Dilansir dari AP, Global Crisis Response Group dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan sekitar 1,6 miliar orang di 94 negara menghadapi setidaknya satu dimensi krisis pangan, energi dan sistem keuangan, dan sekitar 1,2 miliar dari mereka sangat rentan terhadap krisis biaya hidup ditambah krisis lainnya. Masalah ini diprediksi bersifat jangka panjang.
Beberapa krisis terburuk terjadi di negara-negara yang sudah hancur oleh korupsi, perang saudara, kudeta, atau bencana lainnya. Hal ini ditambah dengan adanya pandemi covid-19 dan invansi Rusia ke Ukraina.

Sri Lanka mengalami kebangkrutan. Foto: AFP
Berikut adalah sembilan negara yang terancam bangkrut, seperti Sri Lanka:
Afganistan
Afghanistan telah mengalami krisis ekonomi sejak Taliban mengambil kendali ketika AS dan sekutu NATO menarik pasukan mereka tahun lalu. Presiden AS, Joe Biden membekukan USD7 miliar cadangan mata uang asing Afghanistan yang disimpan di AS.Sekitar setengah dari 39 juta penduduk Afganistan menghadapi tingkat kerawanan pangan yang mengancam jiwa dan sebagian besar pegawai negeri, termasuk dokter, perawat, dan guru, tidak dibayar selama berbulan-bulan. Sebuah gempa bumi baru-baru ini menewaskan lebih dari 1.000 orang, menambah kesengsaraan itu.
Baca: PM Sri Lanka Deklarasikan Status Darurat Usai Kaburnya Presiden |
Argentina
Sekitar empat dari setiap 10 orang Argentina miskin dan bank sentralnya kehabisan cadangan devisa karena mata uangnya melemah. Inflasi diperkirakan akan melebihi 70 persen tahun ini.Jutaan orang Argentina bertahan hidup sebagian besar berkat dapur umum dan program kesejahteraan negara, banyak di antaranya disalurkan melalui gerakan sosial yang kuat secara politik terkait dengan partai yang berkuasa. Baru-baru ini IMF sepakat untuk merestrukturisasi utang USD44 miliar.
Mesir
Tingkat inflasi Mesir melonjak hingga hampir 15 persen pada April 2022, menyebabkan kemiskinan terutama bagi hampir sepertiga dari total 103 juta penduduknya. Bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dan mendevaluasi mata uang, menambah kesulitan dalam membayar utang luar negeri Mesir yang cukup besar.Cadangan devisa bersih Mesir telah jatuh. Tetangganya Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah menjanjikan USD22 miliar dalam bentuk deposito dan investasi langsung sebagai bantuan.

Mesir terancam bangkrut seperti Sri Lanka. Foto: Dok/AP
Laos
Laos yang kecil dan terkurung daratan adalah salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat sampai pandemi melanda. Tingkat utang Laos telah melonjak pascapandemi covid-19. Seperti Sri Lanka, Laos sedang dalam pembicaraan dengan kreditur tentang cara membayar kembali pinjaman senilai miliaran dolar. Itu masalah mendesak mengingat keuangan pemerintah negara yang lemah.Cadangan devisa Laos sama dengan kurang dari dua bulan impor, kata Bank Dunia. Depresiasi 30 persen dalam mata uang Laos, kip, telah memperburuk kesengsaraan itu. Kenaikan harga dan hilangnya pekerjaan karena pandemi covid-19 mengancam akan memperburuk kemiskinan.
Baca: Inflasi Meningkat, 1,3 Juta Warga Haiti Terancam Kelaparan |
Lebanon
Lebanon mengalami keruntuhan mata uang, kekurangan bahan pangan, dan tingkat inflasi tinggi. Negara itu juga tengah menghadapi perang saudara yang panjang, pemulihannya terhambat oleh disfungsi pemerintah dan serangan teror.Usulan pajak pada akhir 2019 memicu kemarahan lama terhadap kelas penguasa dan protes berbulan-bulan. Mata uang mulai tenggelam dan Lebanon gagal membayar kembali senilai sekitar USD90 miliar pada saat itu, atau 170 persen dari PDB — salah satu yang tertinggi di dunia. Pada Juni 2021, dengan mata uang yang telah kehilangan hampir 90 persen nilainya, Bank Dunia mengatakan krisis tersebut menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.
Myanmar
Pandemi covid-19 dan ketidakstabilan politik telah menghantam ekonomi Myanmar, terutama setelah tentara merebut kekuasaan pada Februari 2021 dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.Ekonomi mengalami kontraksi sebesar 18 persen tahun lalu dan diperkirakan hampir tidak tumbuh pada tahun 2022. Lebih dari 700.000 orang telah melarikan diri atau diusir dari rumah mereka oleh konflik bersenjata dan kekerasan politik.
Baca: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Krisis Energi Ancam Negara-negara Eropa |
Pakistan
Seperti Sri Lanka, Pakistan telah melakukan pembicaraan mendesak dengan IMF, berharap untuk menghidupkan kembali paket bailout USD6 miliar yang ditunda setelah pemerintah Perdana Menteri Imran Khan digulingkan pada bulan April. Melonjaknya harga minyak mentah mendorong naiknya harga bahan bakar yang pada gilirannya menaikkan biaya lainnya, mendorong inflasi hingga lebih dari 21 persen..jpeg)
Pakistan terancam bangkrut seperti Sri Lanka. Foto: Dok/AP
Mata uang Pakistan, rupee, telah jatuh sekitar 30 persen terhadap dolar AS pada tahun lalu. Untuk mendapatkan dukungan IMF, Perdana Menteri Shahbaz Sharif telah menaikkan harga bahan bakar, menghapuskan subsidi bahan bakar dan memberlakukan "pajak super" baru 10 persen pada industri-industri besar untuk membantu memperbaiki keuangan negara yang compang-camping.
Turki
Memburuknya keuangan pemerintah dan meningkatnya defisit neraca perdagangan dan modal membuat inflasi meningkat lkebih dari 60 persen dan jumlah pengangguran tinggi.Bank Sentral terpaksa menggunakan cadangan devisa untuk menangkis krisis mata uang, setelah lira jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS pada akhir tahun 2021. Utang luar negeri Turki sekitar 54 persen dari PDB.

Turki terancam bangkrut seperti Sri Lanka. Foto: Dok/AP
Zimbabwe
Inflasi di Zimbabwe telah melonjak hingga lebih dari 130 persen, meningkatkan kekhawatiran negara tersebut dapat kembali ke hiperinflasi tahun 2008 yang mencapai 500 miliar persen dan menumpuk masalah pada ekonominya yang sudah rapuh.Inflasi telah membuat warga Zimbabwe tidak mempercayai mata uang sendiri dan menambah permintaan dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News