Gedung Pertamina -- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Gedung Pertamina -- ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Pertamina Dinilai Lebih Ahli dalam Urusan Panas Bumi

Ade Hapsari Lestarini • 28 Oktober 2016 08:24
medcom.id, Jakarta: PT Pertamina (Persero) dianggap lebih ahli dalam urusan mengembangkan panas bumi. Bahkan, sudah sejak beberapa puluh tahun lalu perusahaan BUMN energi tersebut mengirimkan sumber dayanya di bidang ini mencari ilmu di negeri orang.
 
"Jauh hari, Pertamina sudah mengembangkan SDM untuk bisnis panas bumi. Bahkan sudah menyekolahkan SDM-nya ke New Zealand," kata Pengamat energi dari Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 27 Oktober.
 
Yusri mencatat, Dinas Geothermal Pertamina pertama dibentuk 1974 dan pertama mengirim orang ke New Zealand pada 1979. Dia melihat, untuk soal panas bumi, Pertamina lebih ahli. Perusahaan itu sudah terbukti menangani proyek-proyek panas bumi seperti Gunung Rajabasa, Dieng, dan Lahendong.

"Soal bisnis panas bumi jangan diutak-atik serahkan saja ke pertamina yang sudah pengalaman," ucapnya.
 
Baca: Menjaga Kedaulatan Energi di Tengah Kejatuhan Harga Minyak
 
Mengutip Antara, Yusri pun mendukung pernyataan Menteri ESDM Ignasius Jonan yang meminta PT PLN (Persero) fokus ke transmisi tenaga listrik. Menurutnya, masuknya PLN ke bisnis panas bumi karena perusahaan adalah BUMN yang bergerak dibidang energi.
 
Dirinya sepakat dengan pernyataan Jonan agar PLN Fokus ke soal target transmisi 35.000 megawatt (mw) yang diberikan pemerintah. "Dalam kondisi sekarang ini, saya ragu PLN bisa fokus mengembangkan energi panas bumi," imbuhnya.
 
Baca: Bonus Produksi Panas Bumi Segera Dirasakan
 
Seperti diketahui, Menteri ESDM Ignasius Jonan meminta PLN fokus membangun transmisi tenaga listrik dibanding mengurusi persoalan panas bumi. "Masalah utama distribusi tenaga listrik belum tuntas," kata Jonan di kantor Kementerian ESDM, Kamis, 27 Oktober.
 
Pertamina Dinilai Lebih Ahli dalam Urusan Panas Bumi
Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) bersama dengan Presiden RI Jokowi (tengah) dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (kanan) (MI/Panca Syurkani)
 
Jonan mengakui bahwa rasio elektrifikasi Indonesia saat ini sudah mencapai 88,3 persen. Namun, pemerataannya terbilang masih kurang. Ia menyebut salah satunya  rasio cakupan (coverage ratio) listrik di Papua yang hanya sebesar 50 persen.
 
Menurut Jonan, pembangunan transmisi tenaga listrik mutlak dilakukan agar distribusi kelistrikan merata di wilayah Tanah Air.
 
Baca: Pekerja Mobil Tangki Mogok, Pertamina Instruksikan Patra Niaga Tuntaskan Persoalan
 
"Selama ini, rasio elektrifikasi hanya menghitung konsumsi listik rumah tangga tanpa menghitung fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdapat di wilayah bersangkutan," jelas dia.
 
Sekadar diketahuu, PLN berminat mengakuisisi 50 persen saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk kembali menggiatkan lini bisnis panas bumi. PLN pun diketahui akan ikut lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat milik Chevron.
 
Pemerintah pun menargetkan pembangunan transmisi pada megaproyek 35.000 mw bisa mencapai 46.597 kilometer (km). Saat ini sepanjang 16.079 km, atau 35 persen, sudah memasuki pelaksanaan konstruksi dan sepanjang 26.709 km sudah memasuki masa pra konstruksi. Sedangkan transmisi yang sudah beroperasi tercatat sepanjang 3.809 km, atau 8 persen dari target.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan