FITNESS & HEALTH

Studi Ungkap Efek Samping Sarapan yang Terlambat, Apakah Berbahaya?

Aulia Putriningtias
Senin 15 September 2025 / 14:07
Jakarta: Banyak dari kita terbiasa melewatkan sarapan atau menundanya hingga hampir siang hari, entah karena jadwal yang padat atau sekadar tidak merasa lapar. Namun, bagaimana jika penundaan itu ternyata lebih berbahaya daripada yang kita sadari?

Sebuah studi selama puluhan tahun yang dilakukan oleh para peneliti dari Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Universitas Manchester melacak hampir 3.000 orang dewasa berusia antara 42 dan 94 tahun selama periode 22 tahun. 

Baca juga: Jangan Lagi, Ya! Ini 5 Dampak Jika Kamu Melewatkan Waktu Makan

Studi tersebut mengungkapkan bahwa seiring bertambahnya usia, mereka mulai sarapan dan makan lainnya di dekat siang hari. Namun, mereka yang sarapan lebih awal memiliki tingkat kelangsungan hidup yang jauh lebih baik. 

Mereka yang sarapan lebih awal memiliki tingkat kelangsungan hidup 10 tahun hampir 90 persen, sementara mereka yang sarapan lebih siang angkanya turun menjadi sekitar 87 persen. Lebih spesifiknya, untuk setiap jam tambahan menunda sarapan, risiko kematian meningkat sebesar 8 hingga 11 persen.

Studi lain, yang diterbitkan dalam Journal of Cardiovascular Development and Disease, mendukung temuan ini. 

Studi tersebut menemukan bahwa melewatkan sarapan sama sekali berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan bahkan kematian akibat berbagai penyebab.

Dilansir dalam Healthshots, melewatkan waktu makan pertama juga dapat menyebabkan makan berlebihan di kemudian hari karena rasa lapar yang ekstrem. Ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan seiring waktu.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dapat mengurangi asupan kalori harian, dalam beberapa kasus hingga 400 kalori, yang mungkin membantu penurunan berat badan jangka pendek. 


(Melewatkan sarapan secara rutin dapat berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

Namun, sebagian besar pakar kesehatan sepakat bahwa pola makan seimbang dan konsisten lebih baik untuk kesehatan jangka panjang.
 

Mengapa waktu sarapan yang tepat begitu penting?


Semuanya bergantung pada jam internal tubuh, yakni ritme sirkadian. Sistem alami ini mengatur tidur, produksi hormon, dan metabolisme. Makan terlalu larut di pagi hari dapat mengganggu ritme ini, yang dapat berdampak negatif pada cara tubuh memproses nutrisi, menyimpan energi, dan mengatur nafsu makan.

Sederhananya, memulai jendela makan terlalu siang dapat membingungkan tubuh, membuatnya kurang efisien dalam menangani makanan dan lebih rentan terhadap masalah seperti ketidakseimbangan gula darah, peradangan, dan bahkan penyakit jantung.

Menariknya, studi tersebut mencatat bahwa orang yang cenderung sarapan terlambat sering kali memiliki masalah kesehatan lain. 

Masalah ini meliputi penyakit kronis, kualitas tidur yang buruk, kelelahan, kecemasan, dan bahkan depresi.

Pola tidur larut malam, yang umum terjadi pada orang yang suka begadang, juga berkontribusi pada rutinitas sarapan yang tertunda. Dalam beberapa kasus, sarapan terlambat merupakan gejala masalah kesehatan atau tidur yang lebih serius.

Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa sarapan bergizi di pagi hari mendukung kesehatan metabolisme, umur panjang, dan tingkat energi yang lebih baik. Mungkin tampak seperti perubahan yang kecil, tetapi mengubah waktu makan pertama ke pagi hari dapat memberikan manfaat jangka panjang.

Waktu sarapan terbaik untuk tubuh adalah dua jam setelah bangun tidur. 

Waktu makan yang terbaik menurut para peneliti adalah sekitar pukul 7-9 pagi. Jika pada waktu tersebut adalah yang baik, maka diperlukan untuk bangun tidur sekitar pukul 6-7 pagi.

Baca juga: 5 Menu Sarapan Sehat Warga Blue Zone, Rahasia Berumur Panjang

Itulah efek samping dari terlambatnya mengonsumsi sarapan hingga waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Jadi, Sobat Medcom jangan salah lagi dan menganggap enteng waktu sarapan, ya!


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH