FAMILY
Mencium Anak Tanpa Izin, Apakah Termasuk Grooming? Ini Penjelasan Ahli
Aulia Putriningtias
Sabtu 22 November 2025 / 07:15
Jakarta: Beberapa waktu lalu, di media sosial ramai terhadap polemik Gus Elham mencium anak-anak di bawah umur. Berbagai warganet merasa hal tersebut tidak pantas dan kerap menyebut sebagai grooming.
Salah satu yang meyakinkan netizen sosok tersebut melakukan child grooming adalah karena Gus Elham meminta seorang anak perempuan untuk menciumnya. Kalimat yang dilontarkan membuat orang-orang geram.
"Kamu kok nolak? Nda semua loh bisa," katanya dalam sebuah video.
Akibat kejadian tersebut, Gus Elham pun mengunggah video permintaan maafnya. Menurutnya, perbuatannya dianggap sebagai kekhilafan pribadi.
"Saya berkomitmen untuk memperbaiki diri dan menyampaikan dakwah dengan cara yang lebih bijak sesuai ajaran agama dan nilai-nilai akhlakul karimah," katanya.
Namun, berbicara mengenai kasus ini, apakah polemik tersebut dapat dikatakan sebagai child grooming? Menurut Psikolog Jovita Maria Ferliana, M. Psi., Psi, seseorang dikatakan child grooming dengan beberapa alasan.
Dalam psikologi, child grooming merujuk pada serangkaian perilaku terencana. Hal ini bertujuan membangun kedekatan emosional dengan anak untuk kemudian mengeksploitasi atau melakukan kekerasan seksual.
"Grooming bukan hanya satu tindakan tunggal, melainkan pola perilaku berulang yang memiliki ciri tertentu," ungkap Jovita beberapa waktu lalu.
Contoh perilakunya adalah mencari kesempatan untuk sering bersama anak tanpa pengawasan, memberi hadiah atau perhatian khusus, membangun rahasia dengan anak melakukan kontak fisik bertahap yang makin melanggar batas, memanipulasi anak agar bingung atau nyaman dengan pelanggaran batas.
"Karena itu, sebuah tindakan seperti mencium anak tidak otomatis dapat dikategorikan sebagai child grooming kecuali jika terbukti menjadi bagian dari pola yang lebih besar, mengandung niat manipulatif, atau melanggar batas-batas keselamatan anak," jelasnya.
Jovita menambahkan, terlepas dari niatnya, perilaku mencium anak dalam konteks apapun, perlu dikritisi dari perspektif perlindungan anak. Ada beberapa alasannya, antara lain:
Anak memiliki hak atas integritas tubuhnya. Sentuhan yang tidak diminta atau tidak sesuai konteks perlu dihindari.
Tokoh publik atau tokoh agama memiliki posisi yang dihormati, sehingga anak mungkin kesulitan menolak.
Praktik yang dulu dianggap wajar! kini dinilai tidak tepat karena kita lebih memahami risiko pelecehan.
Ketidaknyamanan masyarakat menunjukkan bahwa standar etis terhadap interaksi dengan anak sudah berubah.
"Dalam perspektif psikologi perkembangan, sentuhan pada anak harus memperhatikan consent (persetujuan) batasan budaya, dan keamanan emosional anak," tuturnya.
"Bila ada perilaku tokoh publik yang menimbulkan pertanyaan wajar bagi masyarakat untuk meminta klarifikasi dan memastikan bahwa interaksi dengan anak dilakukan dengan aman dan sesuai etika," imbuhnya.
Jadi, mencium anak memang tak otomatis adalah grooming, tetapi merupakan pelanggaran batas yang perlu dikoreksi. Hal ini terutama bila dilakukan oleh figur berpengaruh.
Sebagai orang dewasa, hal terpenting adalah memastikan setiap interaksi dengan anak aman. Tak hanya itu, orang dewasa perlu menghormati batas, dan tidak berpotensi disalahartikan atau membahayakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Salah satu yang meyakinkan netizen sosok tersebut melakukan child grooming adalah karena Gus Elham meminta seorang anak perempuan untuk menciumnya. Kalimat yang dilontarkan membuat orang-orang geram.
"Kamu kok nolak? Nda semua loh bisa," katanya dalam sebuah video.
Akibat kejadian tersebut, Gus Elham pun mengunggah video permintaan maafnya. Menurutnya, perbuatannya dianggap sebagai kekhilafan pribadi.
"Saya berkomitmen untuk memperbaiki diri dan menyampaikan dakwah dengan cara yang lebih bijak sesuai ajaran agama dan nilai-nilai akhlakul karimah," katanya.
Namun, berbicara mengenai kasus ini, apakah polemik tersebut dapat dikatakan sebagai child grooming? Menurut Psikolog Jovita Maria Ferliana, M. Psi., Psi, seseorang dikatakan child grooming dengan beberapa alasan.
Dalam psikologi, child grooming merujuk pada serangkaian perilaku terencana. Hal ini bertujuan membangun kedekatan emosional dengan anak untuk kemudian mengeksploitasi atau melakukan kekerasan seksual.
"Grooming bukan hanya satu tindakan tunggal, melainkan pola perilaku berulang yang memiliki ciri tertentu," ungkap Jovita beberapa waktu lalu.
Contoh perilakunya adalah mencari kesempatan untuk sering bersama anak tanpa pengawasan, memberi hadiah atau perhatian khusus, membangun rahasia dengan anak melakukan kontak fisik bertahap yang makin melanggar batas, memanipulasi anak agar bingung atau nyaman dengan pelanggaran batas.
"Karena itu, sebuah tindakan seperti mencium anak tidak otomatis dapat dikategorikan sebagai child grooming kecuali jika terbukti menjadi bagian dari pola yang lebih besar, mengandung niat manipulatif, atau melanggar batas-batas keselamatan anak," jelasnya.
Jovita menambahkan, terlepas dari niatnya, perilaku mencium anak dalam konteks apapun, perlu dikritisi dari perspektif perlindungan anak. Ada beberapa alasannya, antara lain:
1. Contact boundary
Anak memiliki hak atas integritas tubuhnya. Sentuhan yang tidak diminta atau tidak sesuai konteks perlu dihindari.
2. Power imbalance
Tokoh publik atau tokoh agama memiliki posisi yang dihormati, sehingga anak mungkin kesulitan menolak.
3. Norma perlindungan anak
Praktik yang dulu dianggap wajar! kini dinilai tidak tepat karena kita lebih memahami risiko pelecehan.
4. Respons publik
Ketidaknyamanan masyarakat menunjukkan bahwa standar etis terhadap interaksi dengan anak sudah berubah.
"Dalam perspektif psikologi perkembangan, sentuhan pada anak harus memperhatikan consent (persetujuan) batasan budaya, dan keamanan emosional anak," tuturnya.
"Bila ada perilaku tokoh publik yang menimbulkan pertanyaan wajar bagi masyarakat untuk meminta klarifikasi dan memastikan bahwa interaksi dengan anak dilakukan dengan aman dan sesuai etika," imbuhnya.
Jadi, mencium anak memang tak otomatis adalah grooming, tetapi merupakan pelanggaran batas yang perlu dikoreksi. Hal ini terutama bila dilakukan oleh figur berpengaruh.
Sebagai orang dewasa, hal terpenting adalah memastikan setiap interaksi dengan anak aman. Tak hanya itu, orang dewasa perlu menghormati batas, dan tidak berpotensi disalahartikan atau membahayakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)