FITNESS & HEALTH
Depresi Berat Zhao Lusi, Sebenarnya Bagaimana Dampak Luka Bullying?
Yatin Suleha
Kamis 02 Januari 2025 / 17:10
Jakarta: Belakangan dunia media sosial sedang ramai dengan kasus aktris China Zhao Lusi. Ia mendadak viral setelah muncul kabar dirinya jatuh sakit usai mendapat perlakuan buruk dari agensinya.
Dalam foto yang beredar di media sosial, bintang 'Hidden Love' itu terlihat duduk di kursi roda dan kesulitan melakukan aktivitas sederhana. Dilaporkan Global Times, banyak yang mengaitkan kondisinya dengan afasia, gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara akibat kerusakan otak.
Sejak 2021 ia tengah berjuang dengan berbagai gejala seperti alergi, pneumonia, emfisema, pityriasis rosea, urtikaria, dan beberapa penyakit lainnya. Ia pun mendapatkan perawatan psikologis juga.
"Depresi adalah penyakit dan itu bukan lagi sesuatu yang dapat diatasi hanya dengan 'bersenang-senang' atau 'berbicara'," tulisnya di Sina Weibo, platform mirip X di China.
Ia mengingatkan masyarakat untuk memahami penyakit mental dan menghargai perawatan psikologis yang dijalaninya.
Bullying atau perundungan, sebuah perilaku agresif yang berulang, telah menjadi momok menakutkan bagi korbannya. Dampaknya yang menghancurkan tidak hanya melukai fisik, tetapi juga verbal dan non verbal, meninggalkan bekas luka mendalam pada jiwa dan pikiran.
Bullying fisik yang melibatkan kekerasan fisik seperti pemukulan, tendangan, atau pelecehan seksual, dapat menimbulkan luka fisik yang nyata. Korban dapat mengalami memar, luka, patah tulang, atau bahkan cedera yang lebih parah. Dampak fisik ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan dan kesejahteraan korban.

(Mengatasi dampak bullying adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu. Namun, dengan dukungan yang tepat, korban dapat pulih dari trauma dan membangun kembali harga diri mereka. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Bagaimana dengan luka yang terucap? Bullying verbal, meskipun tidak menimbulkan luka fisik, memiliki kekuatan yang sama untuk melukai. Penghinaan, ejekan, dan ancaman dapat menghancurkan harga diri korban, membuat mereka merasa tidak berharga dan tidak layak.
Dampak emosional dari bullying verbal dapat meninggalkan bekas luka yang bertahan lama, menyebabkan rasa rendah diri, depresi, dan kecemasan. Bullying tidak hanya berdampak fisik dan verbal, tetapi juga berdampak psikologis yang mendalam.
Korban bullying mungkin mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma. Mereka mungkin berjuang dengan rasa rendah diri, merasa terasing, dan memiliki kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Baca juga: Zhao Lusi Buka Suara Soal Masalah Kesehatan dan Kekerasan Fisik
"Dampak bullying pada kesehatan mental adalah masalah serius yang dapat memengaruhi korban di berbagai aspek kehidupan," kata seorang peneliti.
Bullying juga berdampak negatif pada kehidupan sosial korban. Mereka mungkin menarik diri dari teman dan keluarga, takut akan penghakiman atau pelecehan lebih lanjut. Bullying dapat merusak reputasi korban, mempersulit mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau membangun hubungan baru.
"Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang dianggap lebih lemah atau tidak berdaya," jelas seorang pakar.
Mengatasi dampak bullying adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu. Namun, dengan dukungan yang tepat, korban dapat pulih dari trauma dan membangun kembali harga diri mereka. Terapi, kelompok dukungan, dan pendidikan tentang bullying dapat membantu korban mengatasi luka fisik, verbal, dan non verbal yang diakibatkan oleh bullying.
"Penyebab bullying bisa berasal dari faktor individu, keluarga, lingkungan, sosial budaya, teknologi, psikologis dan mental, dan lain-lain," kata seorang ahli.
Dengan meningkatkan kesadaran tentang dampak bullying dan memberikan dukungan kepada korban, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua. Memutus siklus bullying dan mencegah dampaknya yang menghancurkan membutuhkan upaya bersama dari seluruh masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dalam foto yang beredar di media sosial, bintang 'Hidden Love' itu terlihat duduk di kursi roda dan kesulitan melakukan aktivitas sederhana. Dilaporkan Global Times, banyak yang mengaitkan kondisinya dengan afasia, gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara akibat kerusakan otak.
Sejak 2021 ia tengah berjuang dengan berbagai gejala seperti alergi, pneumonia, emfisema, pityriasis rosea, urtikaria, dan beberapa penyakit lainnya. Ia pun mendapatkan perawatan psikologis juga.
"Depresi adalah penyakit dan itu bukan lagi sesuatu yang dapat diatasi hanya dengan 'bersenang-senang' atau 'berbicara'," tulisnya di Sina Weibo, platform mirip X di China.
Ia mengingatkan masyarakat untuk memahami penyakit mental dan menghargai perawatan psikologis yang dijalaninya.
Dampak bullying: Menggali luka fisik, verbal, dan non verbal
Bullying atau perundungan, sebuah perilaku agresif yang berulang, telah menjadi momok menakutkan bagi korbannya. Dampaknya yang menghancurkan tidak hanya melukai fisik, tetapi juga verbal dan non verbal, meninggalkan bekas luka mendalam pada jiwa dan pikiran.
Bullying fisik yang melibatkan kekerasan fisik seperti pemukulan, tendangan, atau pelecehan seksual, dapat menimbulkan luka fisik yang nyata. Korban dapat mengalami memar, luka, patah tulang, atau bahkan cedera yang lebih parah. Dampak fisik ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan dan kesejahteraan korban.

(Mengatasi dampak bullying adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu. Namun, dengan dukungan yang tepat, korban dapat pulih dari trauma dan membangun kembali harga diri mereka. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Bagaimana dengan luka yang terucap? Bullying verbal, meskipun tidak menimbulkan luka fisik, memiliki kekuatan yang sama untuk melukai. Penghinaan, ejekan, dan ancaman dapat menghancurkan harga diri korban, membuat mereka merasa tidak berharga dan tidak layak.
Dampak emosional dari bullying verbal dapat meninggalkan bekas luka yang bertahan lama, menyebabkan rasa rendah diri, depresi, dan kecemasan. Bullying tidak hanya berdampak fisik dan verbal, tetapi juga berdampak psikologis yang mendalam.
Korban bullying mungkin mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma. Mereka mungkin berjuang dengan rasa rendah diri, merasa terasing, dan memiliki kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Baca juga: Zhao Lusi Buka Suara Soal Masalah Kesehatan dan Kekerasan Fisik
"Dampak bullying pada kesehatan mental adalah masalah serius yang dapat memengaruhi korban di berbagai aspek kehidupan," kata seorang peneliti.
Bullying juga berdampak negatif pada kehidupan sosial korban. Mereka mungkin menarik diri dari teman dan keluarga, takut akan penghakiman atau pelecehan lebih lanjut. Bullying dapat merusak reputasi korban, mempersulit mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau membangun hubungan baru.
"Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang dianggap lebih lemah atau tidak berdaya," jelas seorang pakar.
Mengatasi dampak bullying
Mengatasi dampak bullying adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu. Namun, dengan dukungan yang tepat, korban dapat pulih dari trauma dan membangun kembali harga diri mereka. Terapi, kelompok dukungan, dan pendidikan tentang bullying dapat membantu korban mengatasi luka fisik, verbal, dan non verbal yang diakibatkan oleh bullying.
"Penyebab bullying bisa berasal dari faktor individu, keluarga, lingkungan, sosial budaya, teknologi, psikologis dan mental, dan lain-lain," kata seorang ahli.
Dengan meningkatkan kesadaran tentang dampak bullying dan memberikan dukungan kepada korban, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua. Memutus siklus bullying dan mencegah dampaknya yang menghancurkan membutuhkan upaya bersama dari seluruh masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)