Namun, para pemimpin politik, CEO, dan para bankir membuat perjalanan tahunan mereka hingga ke Pegunungan Alpen Swiss pada Forum Ekonomi Dunia di Davos. Dalam forum ini, dibahas berbagai macam yang berkaitan dengan perekonomian dunia termasuk apa saja tantangan dan peluang yang ada sekarang ini. Adapun mereka menunggu implementasi kebijakan Trump.
Optimisme atas prospek ekonomi dunia memang mengalami kecemasan akut tentang iklim politik yang semakin beracun. Selain itu, ada rasa yang sangat mendalam atas ketidakpastian dari hadirnya Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump yang akan secara resmi menjadi Presiden AS di hari terakhir forum tersebut.
Baca: Saham Bank AS Bergerak Usai Laba Tercatat Positif
"Terlepas dari bagaimana Anda melihat Trump dan posisinya, pemilu telah menyebabkan rasa yang mendalam dalam ketidakpastian dan yang akan melemparkan bayangan panjang atas Davos," kata CEO International Crisis GroupJean Marie Guehenno, seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/1/2017).
.jpg)
Logo World Economic Forum (REUTERS/Ruben Sprich)
Tahun lalu, dalam konsensus di sini Trump tidak memiliki kesempatan untuk terpilih. Kemenangan Trump -kurang dari setengah tahun usai Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa- adalah sebuah tamparan yang sangat keras pada prinsip-prinsip elit yang sudah dipegang cukup lama di Davos.
Baca: Menkeu: Kebijakan Moneter AS Kendalikan Fiskal Ekspansif Trump
Trump merupakan sosok populisme yang menyebar di seluruh negara maju dan mengancam tatanan demokrasi liberal usai perang. Dengan adanya pemilihan di Belanda, Perancis, Jerman, dan mungkin Italia maka pada tahun ini kegelisahan di antara peserta di Davos cukup teraba.
Baca: Berkontribusi ke Krisis Keuangan 2008, Moody's Bayar USD864 Miliar ke Pemerintah AS
"Ada konsensus bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi. Global dan dalam banyak hal belum pernah terjadi sebelumnya tapi kita tidak tahu apa penyebabnya, atau bagaimana untuk menghadapinya," tutup Moises Naim dari Carnegie Endowment untuk International Peace.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News