FITNESS & HEALTH
Program Gesid Sasar Remaja untuk Memutus Rantai Stunting
Sandra Odilifia
Selasa 15 Desember 2020 / 18:20
Jakarta: Permasalahan gizi masih menjadi ranjau yang menghambat perkembangan manusia di Indonesia, terutama remaja. Saat ini, Indonesia memiliki tiga beban (triple burden) masalah gizi yaitu gizi kurang, gizi lebih dan kekurangan zat gizi mikro. Permasalahan gizi yang masih terbilang kompleks ini tentunya harus segera ditangani untuk menuju generasi emas 2045.
Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergi berbagai pihak dan peran serta remaja dalam edukasi tentang gizi dan kesehatan, terutama bagi remaja putri. Remaja putri memegang peranan penting untuk memutus mata rantai stunting di Indonesia.
Mengingat remaja putri akan menjadi calon ibu di masa depan, diperlukan gizi yang baik sejak remaja untuk melahirkan generasi penerus yang sehat, cerdas dan berkualitas. Perlu kamu ketahui, kurangnya asupan gizi saat remaja dapat berdampak stunting pada anak di masa depan.
Senada dengan hal tersebut, Prof. Dr Ir. Sri Anna Marliyati, MSi, Ahli Gizi mengatakan tolak ukur kualitas hidup seseorang bergantung pada kondisi kesehatan pada usia remaja. Prof. Sri, yang juga Ketua Tim Ahli Pengembang Modul 'Gesid', mengatakan hal tersebut pada acara Virtual Talkshow dan Peluncuran Program Gesid, Upaya Edukasi Gizi & Kesehatan bagi Remaja SMP dan SMA.
Namun demikian, saat ini stunting masih menjadi sorotan. Diketahui sebanyak 1 dari 4 remaja mengalami stunting dan 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan.
"Permasalahan gizi ini sangat kronis di Indonesia karena nantinya akan terkait dengan bagaimana Indonesia akan tumbuh ke depan," ujar Karyanto Wibowo, selaku Sustainable Development Director Danone Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai perusahaan yang memiliki visi membawa kesehatan ke masyarakat, Danone Indonesia meluncurkan program edukasi Generasi Sehat Indonesia (Gesid) bagi remaja SMP dan SMA agar tercapai pemahaman yang lebih baik terhadap gizi seimbang, kesehatan reproduksi serta pembentukan karakter pada remaja.
Program Gesid yang dibangun bersama FEMA IPB ini telah melakukan pilot program di 10 sekolah menengah, dengan total 60 siswa menjadi Duta Gesid dan 20 guru pendamping dengan berbagai pelatihan, monitoring serta evaluasi.
Siswa SMP dan SMA dijadikan target sasaran, karena mereka tentunya akan menjadi warga negara yang produktif di masa depan. Dan produktivitas itu sangat ditentukan salah satunya oleh gizi dan kesehatan yang baik.
Para Duta Gesid akan melakukan edukasi kepada teman-teman sekolahnya melalui media sosial. Dalam program ini, ditemukan banyak sekali inovasi kreatif dari para remaja dalam melakukan edukasi peer-to-peer.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengedukasi gizi serta kesehatan pada remaja agar lebih terarah dan mudah dipahami. Untuk memudahkan sosialisasi program Gesid, terdapat buku panduan Gesid yang terdiri dari tiga pilar, yakni:
1. Aku Peduli: membantu remaja untuk mengenali tubuhnya, mulai dari ciri-ciri pubertas, merawat kesehatan reproduksi, hingga tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), dan bagaimana kondisi kesehatan saat mereka masih remaja. Cara ini akan memiliki dampak panjang di masa mendatang, saat mereka tumbuh dewasa dan menjadi orangtua.
2. Aku Sehat: memberikan pemahaman mengenai peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, serta gizi seimbang. Remaja diajak untuk mencermati kebutuhan gizi mereka, serta berbagai permasalahan gizi yang banyak terjadi pada remaja dan bagaimana menghindari atau mengatasinya.
3. Aku Bertanggung Jawab: mengajak remaja memahami permasalahan sosial seperti pernikahan dini dan dampaknya. Selain itu, pilar ini juga menjelaskan proses pembentukan karakter pada remaja untuk membantu mereka membangun karakter yang positif.
Diharapkan program ini bisa diimplementasikan ke semua sekolah tingkat SMP dan SMA di Indonesia, sehingga melahirkan Duta Gesid baru untuk generasi yang lebih maju.
Menurut drg. Kartini Rustandi, M. Kes Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, kunci dari suksesnya perbaikan gizi remaja adalah integrasi dan dukungan dari lintas sektor. Kemudian edukasi (Gesid) di sekolah merupakan salah satu wadah yang tepat mengingat pembelajaran dan kegiatan remaja cukup banyak di sekolah.
