"Walaupun data internal cukup stabil namun pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus memantau ketat pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir yang terus melemah terhadap dolar AS. Pelemahan ini murni dipengaruhi oleh faktor global, khususnya penyebaran varian baru covid-19 omicron dan kebijakan bank sentral AS, The Fed," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Senin, 6 Desember 2021.
Ibrahim mengungkapkan, arah kebijakan bank sentral AS The Fed cenderung hawkish. Artinya, ada kemungkinan tapering dipercepat dari rencana sebelumnya. Hal ini Sebagai bentuk respons perekonomian dalam negeri AS.
Pelemahan rupiah masih terjaga
Meski demikian, lanjutnya, pelemahan nilai tukar rupiah masih terjaga dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Bank Indonesia terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor sehingga nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental.Bank Indonesia terus berupaya untuk menstabilkan mata uang Garuda yang dalam bulan-bulan terakhir masih cukup stabil tidak jauh dari Rp14.500 per USD dengan mengendalikan inflasi dan melakukan koordinasi dengan pemerintah termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menentukan bauran kebijakan demi menjaga kedaulatan ekonomi.
"Salah satu bauran kebijakan yang sudah dijalankan adalah penurunan suku bunga dan menjaga inflasi agar tetap rendah dan terkendali," paparnya.
Menurutnya, yang terpenting adalah BI terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor. Sehingga nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental, sehingga BI meyakini pelemahan rupiah bersifat sementara dan akan kembali menguat dalam waktu dekat.