Gedung Bank Syariah Indonesia. Foto: dok MI/Andri Widiyanto.
Gedung Bank Syariah Indonesia. Foto: dok MI/Andri Widiyanto.

BSI Terapkan Prinsip Sesuai Syariat Islam

Medcom • 16 Juni 2021 21:09
Jakarta: PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI menyatakan terus berkomitmen memenuhi ekspektasi seluruh pemangku kepentingan dengan senantiasa menerapkan prinsip adil, seimbang dan bermanfaat (maslahat) sesuai syariat Islam.
 
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa konsep bisnis syariah adalah adil, seimbang dan maslahat dan dalam operasionalnya BSI tidak hanya dipimpin oleh jajaran direksi dan diawasi jajaran komisaris, tetapi juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
 
"Karakteristik atau ciri khas dari perbankan syariah yang pertama adalah harus melakukan investasi dalam bidang usaha yang halal. Jadi setiap produk atau usaha atau inisiatif apapun yang kami lakukan harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah. Bahwa itu layak atau tidak untuk dipasarkan," ujar Heri dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 16 Juni 2021.

Dia menuturkan bahwa BSI juga menawarkan beberapa produk di luar pembiayaan syariah, demi memenuhi kebutuhan keuangan para nasabah terhadap produk dan layanan jasa keuangan Islami.
 
Selain pembiayaan syariah, bank yang merupakan hasil merger dari tiga bank syariah milik Himbara ini juga mengelola gadai syariah dalam bentuk emas, cicil emas, juga leasing yang tetap mengutamakan prinsip syariah.
 
"(Pendapatan BSI) ada atas bagi hasil ya, juga margin keuntungan atau pun fee. BSI tentunya punya yang namanya profit margin, ya sebagian dipotong cost dan berapa kita (terapkan) bagi hasil untuk dana, terutama di deposito," ujarnya.
 
Terkait dengan anggapan bahwa cost of product syariah lebih mahal, Hery mengakui hal itu karena ukuran atau size bank syariah yang masih kecil. "Sehingga kemampuan untuk me-leverage funding itu juga terbatas," lanjutnya.
 
Pada saat BSI terbentuk, lanjut Hery, pihaknya memiliki banyak sekali dana mahal yang merupakan limpahan dari tiga bank legacy (sebelum merger) yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT BRIsyariah, dan PT BNI Syariah.
 
"Itu artinya setelah melakukan merger bank syariah ini, jumlah cabangnya bertambah jadi 1.365 unit," lanjut Hery.
 
 
 

Hijrah komunitas

Lebih lanjut, Hery mengakui ada fenomena menarik di sektor keuangan, khususnya perbankan syariah, yang dipicu oleh gerakan hijrah komunitas. Gerakan tersebut memunculkan banyak penabung baru di bank syariah sehingga menambah jumlah basis nasabah dan volume simpanan.
 
Hal tersebut, pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan biaya dana bank syariah, sehingga bank dapat menawarkan produk yang lebih kompetitif di masa depan.
 
"Banyak sekali penabung-penabung di bank syariah itu yang tidak menginginkan margin. Jadi benar-benar menitip dananya," ujarnya.
 
Untuk mengakomodir segmen nasabah tersebut, pihaknya pun menyediakan produk tabungan wadiah. Dari sekitar Rp200 triliun dana pihak ketiga (DPK) di BSI, sebanyak Rp20 triliun di antaranya atau sekitar 10-15 persen merupakan tabungan wadiah.
 
Setelah melakukan strukturisasi dari funding atau DPK melalui peningkatan produk tersebut, cost of fund BSI yang semula berada di kisaran 3,5 persen, kini telah turun hingga ke level 2,1 persen. Hery meyakini peluang penurunan lebih lanjut masih sangat terbuka, seiring dengan peningkatan dana-dana yang berbiaya murah.
 
"Pertumbuhannya cukup tinggi. Jadi kami sekarang memang memilih-milih dana di mana kita menumbuhkan kemampuan tabungan wadiah ini. Kemudian deposito yang mungkin terlalu mahal, yang tadinya kita butuh di saat legacy dulu, sekarang mungkin kami kurangi," ujarnya.
 
Dengan strategi tersebut, pihaknya berharap dapat mengurangi cost of fund secara signifikan, sehingga dapat menawarkan pembiayaan yang lebih kompetitif.
 
"Contoh baru-baru ini kami punya produk griya (pembiayaan pemilikan rumah). Pricing atau margin-nya sangat kompetitif di market. (Produk) auto juga begitu, SME juga begitu dan tentunya mikro," tegas Hery.
 
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade mempertanyakan tentang prinsip Islam yang dijalankan oleh BSI sebagai gabungan beberapa bank syariah milik Himbara.
 
Andre mengkhawatirkan BSI justru masih menganut prinsip ekonomi kapitalis yang menjalankan praktek perbankan konvensional pada produk-produknya. Padahal, menurutnya, bank syariah seharusnya memberikan beragam manfaat yang tidak tersedia di bank konvensional, yakni aman menabung bertransaksi tanpa riba.
 
Politisi Partai Gerinda itu berharap BSI betul-betul menerapkan sistem ekonomi Islam agar mayoritas masyarakat dapat betul-betul merasakan sistem perbankan syariah yang diberikan oleh BSI.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan