President Director Indef Didik J Rachbini (MI/RAMDANI)
President Director Indef Didik J Rachbini (MI/RAMDANI)

Ekonom Minta Pemerintah Jaga Pasar Domestik

Husen Miftahudin • 06 Desember 2016 10:32
medcom.id, Jakarta: Perekonomian Indonesia kini tengah diuji secara eksternal dan internal. Negara-negara yang mampu menggenjot pertumbuhan devisa dari perdagangan ekspor-impor kini mandek akibat proteksi produk Indonesia. Nilai ekspor Indonesia pun anjlok cukup dalam, pernah menyentuh USD200 miliar dan sekarang hanya USD150 miliar.
 
Founder sekaligus President Director Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengatakan, tantangan globalisasi membuat pemerintah harus menjaga dan mendayagunakan pasar domestik. Pertumbuhan kelas menengah dinilainya mampu mengerek perekonomian dalam negeri.
 
"Konsumen kelas menengah kita bisa menjadi modal untuk pertumbuhan ekonomi," kata Didik, dalam acara Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia di Hotel Fairmont, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2016).

Baca: Stabilitas Dalam Negeri Buat Gerak Rupiah Tetap Positif
 
Selain itu, lanjut dia, pemerintah harus mengefisienkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meski jumlah APBN saat ini hampir Rp2.000 triliun, namun pengeluarannya harus seimbang dan efisien agar benar-benar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
 
Baca: Butuh 14 Tahun bagi Indonesia Capai PE 7%
 
"Ketiga, debirokratisasi. Biaya logistik kita masih 300 persen lebih tinggi dari Singapura, kalau diturunkan separuh maka pertumuhan ekonomi kita akan lebih bagus. Jadi ini harus diperbaiki," tegas Didik.
 
Ekonom Minta Pemerintah Jaga Pasar Domestik
Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

 
Mengutip paper ekonom dari teknorat Ginandjar Kartasismita, era 1990-an menjadi era keemasan Indonesia yang mengarah pada industri. Pada saat itu, industri dalam negeri tumbuh dua kali dari Produk Domestik Bruto (PDB).
 
"Bila PDB enam persen, maka industri tumbuh 12 persen. Bila industri 11 persen, maka ekspor tumbuh 22 persen," jelasnya.
 
Sayangnya, pertumbuhan industri saat ini mengalami kemunduran cukup tajam, dengan pertumbuhan hanya 3-4 persen. Peranan industri dalam PDB pun turun dari 30 persen menjadi 21 persen.
 
Baca: Jokowi Sebut Rupiah Tidak Relevan Dibandingkan dengan USD
 
"Karena itu, setelah Presiden blusukan ke proyek infrastruktur, kami memberikan sumbang saran untuk datang ke pusat industri. Menanyakan kepada mereka bagaimana pasar dan teknologinya agar kita bisa tangguh kembali," pungkas Didik.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan