FAMILY

Mengenal Growth Mindset pada Anak-Anak?

A. Firdaus
Selasa 14 Oktober 2025 / 11:20
Jakarta: Carol Dweck, PhD, seorang profesor psikologi di Universitas Stanford, dalam pidato Ted Talk-nya pada 2014 dan dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, growth mindset adalah cara pandang yang terbuka, bukan kaku, terhadap dunia dan posisi kita di dalamnya.

Hal ini adalah keyakinan bahwa, dengan waktu, usaha, dan latihan, kita dapat mengembangkan kemampuan kita pada dasarnya, bahwa bakat dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.

Konsep ini kontras dengan mindset tetap, seseorang percaya kemampuan lahir bawaan dan tidak bisa berubah. Growth mindset mendorong orang untuk melihat tantangan sebagai peluang belajar, bukan ancaman yang menghalangi kemajuan.

“Dalam istilah sederhana, saya memandang Growth Mindset sebagai gagasan bahwa kemampuan dan apa yang kita mampu lakukan selalu berubah dan berkembang, dan kita memiliki potensi untuk mengembangkannya,” kata Saumya Dave, MD, seorang psikiater bersertifikat dan penulis yang berbasis di New York City dalam Parents.
 
“Dan mereka bukan hal yang terbatas yang kita miliki sejak lahir. Ini adalah keterbukaan, fleksibilitas, dan pertumbuhan, bukan kekakuan,” tambahnya.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa growth mindset bukanlah bakat langka, melainkan sikap yang bisa dibangun melalui kebiasaan sehari-hari, seperti memuji usaha daripada hasil akhir.

"Pada tingkat yang ramah anak, growth mindset adalah ide bahwa kita selalu dapat belajar dan berkembang, bahkan di area di mana kita mungkin saat ini mengalami kesulitan,” kata Alexandra Eidens, penulis dan pencipta The Big Life Journal.

“Akar filosofi ini dapat ditelusuri kembali ke karya psikolog Jean Piaget yang menekankan pentingnya terlibat secara aktif dengan pengalaman baru untuk belajar dan berkembang,” tambah Eidens.

Dengan kata lain, anak-anak diajarkan bahwa otak mereka seperti otot yang semakin kuat saat dilatih, sehingga mereka tidak takut mencoba hal baru.

“Pola pikir kita seperti termostat. Kita dapat mengubah suhu termostat agar sesuai dengan kebutuhan kita. Pola pikir kita bekerja dengan cara yang sama,” jelas Mister Brown, pencipta program Choose Well dan pembicara motivasi serta konsultan untuk sekolah, perpustakaan, dan orang tua di seluruh negeri.

“Ubah dari ‘harus’ menjadi ‘bisa’ dan kita akan mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda,” tambah Brown.

Metafora ini sangat berguna untuk menjelaskan kepada anak-anak bahwa pikiran bisa 'diatur ulang' seperti alat sederhana di rumah.

Brown mengatakan metafora termostat adalah cara mudah untuk mengajarkan anak-anak memahami cara mengembangkan dan mengubah pola pikir mereka.

“Ketika kita ‘bisa,’ itulah saat kita akan membuat pilihan yang lebih baik dan hidup dengan lebih baik,” tekan Brown.

Dengan latihan ini, anak-anak belajar mengontrol emosi mereka sendiri yang membantu mereka menghadapi tekanan sekolah atau pertemanan dengan lebih tenang.

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH