End Google Analytics -->
FAMILY

Tiger Parenting, Ketika Pengasuhan yang Ketat dan Otoritatif Menjadi Pilihan

Mia Vale
Selasa 25 Oktober 2022 / 10:00
Jakarta: Kelahiran seorang anak juga merupakan kelahiran orang tua. Ikatan yang mereka bagikan itu istimewa, namun metode pengasuhan yang berbeda dapat sangat memengaruhinya. Beberapa orang tua memilih metode pengasuhan yang ketat, sementara yang lain sabar dan lunak. 

Salah satu pola asuh yang ketat kepada anak adalah tiger parenting. Namun, sebagai orang tua ada baiknya mengenal cara pengasuhan satu ini dan pengaruhnya terhadap anak.

Pada dasarnya, tiger parenting mengacu pada metode pengasuhan yang ketat dan otoritatif yang dimaksudkan untuk membesarkan anak-anak yang berprestasi. Ini sering kali berarti meninggalkan acara menginap, pesta, dan kegiatan santai lainnya untuk fokus pada studi mereka. 

Ungkapan tiger parenting pertama kali diperkenalkan oleh penulis dan profesor hukum Amy Chua dalam bukunya, "Battle Hymn of the Tiger Mom." Novel ini mencerminkan pengasuhannya yang ketat yang didasarkan pada strategi tiger parenting. Chua mengatakan buku itu dimaksudkan untuk menjadi memoar daripada panduan cara, berbicara tentang pengalamannya menerapkan metode tiger parenting dengan putrinya sendiri dan transformasi akhirnya sebagai seorang ibu setelah pemberontakan putrinya. 

Nah, untuk tahu lebih jelas tentang tiger parenting, yuk, kita telusuri elemen-elemen yang menentukan pola asuh harimau, serta manfaat dan potensi kerugian dari gaya membesarkan anak yang ketat ini. 


(Anak-anak yang dibesarkan dengan metode tiger parenting diajarkan untuk terbiasa bekerja keras sejak usia dini. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Manfaat tiger parenting

Orang tua yang mempraktikkan metode tiger parenting percaya bahwa metode pengasuhan yang ketat bermanfaat bagi anak-anak dengan menyiapkan mereka untuk berhasil di masa depan. Selain itu, pemaparan dari laman Verywell Family menjelaskan, orang dewasa yang menggunakan strategi pengasuhan ini merasa bahwa dengan menetapkan standar yang tinggi, mereka menanamkan etos kerja yang kuat pada anak-anak. Pendekatan ini, pada gilirannya, secara ideal mendorong disiplin diri yang sering terbawa hingga dewasa.

Anak-anak yang dibesarkan dengan metode tiger parenting diajarkan untuk terbiasa bekerja keras sejak usia dini. Sementara, Chua menggambarkan tiger parenting dalam bukunya sebagai murni kekuasaan tegas. Penelitian menunjukkan ada ruang untuk strategi pengasuhan positif di antara banyak orang yang mempraktikkan pengasuhan ini. Termasuk bersikap hangat dan suportif dibandingkan dengan ketat secara eksklusif. Idealnya, orang tua menerapkan kedua aspek pola asuh tiger parenting dan tetap mendukung, meskipun anak didorong untuk bekerja keras.
 

Potensi risiko tiger parenting

Orang-orang yang mendukung tiger parenting percaya bahwa menetapkan harapan yang tinggi menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun, kritikus merasa gaya pengasuhan ini dapat membahayakan kesehatan mental anak-anak. Mereka yang dibesarkan dengan metode pengasuhan ini mungkin akan mengalami beberapa masalah harga diri karena tuntutan terus-menerus yang diberikan. Anak mungkin juga takut membuat kesalahan atau mengecewakan orang tua jika mereka merasa tidak memenuhi standar. 
Sebuah studi tahun 2013 menemukan anak-anak yang orang tuanya mempraktikkan strategi tiger parenting tidak lebih mungkin untuk mencapai kesuksesan akademis daripada rekan-rekan mereka yang orang tuanya menggunakan metode pengasuhan alternatif. Studi ini juga menentukan bahwa anak-anak ini lebih mungkin secara psikologis tidak dapat menyesuaikan diri, dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi.
 

Variasi tiger parenting

Jika kamu mencari gaya pengasuhan yang ketat tetapi menganggap tiger parenting terlalu intens, kamu mungkin bisa menerapkan pengasuhan otoritatif, di mana metode yang terdiri dari nilai-nilai serupa tetapi menawarkan lingkungan yang lebih mendukung secara emosional bagi anak-anak.

"Gaya otoritatif artinya bersikap tenang tetapi menetapkan batasan yang lebih baik daripada pola asuh yang otoriter dan permisif. Ketika kita menunjukkan kelembutan, terutama selama masa-masa stres, kita mencontohkan toleransi dan fleksibilitas frustrasi," jelas Dr. Allison Andrews, PsyD, pemilik praktik dan klinisi utama di Child Development Partners di Boston, MA. 

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif ini menyeimbangkan antara pola asuh permisif, yang merupakan pendekatan yang sangat lunak, dan pola asuh tiger parenting. Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh otoritatif biasanya menghormati orang tua mereka dengan baik sambil tetap bebas membuat keputusan sendiri dan menempuh jalan mereka sendiri.

Yang harus diperhatikan tiger parenting hanyalah salah satu dari banyak pendekatan untuk mengasuh anak. Ingat, apa yang mungkin berhasil untuk beberapa keluarga mungkin bukan pendekatan yang positif bagi yang lain, dan itu tidak masalah. Setiap orang tua tahu yang terbaik ketika membesarkan anak-anak mereka, jadi percayalah pada naluri sendiri tentang apa yang akan bekerja dengan baik untuk keluargamu.
(yyy)

MOST SEARCH