Jakarta: Ketika anak tumbuh menjadi lebih besar mungkin akan merasa ditolak oleh teman sebayanya. Seiring bertambahnya usia anak, orang tua akan menyadari betapa pentingnya lebih peduli lagi dengan emosional anak.
Anak-anak yang memasuki usia 5 tahun terkenal karena kejujurannya yang apa adanya. Anak belum sepenuhnya paham tentang etika sosial, seperti tidak menatap, menunjuk, atau membuat komentar yang tidak sepantasnya.
Hal ini disebabkan oleh anak hanya mengutarakan apa yang dilihatnya, mereka belum paham hal-hal yang berlaku dalam norma sosial.
Inilah kesempatan orang tua untuk menembangun kepercayaan diri anak agar merasa aman dengan teman sebaya.
Sebagai psikolog klinis swasta yang bekerja dengan anak-anak dan remaja memberikan cara-cara membangun kepercayaan diri anak yang bisa dilakukan oleh orang tua.
Baca juga: Memahami Pola Tulisan untuk Menentukan Gaya Belajar Anak
Untuk fokus membangun kepercayaan diri anak di rumah, pujilah keterampilannya secara spesifik, seperti “Saya sangat menghargai kreativitasmu dalam menciptakan permainan yang seru,” ingatlah bahwa pujian yang orang tua keluarkan harus tulus.
Jangan hanya mengatakan “bagus” secara berulang kali karena hal tersebut menjadi tidak berarti bagi anak.
.jpg)
(Pengalaman traumatis seperti bullying, kurangnya dukungan emosional keluarga, dan tidak adanya pujian serta pengakuan atas usaha anak adalah beberapa hal yang dapat menurunkan rasa percaya dirinya. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pada usia ini, anak-anak akan menyadari bahwa anak akan sama atau berbeda. Jadi, sebagai orang tua harus membiasakan untuk mengajarkan setiap orang memiliki keunikannya masing-masing.
Tanyakan pada anak apa yang membuatnya berbeda dari anak lain dan apa anak menyukai perbedaan tersebut atau tidak. Orang tua harus membiasakan untuk bersikap saling terbuka.
Jika anak dibully oleh teman sebayanya karena ia mungkin lebih spesial dari yang lain. Orang tua perlu membangun kepercayaan diri anak di rumah dan memperhatikan apa yang terjadi di luar rumah.
Amati interaksi anak dengan teman sebaya jika ada indikasi pembullyan segera lapor kepada guru. Selain itu, orang tua juga harus mengatakan afirmasi positif bahwa mereka dicintai apa adanya di keluarga.
Baca juga: Anak Patricia Gouw Jalani Terapi Khusus Pakai Helm 23 Jam
Tugas orang tua adalah membimbing anak melalui pertumbuhannya sebagai makhluk sosial, menargetkan kepercayaan diri dan membangun fondasi kestabilan emosi di rumah.
Orang tua harus hadir untuk anak dan merayakan apa yang ada di dalam diri anak. Saat mereka menemukan jati diri mereka adalah salah satu fase bahwa mereka dicintai dan istimewa.
Percayalah, hal ini adalah hal yang memiliki kekuatan besar untuk membangun kepercayaan diri anak kalau ia mempunyai keunikan dalam dirinya.
Secilllia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Anak-anak yang memasuki usia 5 tahun terkenal karena kejujurannya yang apa adanya. Anak belum sepenuhnya paham tentang etika sosial, seperti tidak menatap, menunjuk, atau membuat komentar yang tidak sepantasnya.
Hal ini disebabkan oleh anak hanya mengutarakan apa yang dilihatnya, mereka belum paham hal-hal yang berlaku dalam norma sosial.
Inilah kesempatan orang tua untuk menembangun kepercayaan diri anak agar merasa aman dengan teman sebaya.
Sebagai psikolog klinis swasta yang bekerja dengan anak-anak dan remaja memberikan cara-cara membangun kepercayaan diri anak yang bisa dilakukan oleh orang tua.
Baca juga: Memahami Pola Tulisan untuk Menentukan Gaya Belajar Anak
1. Puji dengan spesifik hal yang dilakukan anak
Untuk fokus membangun kepercayaan diri anak di rumah, pujilah keterampilannya secara spesifik, seperti “Saya sangat menghargai kreativitasmu dalam menciptakan permainan yang seru,” ingatlah bahwa pujian yang orang tua keluarkan harus tulus.
Jangan hanya mengatakan “bagus” secara berulang kali karena hal tersebut menjadi tidak berarti bagi anak.
2. Rayakan perbedaan pada orang lain
.jpg)
(Pengalaman traumatis seperti bullying, kurangnya dukungan emosional keluarga, dan tidak adanya pujian serta pengakuan atas usaha anak adalah beberapa hal yang dapat menurunkan rasa percaya dirinya. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pada usia ini, anak-anak akan menyadari bahwa anak akan sama atau berbeda. Jadi, sebagai orang tua harus membiasakan untuk mengajarkan setiap orang memiliki keunikannya masing-masing.
Tanyakan pada anak apa yang membuatnya berbeda dari anak lain dan apa anak menyukai perbedaan tersebut atau tidak. Orang tua harus membiasakan untuk bersikap saling terbuka.
3. Perhatikan interaksi mereka dengan teman sebaya
Jika anak dibully oleh teman sebayanya karena ia mungkin lebih spesial dari yang lain. Orang tua perlu membangun kepercayaan diri anak di rumah dan memperhatikan apa yang terjadi di luar rumah.
Amati interaksi anak dengan teman sebaya jika ada indikasi pembullyan segera lapor kepada guru. Selain itu, orang tua juga harus mengatakan afirmasi positif bahwa mereka dicintai apa adanya di keluarga.
Baca juga: Anak Patricia Gouw Jalani Terapi Khusus Pakai Helm 23 Jam
4. Berikan mereka alat untuk menghadapi
Tugas orang tua adalah membimbing anak melalui pertumbuhannya sebagai makhluk sosial, menargetkan kepercayaan diri dan membangun fondasi kestabilan emosi di rumah.
Orang tua harus hadir untuk anak dan merayakan apa yang ada di dalam diri anak. Saat mereka menemukan jati diri mereka adalah salah satu fase bahwa mereka dicintai dan istimewa.
Percayalah, hal ini adalah hal yang memiliki kekuatan besar untuk membangun kepercayaan diri anak kalau ia mempunyai keunikan dalam dirinya.
Secilllia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)