Pilih platform yang efektif
Carlos menjelaskan, dalam menjalankan strategi digital marketing, hal pertama yang harus dipastikan adalah bujet. Berpatokan kepada bujet, brand maupun agency dapat memilih strategi yang paling efektif untuk menjalankan campaign."Sebenarnya kembali ke brand-nya. Brand harus bisa menentukan alokasi bujet-nya berapa untuk menjalankan marketing mereka, apalagi digital marketing itu bisa terukur. Kalau brand sudah kasih alokasi dana sekian ke agency, strateginya bisa lebih terarah," ungkap Carlos.
Teguh menambahkan, bujet sebesar apa pun dapat digunakan dalam digital marketing. Namun, untuk dapat menjalankan strategi yang efektif, brand harus fleksibel dan siap menjalankan strategi digital marketing yang terintegrasi.
"Bicara soal bujet, sebenarnya besar atau kecil enggak masalah. Tapi, balik lagi ke kesiapan brand untuk shifting ke digital marketing ini. Kita juga enggak bisa cuma berpatokan ke satu strategi saja (online atau offline) karena keduanya efektif. Tapi, tetap harus terintegrasi," kata dia.
2 strategi jitu yang harus dijalankan beriringan
Digital marketing yang terintegrasi dengan aktivitas on ground pun diakui Carlos menjadi strategi yang jitu dalam menghadapi pandemi dan menyambut endemi beberapa tahun ke depan. Menurut Carlos, melihat consumptive behavior masyarakat Indonesia yang masih dinamis, brand juga harus melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus peluang untuk menjangkau lebih dekat.Ditambah lagi, perubahan teknologi platform digital yang cepat juga harus diikuti dengan inovasi dari brand, sehingga tidak ketinggalan tren yang sedang populer sekaligus dapat menunggangi tren tersebut untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat.
"Karena di digital itu shifting-nya cepat, brand juga harus cepat adjust. Jangan takut untuk coba sesuatu yang baru. Kalau pun gagal, ini jadi experiment dan experience, jadi bisa evaluasi lagi," akunya.
Namun, Teguh mengatakan platform digital bukanlah faktor utama kesuksesan digital marketing. Untuk mendapatkan perhatian konsumen, brand harus dapat menghadirkan konten yang relevan dan riding the moment, bukan sekadar viral.
"Platform digital yang ada harus kita manfaatkan. Caranya bisa dengan menghadirkan konten yang tepat dengan message yang pas. Cara approach-nya juga harus diperhatikan. Di sini, brand jangan takut mencoba semua platform dan explore ide, selama masih ada relevansi dengan brand dan produknya," paparnya.
Bagi Carlos, baik online maupun offline marketing memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Karena itu, integrated digital marketing dapat menutupi kekurangan keduanya sekaligus memberikan brand keuntungan ganda. Menjangkau konsumen lebih dekat melalui berbagai platform digital, mulai dari website (microsite), media sosial, aplikasi, hingga digital ads, dapat membuat brand terlihat di mana-mana. Namun, hal ini juga harus diiringi dengan kemudahan masyarakat untuk membeli secara langsung di toko terdekat.
"Brand harus bisa mulai mengubah pola pikir, enggak bisa cuma menjalankan online saja dan mengharapkan sesuatu yang lebih. Enggak gampang menciptakan conversion di digital supaya orang mau langsung beli. Pertama, secara visibility di digital harus di-maintain. Kedua, produknya dekat enggak sama mereka. Misal produk minuman, kalau tokonya jauh, orang juga malas, keburu hausnya hilang. Jadi, integrasi dan kolaborasi ini kuncinya," terangnya.
Dengan kata lain, menjaga eksistensi brand secara digital sangat penting. Namun, harus diimbangi dengan kemudahan pembelian, baik online maupun offline. Oleh karena itu, brand harus menyesuaikan bujet untuk menjalankan strategi integrated digital marketing di platform yang tepat; diiringi juga dengan pesan dan konten yang relevan dengan brand dan konsumen mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News