Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan hal ini akan sangat dipengaruhi oleh data covid-19. Menurut Emma apabila angka covid-19 semakin meningkat maka tentu akan berpengaruh pada pendapatan perseroan.
"Kita sikapi jangan sampai positivity rate covid-19 naik, karena akan berdampak lagi pada revenue kita," kata Emma di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 31 Agustus 2020.
Emma mengatakan berbagai strategi akan dilakukan untuk mengamankan keuangan perusahaan. Ia bilang pertama, sejak Maret perusahaan telah melakukan efisiensi belanja operasional (operational expenditure) dan belanja modal (capital expenditure) sebesar USD4,7 miliar. Rinciannya adalah capex USD 1,7 miliar dan opex USD3 miliar.
Kedua, menjaga produksi minyak dan gas agar tidak impor. Ketiga, menerapkan program loyalty dan diskon. Program ini diterapkan untuk membantu masyarakat, UMKM, dan ojek online agar bisa menggunakan BBM dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan program ini diharapkan akan meningkatkan penjualan yang sempat mengalami penurunan.
"Keempat, tren negosiasi kontrak yang tadinya mata uang asing pembayarannya, kita coba negosiasikan dengan rupiah," ujar dia.
Kelima, beberapa efisiensi konsumsi energi dengan mengganti penggunaan refinery fuel dengan natural gas.
Keenam, menurunkan integrated port time. Ia bilang, biaya di pelabuhan sangat mahal, namun saat ini sudah dilakukan efisiensi agar beban pokok penjualan turun.
Ketujuh, digitalisasi SPBU agar efisiensi dari sisi opex dan capex.
Kedelapan, inventory build up dan time to buy karena ada kargo yang sudah dibeli dengan harga rendah yang datang kemudian hari.
Kesembilan, mitigasi selisih kurs sebab buku keuangan Pertamina masih dicatatkan dalam bentuk USD sedangkan pendapatan yang didapat dalam kurs rupiah.
"Jadi yang terpenting sekarang bagaimana Pertamina menyelamatkan semester II agar tidak lagi terus merugi," pungkas Ema.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News