Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan menilai Indonesia butuh sekitar tiga atau empat tahun lagi agar tren pembayaran digital dapat merata hingga ke luar Jawa. Dia optimistis pembangunan infrastruktur merata dalam kurun waktu tersebut seiring meningkatnya penetrasi penggunaan ponsel.
"Dengan sekarang ada terkoneksi jaringan Palapa, saya kira tiga atau empat tahun lagi sudah mulai. Saya juga melihat operator telekomunikasi juga sudah berinvestasi di luar Jawa," kata Soeprapto Tan, ditemui di Hotel Pullman Central Park, Jakara Barat, Rabu, 15 Januari 2020.
Ipsos Indonesia mencatat penetrasi digital payment di Indonesia baru mencapai 60-70 persen. Indonesia tertinggal dengan Tiongkok, di mana penetrasi digital payment telah mencapai 95 persen.
Namun, Ipsos Indonesia menilai penetrasi digital payment di Indonesia sudah berada di level yang bagus.
"Saya melihat konsep cashless di Indonesia masih early stage. Tetapi indikatornya sudah bagus untuk ke depan," katanya.
Soeprapto menjelaskan lebih lanjut mengenai early stage tersebut. Dia mencontohkan, saat ini transaksi di Tiongkok sudah hampir sepenuhnya menggunakan ponsel. Bahkan, untuk transaksi barang dengan nilai yang besar juga sudah bisa menggunakan ponsel.
Sementara, di Indonesia belum bisa. Menurut penelitian Ipsos Indonesia, rata-rata transaksi setiap bulannya menggunakan digital payment sebesar Rp500 ribuan. "Masih jauh (dibandingkan Tiongkok)," katanya.
Pembangunan infrastruktur menjadi kunci untuk meningkatkan penetrasi digital payment. Selain itu, diperlukan regulasi yang jelas dari sisi pengawasan.
"Regulasi memang perlu dibuat lebih bagus. Walaupun ada regulasi dasar untuk proteksi, regulasi cashless masih early stage. Evolusi regulasi dan jaringan masih akan berkembang," ujar Soeprapto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News