"Kita bisa menanamkan kebiasaan dan praktek perilaku makan serta hidup sehat di Sekolah. Semoga upaya yang kita lakukan untuk perbaikan gizi remaja dapat mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas," pungkas drg. Kartini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergi berbagai pihak dan peran serta remaja dalam edukasi tentang gizi dan kesehatan, terutama bagi remaja putri. Remaja putri memegang peranan penting untuk memutus mata rantai stunting di Indonesia.
Mengingat remaja putri akan menjadi calon ibu di masa depan, diperlukan gizi yang baik sejak remaja untuk melahirkan generasi penerus yang sehat, cerdas dan berkualitas. Perlu kamu ketahui, kurangnya asupan gizi saat remaja dapat berdampak stunting pada anak di masa depan.
Senada dengan hal tersebut, Prof. Dr Ir. Sri Anna Marliyati, MSi, Ahli Gizi mengatakan tolak ukur kualitas hidup seseorang bergantung pada kondisi kesehatan pada usia remaja. Prof. Sri, yang juga Ketua Tim Ahli Pengembang Modul 'Gesid', mengatakan hal tersebut pada acara Virtual Talkshow dan Peluncuran Program Gesid, Upaya Edukasi Gizi & Kesehatan bagi Remaja SMP dan SMA.
Namun demikian, saat ini stunting masih menjadi sorotan. Diketahui sebanyak 1 dari 4 remaja mengalami stunting dan 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan.
"Permasalahan gizi ini sangat kronis di Indonesia karena nantinya akan terkait dengan bagaimana Indonesia akan tumbuh ke depan," ujar Karyanto Wibowo, selaku Sustainable Development Director Danone Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai perusahaan yang memiliki visi membawa kesehatan ke masyarakat, Danone Indonesia meluncurkan program edukasi Generasi Sehat Indonesia (Gesid) bagi remaja SMP dan SMA agar tercapai pemahaman yang lebih baik terhadap gizi seimbang, kesehatan reproduksi serta pembentukan karakter pada remaja.
Program Gesid yang dibangun bersama FEMA IPB ini telah melakukan pilot program di 10 sekolah menengah, dengan total 60 siswa menjadi Duta Gesid dan 20 guru pendamping dengan berbagai pelatihan, monitoring serta evaluasi.
Siswa SMP dan SMA dijadikan target sasaran, karena mereka tentunya akan menjadi warga negara yang produktif di masa depan. Dan produktivitas itu sangat ditentukan salah satunya oleh gizi dan kesehatan yang baik.
Para Duta Gesid akan melakukan edukasi kepada teman-teman sekolahnya melalui media sosial. Dalam program ini, ditemukan banyak sekali inovasi kreatif dari para remaja dalam melakukan edukasi peer-to-peer.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengedukasi gizi serta kesehatan pada remaja agar lebih terarah dan mudah dipahami. Untuk memudahkan sosialisasi program Gesid, terdapat buku panduan Gesid yang terdiri dari tiga pilar, yakni:
1. Aku Peduli: membantu remaja untuk mengenali tubuhnya, mulai dari ciri-ciri pubertas, merawat kesehatan reproduksi, hingga tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), dan bagaimana kondisi kesehatan saat mereka masih remaja. Cara ini akan memiliki dampak panjang di masa mendatang, saat mereka tumbuh dewasa dan menjadi orangtua.
2. Aku Sehat: memberikan pemahaman mengenai peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, serta gizi seimbang. Remaja diajak untuk mencermati kebutuhan gizi mereka, serta berbagai permasalahan gizi yang banyak terjadi pada remaja dan bagaimana menghindari atau mengatasinya.
3. Aku Bertanggung Jawab: mengajak remaja memahami permasalahan sosial seperti pernikahan dini dan dampaknya. Selain itu, pilar ini juga menjelaskan proses pembentukan karakter pada remaja untuk membantu mereka membangun karakter yang positif.
Diharapkan program ini bisa diimplementasikan ke semua sekolah tingkat SMP dan SMA di Indonesia, sehingga melahirkan Duta Gesid baru untuk generasi yang lebih maju.
Menurut drg. Kartini Rustandi, M. Kes Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, kunci dari suksesnya perbaikan gizi remaja adalah integrasi dan dukungan dari lintas sektor. Kemudian edukasi (Gesid) di sekolah merupakan salah satu wadah yang tepat mengingat pembelajaran dan kegiatan remaja cukup banyak di sekolah.
"Kita bisa menanamkan kebiasaan dan praktek perilaku makan serta hidup sehat di Sekolah. Semoga upaya yang kita lakukan untuk perbaikan gizi remaja dapat mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas," pungkas drg. Kartini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)