FAMILY
Mendidik Anak di Era Digital, Tantangan atau Peluang bagi Orang Tua? Ini Jawaban Psikolog
A. Firdaus
Rabu 08 Oktober 2025 / 16:10
Jakarta: Generasi anak yang lahir setelah tahun 2010 sering disebut sebagai digital natives, atau generasi yang sejak kecil sudah terpapar teknologi dan internet.
Mereka tumbuh di tengah arus informasi yang bergerak begitu cepat, di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tantangan terbesar bagi orang tua masa kini adalah bagaimana mendampingi anak dalam dunia digital tanpa kehilangan kendali atas tumbuh kembang mereka.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Analisa Widyaningrum M.Sc, M.Psi., orang tua tidak bisa sepenuhnya melepaskan anak dari teknologi. Gadget, internet, dan media digital adalah bagian dari kehidupan modern. Namun, yang perlu diingat adalah, perkembangan anak tetap harus berjalan sesuai usianya.
"Kalau kita lepas pengawasan, anak bisa menjadi korban dari teknologi, bukan pengguna yang bijak,” ungkap Analisa.
Peran orang tua adalah hadir dan memahami tahap perkembangan anak di setiap fase usia. Dengan begitu, teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendukung tumbuh kembang mereka, bukan sebaliknya.
Misalnya, di dua tahun pertama kehidupan si kecil, fokus utama adalah membangun kelekatan dan stimulasi dasar. Kemudian, pada usia lima tahun pertama, otak anak berkembang pesat dan membutuhkan stimulasi yang tepat. Di sinilah orang tua harus aktif berperan.
Menariknya, teknologi kini justru bisa menjadi alat bantu dalam proses stimulasi anak, jika digunakan dengan bijak.
"Kita bisa memanfaatkan musik, cerita, dan visual interaktif untuk membangun kedekatan dengan anak," ujarnya.
Contohnya, menonton video edukatif atau mendengarkan musik bersama sambil berdiskusi ringan tentang apa yang dilihat anak. Aktivitas sederhana ini dapat menstimulasi otak kanan, yang berhubungan dengan emosi dan empati. Sementara otak kiri yang berhubungan dengan logika dan berpikir kritis.
Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan bahwa anak yang aktif belajar musik memiliki peningkatan kemampuan kognitif hingga 34 persen, dibandingkan anak yang hanya berinteraksi pasif dengan teknologi.
Musik melatih konektivitas antara otak kanan dan kiri, sehingga anak lebih seimbang secara emosional dan intelektual. Misalnya, anak yang belajar bermain piano sejak usia dini tidak hanya mengasah musikalitasnya, tetapi juga kemampuan fokus, berpikir logis, dan daya ingatnya.
Pada akhirnya, menjadi orang tua di era digital bukan berarti menjauhkan anak dari teknologi, melainkan mengajarkan mereka untuk menggunakannya dengan sadar dan bermanfaat. Dengan pendampingan yang tepat, teknologi bisa menjadi jembatan bagi orang tua dan anak untuk tumbuh bersama, lebih dekat, kreatif, dan cerdas secara emosional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Mereka tumbuh di tengah arus informasi yang bergerak begitu cepat, di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tantangan terbesar bagi orang tua masa kini adalah bagaimana mendampingi anak dalam dunia digital tanpa kehilangan kendali atas tumbuh kembang mereka.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Analisa Widyaningrum M.Sc, M.Psi., orang tua tidak bisa sepenuhnya melepaskan anak dari teknologi. Gadget, internet, dan media digital adalah bagian dari kehidupan modern. Namun, yang perlu diingat adalah, perkembangan anak tetap harus berjalan sesuai usianya.
"Kalau kita lepas pengawasan, anak bisa menjadi korban dari teknologi, bukan pengguna yang bijak,” ungkap Analisa.
Baca Juga :
Cara Alyssa Soebandono Batasi Anak Gunakan Gawai
Peran orang tua adalah hadir dan memahami tahap perkembangan anak di setiap fase usia. Dengan begitu, teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendukung tumbuh kembang mereka, bukan sebaliknya.
Misalnya, di dua tahun pertama kehidupan si kecil, fokus utama adalah membangun kelekatan dan stimulasi dasar. Kemudian, pada usia lima tahun pertama, otak anak berkembang pesat dan membutuhkan stimulasi yang tepat. Di sinilah orang tua harus aktif berperan.
Menariknya, teknologi kini justru bisa menjadi alat bantu dalam proses stimulasi anak, jika digunakan dengan bijak.
"Kita bisa memanfaatkan musik, cerita, dan visual interaktif untuk membangun kedekatan dengan anak," ujarnya.
Contohnya, menonton video edukatif atau mendengarkan musik bersama sambil berdiskusi ringan tentang apa yang dilihat anak. Aktivitas sederhana ini dapat menstimulasi otak kanan, yang berhubungan dengan emosi dan empati. Sementara otak kiri yang berhubungan dengan logika dan berpikir kritis.
Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan bahwa anak yang aktif belajar musik memiliki peningkatan kemampuan kognitif hingga 34 persen, dibandingkan anak yang hanya berinteraksi pasif dengan teknologi.
Musik melatih konektivitas antara otak kanan dan kiri, sehingga anak lebih seimbang secara emosional dan intelektual. Misalnya, anak yang belajar bermain piano sejak usia dini tidak hanya mengasah musikalitasnya, tetapi juga kemampuan fokus, berpikir logis, dan daya ingatnya.
Pada akhirnya, menjadi orang tua di era digital bukan berarti menjauhkan anak dari teknologi, melainkan mengajarkan mereka untuk menggunakannya dengan sadar dan bermanfaat. Dengan pendampingan yang tepat, teknologi bisa menjadi jembatan bagi orang tua dan anak untuk tumbuh bersama, lebih dekat, kreatif, dan cerdas secara emosional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)