Demak: Tangis Achmadi, 65, petani di Desa Cangkring Rembang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak tidak dapat ditahan lagi, ketika pulang dari pengungsian menyaksikan tanaman padi di sawahnya yang telah menguning dan gabah yang membusu, gagal panen sudah di depan mata dan kerugian capai puluhan juta
rupiah dipastikan harus diterima.
Banjir hampir 15 hari lamanya merendam puluhan desa di Kecamatan Karanganyar, Demak tersebut telah cukup membuat kehancuran, warga sebagian besar mengandalkan hidup bertani tidak dapat berbuat banyak menghadapi bencana ini dan lebih menyakitkan kegagalan panen dipastikan akan memerosotkan ekonomi mereka.
Puluhan petani nekat turun ke sawah di tengah hamparan tanaman padi siap panen yang membusuk, dengan air mata terlihat mulai jatuh mereka membabati tanaman padi untuk mengais gabah yang masih bisa diselamatkan, tidak banyak diperoleh seharian ini hanya beberapa karung itupun kondisinya setengah membusuk dengan warna kecoklatan.
Namun dengan sabar dan dipenuhi kesedihan, para petani korban banjir di Demak tetap memilah gabah sebutir demi sebutir dari karung agar tetap dapat dijemur dan digiling. "Dari satu kwintal gabah dibawa pulang, hanya sepuluh kilo gabah telah busuk yang masih bisa dijadikan beras," ujarnya.
Jelas tidak layak jual, lanjut Achmadi, maka beras hasil sisa panen yang masih dapat diselamatkan ini untuk memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan kerugian ditanggung cukup besar capai Rp35 juta-Rp40 juta, karena ada dua hektare tanaman padi tidak dapat dipanen lagi setelah lebih 10 hari terendam banjir.
Petani lain Suparni, 50, tidak kalah sedihnya, bahkan suara sesunggukan menahan tangis terdengar hingga beberapa meter ketika butiran gabah di tangannya sudah tidak dapat diselamatkan, wajahnya yang kuyu setelah cukup lama hidup di pengungsian semakin terasa berat menahan beban hidup.
"Mau Ramadan, padi yang diharapkan dapat menjadi bekal menjalani ibadah puasa tidak bisa lagi dikonsumsi," ungkap Suparni.
Lebih sulit lagi menatap hidup kedepan, demikian Suparni, harga beras saat ini tinggi dan tidak terbeli hingga petani di sini yang sudah tidak memiliki panen terpaksa mengkonsumsi nasi dari gabah yang membusuk.
"Singkong atau ubi juga tidak ada, hanta ini yang dapat kami konsumsi," imbuhnya. MI/Akhmad Safuan Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News