FAMILY

4 Cara Mencegah dan Memutus Siklus Toxic Parenting

Raka Lestari
Kamis 16 September 2021 / 11:20
Jakarta: Orang tua yang toxic datang dalam berbagai bentuk. Beberapa sangat jelas terlihat, sementara beberapa melakukannya dengan cara yang implisit dan lebih halus. Namun, semuanya sama: bersifat destruktif.

Berdasarkan survei Teman Bumil dan Populix pada 212 responden ibu berusia 20-35 tahun, 57 persen responden merasa dirinya adalah orang tua yang tegas, tetapi penyayang. Hal tersebut paling banyak ditunjukkan dengan memberikan pelukan dan ciuman kepada si Kecil.

“Bahkan toxic parents terkadang bisa penuh kasih, hangat, atau mengasuh. Mereka bersungguh-sungguh mencintai anaknya. Tetapi ingat, cinta melibatkan lebih dari sekadar perasaan yang diungkapkan. Cinta sejati terhadap anak-anak juga merupakan cara berperilaku,” papar Psikolog Klinis sekaligus Dosen Psikologi Islam IAIN Kediri, Tatik Imadatus Sa’adati, M. Psi., Psikolog.

Oleh karena itu, Tatik memberikan beberapa langkah yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah atau memutus pola asuh beracun, antara lain:
 

1. Minta maaf kepada anak


Jika orang tua sudah telanjur kehilangan kesabaran dan melakukan kesalahan, misal mengeluarkan kata cacian, mau tidak mau orang tua harus meminta maaf kepada anak. Selanjutnya, bicarakan dengan bahasa yang dipahami anak.

Ingatkan anak bahwa ibunya sangat mencintainya dan jelaskan kepadanya mengapa ibunya kehilangan kesabaran. Penting untuk menjelaskan bahwa situasi itu terjadi bukan karena si Kecil anak yang nakal.
 

2. Menurunkan ekspektasi


Ketika memiliki ekspektasi yang tinggi dan hal yang diinginkan tidak bisa terwujud, seseorang akan cepat lelah, lalu menjadi toxic parent. Meluangkan waktu untuk me-time adalah salah satu cara agar seorang ibu mampu menurunkan ekspektasinya. Ketika me-time, ia menerima bahwa kondisinya bisa lelah dan butuh waktu untuk memulihkan dirinya sendiri.
 

3. Mengelola stres


Dengan ekspektasi yang disesuaikan kondisi, maka seorang ibu akan lebih mudah untuk mengelola pikirannya, yang dapat menjadi sumber stresnya.
 

4. Bangun komunikasi efektif dengan pasangan


Berdasarkan survei, 68 persen responden mengakui bahwa kesibukan masing-masing sering menjadi pemicu konflik pasangan saat mengasuh si Kecil. Para ibu menyadari bahwa kurangnya istirahat dan bantuan suami untuk mengurus tugas rumah tangga menjadi dua faktor yang memengaruhi suasana hati ketika mengasuh anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH