASI, kecuali jika alergi terdeteksi pada bayi.
Antibodi dalam ASI membantu mengembangkan kekebalan bayi. WHO dan ICMR merekomendasikan bahwa pemberian ASI harus tetap dilanjutkan meskipun mengalami infeksi ringan seperti pilek, flu, atau demam, dengan tetap memperhatikan langkah-langkah higienis sederhana.
Ada beberapa pengecualian, misalnya, jika ibu sedang menjalani pengobatan tertentu atau menderita TB atau HIV aktif, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan saran khusus.
Ini adalah sebuah mitos yang masih sering terjadi. Menangis tidak selalu berkaitan dengan rasa lapar. Menurut panel pediatrik Unicef dan ICMR, rasa lapar hanyalah salah satu dari banyak alasan bayi menangis.
Periksa pertambahan berat badan dan popok basah, setidaknya 6-8 popok basah per hari menunjukkan asupan ASI yang cukup. Lonjakan pertumbuhan, yang terjadi pada usia 7-10 hari, 2-3 minggu, atau 6 minggu, dapat menyebabkan iritabilitas sementara dan cluster feeding.
Baca juga: Ke-6 Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Saat Ibu Sedang Menyusui
Itulah beberapa mitos yang masih diturunkan dari generasi ke generasi. Fakta pun sudah dipaparkan dan saatnya menurunkan pernyataan yang sebenar-benarnya untuk mendukung para ibu untuk menyusui si kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Menurut dokter kandungan dan ginekolog Charulata Bansal dalam Healthshots, mitos sosial, kurangnya dukungan sistemik, dan misinformasi dapat membuat ibu yang paling berkomitmen sekalipun meragukan diri mereka sendiri.
Baca juga: Serba-serbi Cara Meningkatkan Produksi ASI
Ada beberapa mitos paling umum tentang menyusui yang terus diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Adapun beberapa mitosnya, antara lain:
1. Jika tidak segera menyusui, ASI tidak akan keluar
Masih beredar mitos bahwa jika tak segera menyusui anak saat lahir, maka ASI tidak akan keluar di kemudian hari. Padahal, laktogenesis yang terlambat adalah normal dan bukan kegagalan.
Dewan Penelitian Medis India (ICMR) dan Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa kolostrum, jenis ASI pertama, disekresikan dalam jumlah kecil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir selama beberapa hari pertama. ASI matang biasanya mulai diproduksi pada hari ke-3–5 setelah melahirkan.
Menyusui di rumah dan menyusui dini pada jam pertama kelahiran sangat meningkatkan hasil laktasi jangka panjang. ICMR menyarankan untuk memulai menyusui dalam 1 jam setelah melahirkan dan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
2. Payudara kecil memiliki sedikit ASI

(Kemenkes menekankan pentingnya pemberian ASI, terutama kolostrum, segera setelah bayi lahir untuk kesehatan optimal bayi dan ibu. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Produksi ASI ditentukan oleh jaringan payudara yang berfungsi, bukan oleh ukuran payudara. Studi yang dilakukan dan dipublikasikan di Indian Journal of Paediatrics membuktikan bahwa ukuran payudara tidak berkorelasi dengan kemampuan laktasi.
ASI adalah sistem penawaran-permintaan, semakin banyak bayi mengisap, semakin banyak ASI yang dihasilkan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute of Nutrition, lebih dari 85 persen ibu mampu memproduksi ASI yang cukup, terlepas dari bentuk payudara atau tubuh mereka, jika mereka diajarkan teknik menyusui yang tepat.
3. Perlu ikut diet khusus untuk menyusui
Kebutuhan Nutrisi untuk Orang India dari ICMR menyarankan tambahan 500 kalori per hari untuk ibu menyusui.
Cairan, zat besi, kalsium, dan protein sangat penting, tetapi tidak ada bukti bahwa sebagian besar makanan "merusak" ASI, kecuali jika alergi terdeteksi pada bayi.
4. Tidak boleh menyusui saat tubuh sakit
Antibodi dalam ASI membantu mengembangkan kekebalan bayi. WHO dan ICMR merekomendasikan bahwa pemberian ASI harus tetap dilanjutkan meskipun mengalami infeksi ringan seperti pilek, flu, atau demam, dengan tetap memperhatikan langkah-langkah higienis sederhana.
Ada beberapa pengecualian, misalnya, jika ibu sedang menjalani pengobatan tertentu atau menderita TB atau HIV aktif, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan saran khusus.
5. Jika bayi menangis, karena hanya mendapat ASI sedikit
Ini adalah sebuah mitos yang masih sering terjadi. Menangis tidak selalu berkaitan dengan rasa lapar. Menurut panel pediatrik Unicef dan ICMR, rasa lapar hanyalah salah satu dari banyak alasan bayi menangis.
Periksa pertambahan berat badan dan popok basah, setidaknya 6-8 popok basah per hari menunjukkan asupan ASI yang cukup. Lonjakan pertumbuhan, yang terjadi pada usia 7-10 hari, 2-3 minggu, atau 6 minggu, dapat menyebabkan iritabilitas sementara dan cluster feeding.
Baca juga: Ke-6 Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Saat Ibu Sedang Menyusui
Itulah beberapa mitos yang masih diturunkan dari generasi ke generasi. Fakta pun sudah dipaparkan dan saatnya menurunkan pernyataan yang sebenar-benarnya untuk mendukung para ibu untuk menyusui si kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)