FITNESS & HEALTH
Awas, Pemanis dalam Minuman Kemasan Bisa Mengancam Ginjal
Mia Vale
Senin 19 Agustus 2024 / 13:19
Jakarta: Boleh dibilang, minuman manis dalam kemasan sedang tren saat ini, plus digemari anak-anak dan remaja. Padahal, minuman manis ini kerap dikaitkan dengan penambahan berat badan, obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung.
Selain itu, penyakit ginjal, penyakit hati non-alkohol, kerusakan gigi dan gigi berlubang, serta asam urat, dan sejenis radang sendi. Dengan membatasi asupan minuman manis dapat membantu individu mempertahankan berat badan yang sehat dan memiliki pola makan yang sehat.
Minuman yang dimaniskan dengan gula merupakan segala cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula tambahan seperti gula merah, pemanis jagung, sirup jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, laktosa, sirup malt, maltosa, molase, mentah gula, dan sukrosa.
“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsep makanan ultra-olahan dan dampak negatifnya terhadap kesehatan,” jelas rekan penulis studi Casey M. Rebholz, PhD, MS, MNSP, MPH, dari Welch Center for Prevention, Epidemiology, dan Penelitian Klinis, Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.
Menurut bahasan yang dikutip dari laman CDC, mengonsumsi minuman manis dalam kemasan sudah menjadi hal biasa dalam persediaan makanan di banyak negara dan semakin banyak bukti yang mengaitkan konsumsi makanan ultra-olahan dengan dampak kesehatan yang merugikan.
Beberapa waktu belakangan ini, kesadaran tentang konsumsi gula berlebih mulai massif. Utamanya, tentang konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) yang menjadi perhatian serius di seluruh dunia.
Pasalnya efek dari minuman pemanis berlebih ini enggak kaleng-kaleng. Tidak hanya obesitas atau diabetes, konsumsi minuman berpemanis tinggi ini bisa menjadi awal dari kerusakan ginjal. Semua itu sudah pernah diteliti pada lebih dari 3.000 partisipan selama 8 tahun.

(Nama lain dari gula seperti sukrosa dan fruktosa juga perlu kamu perhatikan saat melihat komposisi minuman kemasan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Seperti dinukil dari laman resmi Kidney.org, jurnal Clinical Journal of te American Society of Nephrology tahun 2019, menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih melalui minuman berpemanis berasosiasi dengan peningkatan kerusakan ginjal kronis.
Sedangkan sebuah studi terbaru yang terbit tahun 2024 di JAMA Network Open juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini melibatkan 127.830 peserta tanpa riwayat penyakit ginjal kronis.
Hasinya menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari 1 porsi per hari minuman berpemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal.
Namun, tidak hanya meningkatkan risiko kerusakan ginjal kronis, kebiasaan mengonsumsi minuman manis juga meningkatkan risiko kematian pada pasien kerusakan ginjal kronis.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang terbit tahun 2022 dalam Clinical Kidney Journal. Riset ini melibatkan 3996 pasien penyakit ginjal kronis yang berpartisipasi dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional Amerika Serikat antara tahun 1994-2014.
Hasilnya, peningkatan konsumsi minuman manis sebanyak 1 porsi per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebesar 18 persen.
Nama lain dari gula seperti sukrosa dan fruktosa juga perlu kamu perhatikan saat melihat komposisi minuman kemasan. Penelitian yang terbit tahun 2016 dalam Journal of Insulin Resistance menunjukkan, sukrosa dan sirup jagung fruktosa tinggi, dapat memicu resistensi insulin dan meningkatkan kadar asam urat.
Kedua faktor tersebut berkontribusi dalam mempercepat kerusakan ginjal. Metabolisme fruktosa yang berbeda dari glukosa menyebabkan penumpukan produk akhir glikasi lanjut yang memicu stres oksidatif dan peradangan. Kondisi ini pada akhirnya bisa merusak sel-sel ginjal dan mengganggu fungsinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Selain itu, penyakit ginjal, penyakit hati non-alkohol, kerusakan gigi dan gigi berlubang, serta asam urat, dan sejenis radang sendi. Dengan membatasi asupan minuman manis dapat membantu individu mempertahankan berat badan yang sehat dan memiliki pola makan yang sehat.
Minuman yang dimaniskan dengan gula merupakan segala cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula tambahan seperti gula merah, pemanis jagung, sirup jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, laktosa, sirup malt, maltosa, molase, mentah gula, dan sukrosa.
Efek buruk bagi tubuh
“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsep makanan ultra-olahan dan dampak negatifnya terhadap kesehatan,” jelas rekan penulis studi Casey M. Rebholz, PhD, MS, MNSP, MPH, dari Welch Center for Prevention, Epidemiology, dan Penelitian Klinis, Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.
Menurut bahasan yang dikutip dari laman CDC, mengonsumsi minuman manis dalam kemasan sudah menjadi hal biasa dalam persediaan makanan di banyak negara dan semakin banyak bukti yang mengaitkan konsumsi makanan ultra-olahan dengan dampak kesehatan yang merugikan.
Beberapa waktu belakangan ini, kesadaran tentang konsumsi gula berlebih mulai massif. Utamanya, tentang konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) yang menjadi perhatian serius di seluruh dunia.
Pasalnya efek dari minuman pemanis berlebih ini enggak kaleng-kaleng. Tidak hanya obesitas atau diabetes, konsumsi minuman berpemanis tinggi ini bisa menjadi awal dari kerusakan ginjal. Semua itu sudah pernah diteliti pada lebih dari 3.000 partisipan selama 8 tahun.
Menjadi ancaman bagi ginjal

(Nama lain dari gula seperti sukrosa dan fruktosa juga perlu kamu perhatikan saat melihat komposisi minuman kemasan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Seperti dinukil dari laman resmi Kidney.org, jurnal Clinical Journal of te American Society of Nephrology tahun 2019, menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih melalui minuman berpemanis berasosiasi dengan peningkatan kerusakan ginjal kronis.
Sedangkan sebuah studi terbaru yang terbit tahun 2024 di JAMA Network Open juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini melibatkan 127.830 peserta tanpa riwayat penyakit ginjal kronis.
Hasinya menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari 1 porsi per hari minuman berpemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal.
Namun, tidak hanya meningkatkan risiko kerusakan ginjal kronis, kebiasaan mengonsumsi minuman manis juga meningkatkan risiko kematian pada pasien kerusakan ginjal kronis.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang terbit tahun 2022 dalam Clinical Kidney Journal. Riset ini melibatkan 3996 pasien penyakit ginjal kronis yang berpartisipasi dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional Amerika Serikat antara tahun 1994-2014.
Hasilnya, peningkatan konsumsi minuman manis sebanyak 1 porsi per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebesar 18 persen.
Nama lain gula
Nama lain dari gula seperti sukrosa dan fruktosa juga perlu kamu perhatikan saat melihat komposisi minuman kemasan. Penelitian yang terbit tahun 2016 dalam Journal of Insulin Resistance menunjukkan, sukrosa dan sirup jagung fruktosa tinggi, dapat memicu resistensi insulin dan meningkatkan kadar asam urat.
Kedua faktor tersebut berkontribusi dalam mempercepat kerusakan ginjal. Metabolisme fruktosa yang berbeda dari glukosa menyebabkan penumpukan produk akhir glikasi lanjut yang memicu stres oksidatif dan peradangan. Kondisi ini pada akhirnya bisa merusak sel-sel ginjal dan mengganggu fungsinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)