"Pandemi telah mengubah perilaku masyarakat untuk lebih memanfaatkan channel-channel digital dalam bertransaksi keuangan melalui bank," ujar Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Teguh Supangkat dalam webinar bertajuk Leading in Transformation with Service Improvement, dikutip dari Media Indonesia, Rabu, 14 Oktober 2020.
Lembaganya mencatat, pada Maret 2020, saat covid-19 mulai mewabah, terdapat peningkatan transaksi mobile banking sebesar 67,2 persen (yoy) atau 15 persen dari bulan sebelumnya menjadi 267 juta transaksi.
"Transaksi internet banking juga mengalami peningkatan sebesar 48,4 persen (yoy) atau 11,9 persen dari bulan sebelumnya menjadi 121 juta transaksi," kata Teguh.
Baca: Penutupan Kantor Cabang Bank dan Gerai ATM Bakal Terus Berlanjut
Kemudian pada Agustus 2020 terdapat peningkatan pada transaksi mobile banking sebesar 54,3 persen (yoy) atau 5,7 persen dari bulan sebelumnya menjadi 302,6 juta transaksi.
"Peningkatan juga terjadi di layanan internet banking sebesar 49,3 persen atau empat persen dari bulan sebelumnya menjadi 135 juta transaksi," ujar Teguh.
Melesatnya transaksi secara digital itu, sambung Teguh, menuntut kecepatan bank bertransformasi, dari konvensional ke digital.
"Teknologi artificial intelligence (AI) harus diadopsi untuk menunjang kerja bank seperti ATM, profiling nasabah, deteksi pola nasabah yang terdeteksi fraud," ujarnya.
Di webinar itu Teguh juga mengingatkan majunya teknologi layanan digital perbankan saat ini ternyata juga diikuti makin canggihnya modus operandi kejahatan di dunia maya (cyber crime). Terlebih, Indonesia hingga saat ini masih lemah dalam perlindungan data pribadi nasabah.
"Permasalahan cyber crime dengan metode serangan terus berevolusi dan semakin canggih, seiring dengan berkembangnya pemanfaatan teknologi yang sangat pesat," ujarnya.
Jadi Primadona
Di webinar yang sama, Direktur Information Technology PT Bank Mandiri (persero) Tbk Rico Usthavia Frans mengakui makin menyusutnya pengguna mesin ATM, bahkan sudah dimulai jauh sebelum kehadiran pandemi, yakni setelah adanya fasilitas mobile/internet banking."Di Mandiri, transaksi semakin lama semakin bergeser ke layanan e-channel (internet). Sudah 97 persen transaksi kini menggunakan mobile/internet banking," terangnya.
Data per tahunnya, papar Rico, pada 2018 transaksi keuangan melalui ATM sebesar 56 persen, kantor cabang tiga persen, dan mobile banking 27 persen. Kemudian pada 2019, transaksi keuangan melalui ATM sebesar 48 persen, kantor cabang tiga persen, dan mobile banking 36 persen.
"Pada 2020, transaksi keuangan melalui ATM tergerus menjadi 46 persen, kantor cabang masih tetap tiga persen, dan mobile banking melonjak menjadi 40 persen," ujar Rico.
Setelah melihat fenomena tersebut, Bank Mandiri akan terus memperbarui core banking system (CBS) untuk menyiapkan diri menghadapi cepatnya perubahan perilaku nasabah tersebut.
"Untuk kondisi saat ini, total hanya terdapat 25 ribu transaksi dari ATM dan kantor cabang. Jika pindah ke handphone, jumlah transaksinya sampai jutaan. Saat ini yang daftar di Mandiri saja sudah tujuh juta nasabah dan yang aktif lima juta nasabah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News