FITNESS & HEALTH
Ingin Tahu Stratifikasi Risiko Berpuasa Ramadan bagi Pengidap Diabetes? Cek di Sini
Medcom
Sabtu 01 April 2023 / 17:13
Jakarta: Perihal pengidap diabetes untuk berpuasa masih sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya, pengidap diabetes bisa menjalani puasa, asalkan mengetahui apakah diperbolehkan atau tidak.
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada pengidap diabetes, glukosa tersebut tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.
Kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penyandang diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin yang cukup, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Hal ini menjadikan glukosa menumpuk yang akhirnya menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah. Kondisi diabetes dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ tubuh. Jika tidak terkontrol dengan baik, diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang berisiko mengancam nyawa.
Jika kamu pengidap diabetes dan ingin berpuasa, sebaiknya cek dulu apakah kamu termasuk dalam kategori pengelompokkan/stratifikasi risiko yang mana. Stratifikasi risiko merupakan aspek penting dari semua rekomendasi diabetes dan Ramadan.
Pedoman dari IDF-DAR tahun 2021 membagi stratifikasi risiko berpuasa Ramadan bagi pengidap diabetes menjadi 3 tingkatan kategori, yaitu:
1. Risiko tinggi, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi tidak aman ( skor > 6 )
2. Risiko sedang, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi kurang aman ( skor 3,5 - 6 )
3. Risiko rendah, di mana ada kemungkinan berpuasa aman ( skor 0 - 3 )
Sistem penilaian untuk mengetahui risiko diabetes pun ditentukan berdasarkan kategori dan faktor. Untuk individu tertentu, setiap elemen risiko harus dinilai dan dihitung skornya. Skor yang didapatkan akan menentukan tingkat risiko keseluruhan bagi individu yang ingin berpuasa selama Ramadan.
Menurut dr. M. Ikhsan Mokoagow, M.Med.Sci, Sp. P. D., Subsp. E. M. D, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes
RS Pondok Indah, penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya jika:
- Kadar gula darah < 70 mg/dL
- Kadar gula darah > 300 mg/dL
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lainnya
Berbicara mengenai komplikasi, ada tiga hal yang menjadi tanda untuk berhati-hati jika kamu pengidap diabetes yang sedang berpuasa, antara lain:
Hipoglikemia adalah penurunan kadar gula darah di bawah kadar normal (kurang dari 70 mg/dl-3,9 mmol/l). Hiperglikemia adalah kenaikan gula darah di atas kadar normal (di atas 300 mg/dl-16,6 mmol/l) yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik. Kedua hal tersebut dapat terjadi pada penyandang diabetes yang berpuasa.
Gangguan tersebut terjadi ketika sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup glukosa, tubuh mulai membakar lemak untuk energi. Ketika tubuh membakar lemak, bukan glukosa, hal tersebut memproduksi limbah yang disebut keton.
Keton dapat membuat kondisi darah menjadi asam dan ini bisa menjadi hal yang berbahaya. Risiko ketoasidosis diabetik dapat meningkat lebih lanjut karena pengurangan insulin yang berlebihan dan berdasarkan asumsi bahwa asupan makanan berkurang selama sebulan.
Puasa selama bulan Ramadan dapat menyebabkan dehidrasi karena kurangnya asupan cairan serta cuaca panas dan lembap. Dehidrasi kemudian dapat menghasilkan viskositas atau kekentalan pada darah yang lebih tinggi, yang meningkatkan kemungkinan trombosis atau terjadinya bekuan darah.
Bagi penyandang diabetes yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan, penting untuk minum banyak air selama jam-jam non-puasa. Tetap terhidrasi dapat membantu mencegah dehidrasi dan komplikasi terkait
Komplikasi yang mungkin terjadi cukup mengkhawatirkan. Sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa selama bulan Ramadan, penyandang diabetes sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin, metabolik, dan diabetes.
Hal ini dikarenakan kondisi tubuh setiap penyandang diabetes berbeda-beda dan memerlukan penanganan atau terapi yang berbeda-beda pula. Jadi, sangat disarankan untuk kamu pengidap diabetes yang ingin berpuasa, berkonsultasi kepada dokter.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada pengidap diabetes, glukosa tersebut tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.
Kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penyandang diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin yang cukup, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Hal ini menjadikan glukosa menumpuk yang akhirnya menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah. Kondisi diabetes dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ tubuh. Jika tidak terkontrol dengan baik, diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang berisiko mengancam nyawa.
Jika kamu pengidap diabetes dan ingin berpuasa, sebaiknya cek dulu apakah kamu termasuk dalam kategori pengelompokkan/stratifikasi risiko yang mana. Stratifikasi risiko merupakan aspek penting dari semua rekomendasi diabetes dan Ramadan.
Pedoman dari IDF-DAR tahun 2021 membagi stratifikasi risiko berpuasa Ramadan bagi pengidap diabetes menjadi 3 tingkatan kategori, yaitu:
1. Risiko tinggi, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi tidak aman ( skor > 6 )
2. Risiko sedang, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi kurang aman ( skor 3,5 - 6 )
3. Risiko rendah, di mana ada kemungkinan berpuasa aman ( skor 0 - 3 )
Sistem penilaian untuk mengetahui risiko diabetes pun ditentukan berdasarkan kategori dan faktor. Untuk individu tertentu, setiap elemen risiko harus dinilai dan dihitung skornya. Skor yang didapatkan akan menentukan tingkat risiko keseluruhan bagi individu yang ingin berpuasa selama Ramadan.
Menurut dr. M. Ikhsan Mokoagow, M.Med.Sci, Sp. P. D., Subsp. E. M. D, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes
RS Pondok Indah, penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya jika:
- Kadar gula darah < 70 mg/dL
- Kadar gula darah > 300 mg/dL
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lainnya
Berbicara mengenai komplikasi, ada tiga hal yang menjadi tanda untuk berhati-hati jika kamu pengidap diabetes yang sedang berpuasa, antara lain:
1. Hipoglikemia dan hiperglikemia
Hipoglikemia adalah penurunan kadar gula darah di bawah kadar normal (kurang dari 70 mg/dl-3,9 mmol/l). Hiperglikemia adalah kenaikan gula darah di atas kadar normal (di atas 300 mg/dl-16,6 mmol/l) yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik. Kedua hal tersebut dapat terjadi pada penyandang diabetes yang berpuasa.
2. Ketoasidosis diabetikum
Gangguan tersebut terjadi ketika sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup glukosa, tubuh mulai membakar lemak untuk energi. Ketika tubuh membakar lemak, bukan glukosa, hal tersebut memproduksi limbah yang disebut keton.
Keton dapat membuat kondisi darah menjadi asam dan ini bisa menjadi hal yang berbahaya. Risiko ketoasidosis diabetik dapat meningkat lebih lanjut karena pengurangan insulin yang berlebihan dan berdasarkan asumsi bahwa asupan makanan berkurang selama sebulan.
3. Dehidrasi dan trombosis
Puasa selama bulan Ramadan dapat menyebabkan dehidrasi karena kurangnya asupan cairan serta cuaca panas dan lembap. Dehidrasi kemudian dapat menghasilkan viskositas atau kekentalan pada darah yang lebih tinggi, yang meningkatkan kemungkinan trombosis atau terjadinya bekuan darah.
Bagi penyandang diabetes yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan, penting untuk minum banyak air selama jam-jam non-puasa. Tetap terhidrasi dapat membantu mencegah dehidrasi dan komplikasi terkait
Komplikasi yang mungkin terjadi cukup mengkhawatirkan. Sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa selama bulan Ramadan, penyandang diabetes sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin, metabolik, dan diabetes.
Hal ini dikarenakan kondisi tubuh setiap penyandang diabetes berbeda-beda dan memerlukan penanganan atau terapi yang berbeda-beda pula. Jadi, sangat disarankan untuk kamu pengidap diabetes yang ingin berpuasa, berkonsultasi kepada dokter.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)