"Keempat, tren negosiasi kontrak yang tadinya mata uang asing pembayarannya, kita coba negosiasikan dengan rupiah," ujar dia.
Kelima, beberapa efisiensi konsumsi energi dengan mengganti penggunaan refinery fuel dengan natural gas.
Keenam, menurunkan integrated port time. Ia bilang, biaya di pelabuhan sangat mahal, namun saat ini sudah dilakukan efisiensi agar beban pokok penjualan turun.
Ketujuh, digitalisasi SPBU agar efisiensi dari sisi opex dan capex.
Kedelapan, inventory build up dan time to buy karena ada kargo yang sudah dibeli dengan harga rendah yang datang kemudian hari.
Kesembilan, mitigasi selisih kurs sebab buku keuangan Pertamina masih dicatatkan dalam bentuk USD sedangkan pendapatan yang didapat dalam kurs rupiah.
"Jadi yang terpenting sekarang bagaimana Pertamina menyelamatkan semester II agar tidak lagi terus merugi," pungkas Ema.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News