Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam satu dekade mampu tumbuh stabil di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Bahkan, ketika terjadi krisis di 2008-2009, terlihat ekonomi Indonesia mampu menunjukkan daya tahan yang kuat.
"Dalam perspektif saya, sepanjang satu dekade Indonesia itu punya daya tahan dalam tiap turbulensi apakah dari faktor keuangan formal atau faktor perdagangan internasional yang melemah atau harga komoditas yang turun," kata Ani, biasa ia disapa, ketika memberikan kuliah umum, di HUT Media Indonesia, Jakarta Barat, Kamis (19/1/2017).
Baca: Membaiknya Konsumsi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5% di 2016
Ani menegaskan, ekonomi Indonesia membutuhkan kebijakan dan regulasi yang mendukung agar stabilitas dapat terus terjadi termasuk mendorong agar pertumbuhan ekonomi bisa terus terakselerasi lebih maksimal. Adapun Pemerintahan Jokowi-JK terus berupaya agar ada keadilan dan kemakmuran dari aspek ekonomi di seluruh lapisan masyarakat.
.jpg)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
"Saya selalu mencoba mengingatkan dalam sebuah perspektif bahwa situasi hari ini dan mengkritisi kebijakan sendiri supaya kita bisa lebih baik. Karena, mengkritisi sendiri membuat kita bisa lebih maju ke depan dan memperbaiki kebijakan guna mencapai tujuan adil dan makmur," tegas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Baca: Menkeu: Indonesia Tidak Hanya Jakarta dan Pulau Jawa
Pada 2016, lanjut Ani, menunjukkan masa-masa yang berat dalam kondisi ekonomi Indonesia karena yang mendorong pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan. Hal itu akibat perdagangan internasional melemah lantaran harga komoditas jatuh dan melemahnya kinerja ekspor dan impor dari negara-negara di dunia.
Baca: Ekonomi Diprediksi Membaik, Kesenjangan Jadi Perhatian Utama di 2017
"Termasuk berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di negara maju yang memengaruhi kepercayaan dan juga arahnya ke perdagangan internasional yakni di ekspor dan impor atau terjadinya capital outflow dari negara kaya ke kelas menengah dan kelas bawah," pungkas Ani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News