Solo: Kalangan difabel di Kota Solo merasa belum sepenuhnya mendapatkan hak hak dasar untuk mengakses secara baik ruang ruang publik yang ada. Mereka merasa keterbatasan fisik yang disandang belum dipahami sepenuhnya oleh para pemegang otoritas kota.
Ketua Komunitas Interaksi Pamikatsih mengatakan, banyak sarana dan prasarana fisik atau ruang publik yang dibangun di Kota Solo, masih sulit diakses kalangan difabel.
Keberadaannya masih sekadar untuk kepentingan pemenuhan laporan administrasi.
"Sebagian besar belum menjadi aksesibilitas bagi teman teman difabel. Padahal itu merupakan hak dasar yang harus dipenuhi pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Ya seperti sekadar untuk pemenuhan laporan administrasi saja," kata Patmikasih kepada Media Indonesia di kantornya, Rabu, 6 Desember 2023.
Dia mencermati, sebagian besar pembangunan fasilitas publik dinilai belum aksesibel bagi mereka. Yang mencolok misalnya, aksesibilitas bagi teman difabel netra, seperti guiding block atau jalur khusus bagi difabel daksa ketika menunggu di halte bus.
Patmikasih mencermati, banyak jalur guiding block di fasilitas publik atau di fasilitas kesehatan seperti di Puskesmas, banyak yang untuk parkir kendaraan. "Ini yang gampang. Padahal jelas jelas itu menjadi hak kaum difabel," imbuh dia.
Setidaknya dari puluhan fasilitas publik di Solo menunjukkan, lebih dari 80 persen tidak aksesibel bagi kaum difabel."Hanya sedikit fasilitas publik yang bisa diakses dengan mudah oleh teman teman difabel," sergah tokoh difabel perempuan Kota Solo itu.
Padahal pungkas dia, Kota Solo merupakan salah satu kota terpenting di Indonesia yang menjadi pusat rehabilitasi kaum penyandang cacat. Di kota yang dipimpin Gibran Rakabuming Raka ini ada institusi Pusat Rehabilitasi Penderita Cacat Prof Dr Soeharso di Solo.
Banyak kaum difabel dari berbagai daerah untuk tinggal di Solo.Karena harapan Patmikasih, kedepan ada standarisasi bagi fasilitas publik tentang aksesibilitas bagi kaum difabel yang jumlahnya cukup banyak di Solo. Apalagi Perda Difabel pun sudah ada .
Terpisah pemerhati pariwisata Solo, Wisnu Kisawa mengatakan, saat ini masih banyak objek wisata atau destinasi wisata di Kota Solo yang belum ramah bagi wisatawan difabel.
Mestinya Pemkot harus memberikan pendampingan bagi pelaku wisata, agar bisa menerapkan akses ramah difabel bagi tempat yang dikelolanya. "Ya perlu memberikan pelatihan bagi pelaku jasa wisata, agar pelancong difabel tidak kapok piknik di Kota Solo," timpal dia.
Sementara itu Kepala Dinas PUPR Kota Solo, Nur Basuki mengatakan mengakui adanya beberapa pembangunan fasilitas publik yang belum ramah difabel, meski fasilitas khusus itu ada.
"Tetapi sekarang sudah banyak yang disesuaikan. Proses pekerjaannya pun melibatkan tim advokasi difabel kota. Seperti membangun trotoar, sudah kita libatkan tim advokasi difabel," tegas Basuki. MI/Widjajadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News