FAMILY

Apakah Pandemi Covid-19 Meningkatkan Jumlah Kasus Preeklamsia?

Raka Lestari
Kamis 14 Oktober 2021 / 15:49
Jakarta: Preeklamsia merupakan kondisi yang sangat berbahaya pada ibu hamil (Bumil) dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada Bumil. Menurut Preeclampsia Foundation, preeklamsia terjadi pada sekitar 5-8 persen kehamilan. Dan pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang, apakah terjadi peningkatan jumlah kasus preeklamsia?

“Kabar baiknya adalah covid-19 ini sama sekali tidak dikaitkan dengan kejadian buruk pada ibu hamil. Satu-satunya yang pernah diangkat adalah prematuritas,” tutur dr. Aditya Kusuma, SpOG, Dokter Spesialis Kandungan RSIA Bunda dalam diskusi media: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin.

Tapi covid-19 juga bukan menyebabkan seorang ibu hamil mengalami kontraksi lebih dini. Isu prematuritas meningkat itu karena covid-19 yang berat, sehingga untuk meringankan beban tubuh ibunya terpaksa harus dilahirkan.

“Jika ditanya apakah covid-19 menyebabkan preeklamsia, jawabannya tidak ada kaitannya covid-19 dengan preeklamsia. Ini merupakan dua hal yang berbeda. Lalu apakah pasien hamil dengan covid-19 perlu melakukan deteksi preeklamsia? Jawabannya tidak karena covid-19 itu tidak meningkatkan kejadian preeklampsia,” kata dr. Aditya.

Untuk mencegah terjadinya preeklamsia, ibu hamil perlu melakukan gaya hidup yang sehat. Membiasakan diri berolahraga, dan selektif milih makanan.

"Kita makan bukan hanya memilih jenis makanan, tapi juga bagaimana makanan kita,” ujar dr. Aditya.

“Apakah kita menggoreng, merebus, atau mengukus makanan. Itu juga harus diperhatikan. Kemudian kapan makan, misalnya ngemil itu bukan suatu kebiasaan yang baik. Jadi ada baiknya, kalau pola makan itu intermittent fasting. Jangan dikit-dikit makan, itu juga tidak baik,” tutup dr. Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH