Petani di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Hal ini terjadi lantaran para petani yang terpaksa memanen padi lebih awal, sawahnya terendam banjir akibat hujan yang tinggi beberapa waktu lalu.
Petani di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Hal ini terjadi lantaran para petani yang terpaksa memanen padi lebih awal, sawahnya terendam banjir akibat hujan yang tinggi beberapa waktu lalu.
Lahan persawahan sekitar 30 hektare di wilayah Rorotan terendam banjir karena curah hujan dan juga air pasang laut. Akibat kondisi cuaca yang ekstrem tersebut membuat air sulit untuk surut hingga membuat kawasan tersebut terendam selama satu bulan.
Lahan persawahan sekitar 30 hektare di wilayah Rorotan terendam banjir karena curah hujan dan juga air pasang laut. Akibat kondisi cuaca yang ekstrem tersebut membuat air sulit untuk surut hingga membuat kawasan tersebut terendam selama satu bulan.
Salah satu petani, Ebon, mengatakan dirinya bersama petani lainnya harus bersusah payah melewati banjir setinggi 80 sentimeter untuk memotong padi yang telah terendam air.
Salah satu petani, Ebon, mengatakan dirinya bersama petani lainnya harus bersusah payah melewati banjir setinggi 80 sentimeter untuk memotong padi yang telah terendam air.
"Iya susah motongnya pada susah pada pegel tangan, karena memang kondisi airnya sudah se-dada. Jadi kita potong langsung padinya (panen) supaya biar kering aja biar motongnya nggak capek makanya kita pakai terpal ditarik dari tengah," kata Ebon, di lokasi, Kamis, 23 Januari 2025.

30 Hektare Sawah di Rorotan Terendam Banjir, Petani Rugi Ratusan Juta

23 Januari 2025 14:15
Jakarta: Petani di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Hal ini terjadi lantaran para petani yang terpaksa memanen padi lebih awal, sawahnya terendam banjir akibat hujan yang tinggi beberapa waktu lalu.

Lahan persawahan sekitar 30 hektare di wilayah Rorotan terendam banjir karena curah hujan dan juga air pasang laut. Akibat kondisi cuaca yang ekstrem tersebut membuat air sulit untuk surut hingga membuat kawasan tersebut terendam selama satu bulan.

Salah satu petani, Ebon, mengatakan dirinya bersama petani lainnya harus bersusah payah melewati banjir setinggi 80 sentimeter untuk memotong padi yang telah terendam air.

"Iya susah motongnya pada susah pada pegel tangan, karena memang kondisi airnya sudah se-dada. Jadi kita potong langsung padinya (panen) supaya biar kering aja biar motongnya nggak capek makanya kita pakai terpal ditarik dari tengah," kata Ebon, di lokasi, Kamis, 23 Januari 2025.

Anggota Kelompok Tani Gabungan Rorotan, Hakim, mengatakan akibat panen lebih awal ini membuat petani rugi. Menurutnya, banyak petani yang mendapat kualitas gabah tidak bagus karena telah terendam air.

"Situasi kita lagi kena banjir jadi padinya sebelumnya belum terlalu tua banget ya karena takut kerendam cuacanya lagi hujan terus kita potong lebih awal. Jadi banjirnya itu sudah hampir sekitar 80 cm jadi kelihatan sampai leher padi ini," kata Hakim.

Hakim menjelaskan, dirinya yang juga memiliki sawah, telah mengalami kerugian sekitar Rp12 juta, untuk satu hektare. Biasanya, dalam satu hektare dapat menghasilkan 6 ton gabah, namun saat ini hanya dapat menghasilkan 4 ton gabah. Jika ditotal dengan luas persawahan yang terkena banjir yakni 30 hektare, maka kerugian para petani Rorotan mencapai ratusan juta rupiah.

"Harganya jadi turun, biasanya bagus sekitar di angka Rp670 ribu per kuintal untuk saat ini kondisi lagi tidak bagus jadi Rp600 ribu. Biasanya satu hektare rata-rata kalau dari hasil ada 6 ton. Kemungkinan dengan banjir ini rugi Rp12 juta, itu sawah sendiri ya," kata Hakim. MetroTV/Yurike Budiman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

News banjir Petani Panen Padi