FAMILY
Tak Hanya Genetik, Faktor Lingkungan juga Berperan di Balik Anak Pilih-pilih Makanan
Medcom
Kamis 21 Agustus 2025 / 11:11
Jakarta: Perilaku pilih-pilih makanan pada anak merupakan interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Meskipun penelitian menunjukkan adanya komponen turunan dalam kebiasaan makan selektif, masa balita justru menjadi periode kritis dimana lingkungan keluarga dapat memainkan peran penting dalam membentuk preferensi makanan.
Namun demikian, pendekatan yang efektif harus mempertimbangkan karakteristik individu anak, usia perkembangan, serta konteks sosial budaya keluarga, karena manifestasi perilaku ini bisa sangat bervariasi antar individu.
Studi tentang pilih-pilih makanan menunjukkan bahwa genetika merupakan faktor utama dalam kecenderungan pilih-pilih makan. Lingkungan anak mengembangkan keterampilan makannya tidak boleh dikesampingkan.
Baca juga: Amankah Susu Cokelat untuk Anak? Ini Fakta Gizinya
Pengaruh lingkungan perannya sangat besar, seperti bagaimana kebiasaan makan di rumah. Di sisi lain, lingkungan teman sebaya juga dapat memengaruhi pola makan sepanjang masa kanak-kanak hingga masa remaja.
Dilansir dari Parents dr. Nas mengatakan “Genetika mempengaruhi kecenderungan pemilih makanan, tetapi lingkungan juga penting. Masa balita adalah kesempatan krusial untuk mendukung anak-anak dengan kebiasaan makan pilih-pilih,”
Pendapat Dr. Nas didukung oleh Jaclyn Pederson, MHI, selaku Chief Executive Officer Feeding Matters, sebuah organisasi yang berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan makan pada anak-anak.
“Tanpa ragu ada hubungan genetik, tetapi saya pikir hanya mengandalkan genetik mengabaikan banyak hal yang perlu kita bicarakan,” katanya.
“Pilih-pilih makanan adalah fase umum pada balita, tetapi menyebutnya demikian tanpa mempertimbangkan nuansa lainnya dapat mengabaikan pengalaman keluarga dan menyulitkan identifikasi dini,” tambahnya.
Studi ini tidak menyiratkan bahwa pilih-pilih makan tidak bisa diubah, tetapi pengaruh genetik yang dominan dapat membuat perubahan perilaku menjadi lebih menantang, kata Dr. Nas.
“Jika perilaku sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat jarang terjadi, karena perilaku manusia sangat kompleks dan selalu merupakan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan, maka kita mungkin dapat memodifikasi lingkungan untuk membantu individu,” katanya.
“Namun, jika perilaku didominasi oleh faktor genetik, intervensi lingkungan mungkin perlu lebih presisi dan disesuaikan dengan individu.” ujar Dr. Nas.
Lingkungan berperan sebagai pendukung sepanjang perkembangan, kata Dr. Nas, menambahkan, “Picky eating bervariasi antar anak, usia, dan budaya, sehingga pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dalam konteks keluarganya,”
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Namun demikian, pendekatan yang efektif harus mempertimbangkan karakteristik individu anak, usia perkembangan, serta konteks sosial budaya keluarga, karena manifestasi perilaku ini bisa sangat bervariasi antar individu.
Studi tentang pilih-pilih makanan menunjukkan bahwa genetika merupakan faktor utama dalam kecenderungan pilih-pilih makan. Lingkungan anak mengembangkan keterampilan makannya tidak boleh dikesampingkan.
Baca juga: Amankah Susu Cokelat untuk Anak? Ini Fakta Gizinya
Pengaruh lingkungan perannya sangat besar, seperti bagaimana kebiasaan makan di rumah. Di sisi lain, lingkungan teman sebaya juga dapat memengaruhi pola makan sepanjang masa kanak-kanak hingga masa remaja.
Dilansir dari Parents dr. Nas mengatakan “Genetika mempengaruhi kecenderungan pemilih makanan, tetapi lingkungan juga penting. Masa balita adalah kesempatan krusial untuk mendukung anak-anak dengan kebiasaan makan pilih-pilih,”
Pendapat Dr. Nas didukung oleh Jaclyn Pederson, MHI, selaku Chief Executive Officer Feeding Matters, sebuah organisasi yang berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan makan pada anak-anak.
“Tanpa ragu ada hubungan genetik, tetapi saya pikir hanya mengandalkan genetik mengabaikan banyak hal yang perlu kita bicarakan,” katanya.
“Pilih-pilih makanan adalah fase umum pada balita, tetapi menyebutnya demikian tanpa mempertimbangkan nuansa lainnya dapat mengabaikan pengalaman keluarga dan menyulitkan identifikasi dini,” tambahnya.
Bisakah kamu mengubah seorang anak yang pilih-pilih makan?
Studi ini tidak menyiratkan bahwa pilih-pilih makan tidak bisa diubah, tetapi pengaruh genetik yang dominan dapat membuat perubahan perilaku menjadi lebih menantang, kata Dr. Nas.
“Jika perilaku sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat jarang terjadi, karena perilaku manusia sangat kompleks dan selalu merupakan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan, maka kita mungkin dapat memodifikasi lingkungan untuk membantu individu,” katanya.
“Namun, jika perilaku didominasi oleh faktor genetik, intervensi lingkungan mungkin perlu lebih presisi dan disesuaikan dengan individu.” ujar Dr. Nas.
Lingkungan berperan sebagai pendukung sepanjang perkembangan, kata Dr. Nas, menambahkan, “Picky eating bervariasi antar anak, usia, dan budaya, sehingga pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dalam konteks keluarganya,”
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)