Karanganyar: Bulog Surakarta masih belum akan menyerap panen gabah petani MT I di wilayah Solo Raya, karena harga masih di atas Rp6 ribu untuk gabah kering giling, dan pada saat sama beras importasi sebanyak 10 ribu ton masih menumpuk di sejumlah gudang milik Bulog.
Sementara itu, panen gabah petani terus mengalami penurunan harga, belum sebanding dengan harga beras di pasar yang masih bertahan tinggi di atas Rp15 ribu untuk premium, dan Rp14 ribu untuk jenis medium.
Sumarto, 60, warga Desa Kragan, kecamatan Gondangrejo yang baru saja panen dua patok (satu patok luas 2500 m2) merasakan situasi yang berat, karena harga gabah kering panen (GKP) terus merosot. Saat ini harga gabah panenan petani Kragan terus merosot, tinggal Rp6400-Rp6500.
"Kami berada dalam posisi merugi dibandingkan yang sudah panen akhir Februari lalu, yang menikmati harg Rp 7800 sampai Rp RP 8200. Saat ini panen gabah di sini hanya diberi harga Rp 6400, paling mahal Rp6500, karena cuaca yang ekstrim hingga gabah sulit dikeringkan. Karena itu harga turun terus," ujar Mbah Marto di sela sela memasukkan gabah yang belun kering benar kedalam karung, Selasa, 12 Maret 2024.
Karena situasi harga beras di pasar tidak sebanding dengan harga panen gabah, Mbah Marto dan sebagian besar tetangganya memilih hanya separuh yang dijual tengkulak, sementara separuhnya disimpan untuk dikonsumsi sendiri.
"Ya kalau semua dijual, dan harga beras di pasar demikian tinggi, kami nggak kuat membeli. Biar saja separuh yang kami serahkan ke tengkulak, sisanya kami simpan untiuk konsumsi," tutur Ny Sumi, 59, tetangga Sumarto.
Ketika Media Indonesia melakukan pemantauan langsung, sebagian petani masih memanen padi MT I, yang sebetulnya hasilnya lumayan, karena berbagai serangan hama berhasil di atasi. Ada sejumlah padi siap panen ambruk,karena bencana angin kencang saat hujan deras beberpaa hari lalu.
"Ya kalau sudah siap panen, karena ambruk.ya harus segera panen, dari pada nantk rusak terendam air, mengingat cuaca ekstrim dan hampir tiap hari hujan deras. Tetangga kami di Kebakkramat, Karanganyar banyak tanaman padi kerendam air luapan sungai," tukas Suparjo, 48. MI/Widjajadi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News