Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, mendorong peningkatan daya beli masyarakat, menjaga iklim investasi tetap kondusif, dan meminta regulator terkait untuk menjaga aspek moneter antara lain hal yang bisa digunakan untuk mengelola ekonomi Indonesia. Artinya, perlu ada usaha bersama untuk mencapai hal tersebut.
"Kami juga meminta mereka bisa berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Apalagi, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tujuannya agar masyarakat semakin mudah berusaha dan yang tidak memiliki akses jadi punya akses," kata Ani, biasa ia disapa, saat memberikan kuliah umum di HUT Media Indonesia, di Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Baca: Kebijakan Fiskal Tepat Dukung Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menurutnya, kesemuanya itu tidak hanya membutuhkan uang atau anggaran. Namun, ia menilai perlu pula mendisiplinkan birokrasi. Perbaikan semacam itu tentu diharapkan bisa mendukung ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dan berkualitas, sehingga setiap persentase pertumbuhan ekonomi bisa dirasa oleh masyarakat secara merata.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: MetroTV)
"Masyarakat yang dibebani izin maka izin dikurangi dan masyarakat yang menunggu seminggu atau dua minggu barangnya agar bisa keluar dari pelabuhan perlu dipercepat. Jadi, tujuannya tidak perlu hanya uang, tapi perlu mendisiplinkan birokrasi karena itu sangat berarti bagi masyarakat," tegas Ani.
Baca: Menkeu Tegaskan Ekonomi Indonesia Miliki Daya Tahan Kuat
Ia menilai, hal-hal seperti itu membutuhkan iklim investasi yang kondusif agar dipercaya yang diharapkan bisa membuat kegiatan lebih produktif termasuk pemerintah melihat peranan e-commerce sangat besar. Adapun e-commerce turut didukung oleh pemerintah melalui salah satu paket kebijakan ekonomi.
"Upaya dari Presiden Jokowi adalah melakukan reformasi ini termasuk meningkatkan easy of doing business kita," tegas Ani.
Baca: Menkeu: Indonesia Tidak Hanya Jakarta dan Pulau Jawa
Di sisi lain, lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, ekonomi dunia masih dihantui ketidakpastian. Apalagi, petumbuhan ekonomi tidak secepat dari yang diperkirakan dan hanya ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terlihat mulai pulih dan tumbuh kuat. Namun, kondisi itu juga menimbulkan sebuah risiko.
Sebab, tambahnya, bank sentral AS atau Federal Reserve bersiap menaikkan tingkat suku bunga jika pertumbuhan ekonomi AS menciptakan inflasi. Kondisi itu tentu akan memberi pengaruh terhadap pergerakan ekonomi dunia. Kenaikan suku bunga acuan AS tidak hanya memengaruhi persepsi sentimen, tapi juga persepsi riil atas biaya ekonomi.
Baca: Membaiknya Konsumsi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5% di 2016
"Sedangkan di Eropa masih berkutat dengan Brexit dan Tiongkok masih melakukan penyesuaian atas pertumbuhan ekonomi yang rendah. 2016 menjadi tahun yang panas di AS dan di banyak negara. Indonesia juga harus mencadangkan dana untuk bencana alam yang tidak bisa direncanakan dan membuat masyarakat menderita," kata Ani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News