Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga (baju merah). Istimewa.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga (baju merah). Istimewa.

Tantangan RI Hadapi Geopolitik Perdagangan Sektor Kelapa Sawit

Achmad Zulfikar Fazli • 24 Juli 2022 18:14
Jakarta: Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan siap menghadapi tantangan geopolitik dalam sektor perdagangan kelapa sawit. Masalah sawit tidak hanya problem dalam negeri, tapi di luar negeri juga mengalami diskriminasi dari negara-negara eropa.
 
"Tidak sedikit dari warga Indonesia yang tinggal di Sumatra yang aktif di sektor sawit mengalami black campaign terhadap sawit. Sedangkan sawit adalah salah satu mata pencaharian utama masyarakat, jadi bagaimana mungkin kita sebagai bangsa yang memiliki resources terbesar tetapi tidak sedikit dari kita memandang sawit dengan pandangan negatif," ujar Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Muhammad Rafsanjani, dalam acara Seminar Palm Movement, Good And Sustainable Palm Oil Governance For Indonesia’s Future, dikutip Minggu, 24 Juli 2022.
 
Pria jebolan SKSG UI ini menekankan pihaknya ingin mendorong untuk mulai melakukan telaah kajian yang objektif, dari segi percaturan geopolitik Internasional sebagaimana sawit diperlakukan secara diskriminatif. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki produktivitas sawit terbesar di dunia, kata dia, jangan sampai termakan black campaign atau jangan termakan narasi-narasi yang merugikan semua pihak.

"Karena itu berwawasan itu penting tetapi jangan sampai wawasan lingkungan kita digunakan alat untuk mendeskreditsikan apa yang menjadi resoureces utama bangsa kita sendiri," kata dia.
 
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menjelaskan tentang hilirisasi kelapa sawit dan kondisi perdagangan di Indonesia. Dia menyampaikan neracara perdagangan Indonesia per juni 2022 telah mencapai surplus.
 
Artinya, ekspor Indonesia lebih banyak daripada impor dengan jumlah USD24,89 miliar. Wamendag pun optimistis dengan sektor perdagangan kelapa sawit hari ini. Sesuai data tahun lalu, nilai surplus yang  didapat menembus angka USD35,34 miliar.
 
“Jika kita melihat dari surplus angka tahun lalu, saya optimis bahwa pada tahun 2022 ini akan lebih besar lagi,” ujar Jerry.
 

Baca: Mendag Zulhas Berkomitmen Jalankan Perintah Presiden untuk Menaikkan Harga TBS


Total produksi minyak sawit dunia mencapai 75,5 juta ton pada 2021. Indonesia menyumbang lebih dari 60 persen (46,88 juta ton) dari total produksi minyak sawit dunia dan menyumbang hampir 22 persen dari total produksi minyak nabati dunia 2021 (213,2 juta ton).
 
Dalam hal tersebut, Jerry menyampaikan 60 persen dari produk Indonesia telah merajai dan memberikan bargaining position untuk keberlangsungan ekosistem dunia. Sebab, tidak sedikit negara-negara yang ada menjadikan kelapa sawit salah satu sumber pangan, makanan, energi, dan seterusnya.
 
"Bahwa hal tersebut adalah fakta yang memang selama ini selalu disampaikan oleh publik sawit itu adalah suatu hal yang potensial," ujar Jerry Sambuaga.
 
 

Menurut Jerry, crude palm oil (CPO) begitu menarik dan sangat potensial untuk dibicarakan. Ternyata publik international ada yang tidak begitu suka dengan kelapa sawit, dengan alasan kelapa sawit bahaya.
 
Salah satu yang menuntut kelapa sawit Indonesia adalah Uni Eropa. Uni Eropa, kata dia, telah memperlakukan sawit Indonesia secara diskriminatif dengan alasan berbahaya dan indonesia tidak mereservasi hutannya.
 
"Ketika kami menanyakan datanya, mereka tidak mampu untuk membuktikan di mana sumber bahaya yang ada di kelapa sawit ini, dan bukti data presentatif hutan Indonesia. Padahal Indonesia telah mempresentatif lebih dari 51 persen terkait hutan kita yang ada di Indonesia dibanding mereka yang lebih kecil," ucap dia.
 
Dalam hal ini, kata dia, pihak Internasional sebenarnya merasa terancam dengan produk sawit Indonesia. Sebab, produk mereka lebih mahal daripada Indonesia.
 
"Kita adalah salah satu negara yang mampu memimpin di benua Asia sehingga kita harus mampu melawan narasi narasi buruk terkait hal yang berkaitan dengan negara kita, khususnya sawit. Artinya, ini kita harus mendiskusikan bersama, karena produk kita bagus dan kita harus bisa melawan black campaign," kata dia.
 
Jerry menyesalkan black campaign yang mereka lakukan di negaranya berdampak kepada Indonesia. Lebih parahnya, pihak yang mendukung hal tersebut adalah LSM yang ada di Indonesia.
 
"Maka dari itu kita harus saling support satu sama lain untuk melawan black campaign yang terjadi di negara kita. Karena bagi kami hal yang paling penting bagi kami adalah bagaimana meningkatkan produktivitas sawit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ucap dia.
 
Dia berharap ke depan Indonesia mampu mempimpin perdagangan global. Salah satunya, adalah melalui produktivitas sawit ini, karena dari 60 persen penjualan yang ada di dunia itu hasil dari Indonesia.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kadiv Lembaga Kemasyarakagan dan Civil Society Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Aida, mengatakan palm movement menjadi sebuah kawah candra dimuka bagi anak petani sawit, penggiat sawit dan mahasiswa secara umum untuk dapat belajar. Kemudian, membangun potensi sawit Indonesia yang sangat memerlukan generasi muda dan kaum intelektual.
 
“Pembangunan kelapa sawit yang berkelanjutan tentu sangat membutuhkan peran dan generasi muda untuk membangun potensi sawit ke arah yang lebih baik. Palm movenent menjadi sebuah penggodogan bagi anak petani sawit, penggiat sawit dan mahasiswa untuk belajar penggelolaan sawit dari hulu ke hilir," ujar Aida.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan