Mengutip data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Senin, 12 Juli 2021, tercatat sebanyak 36.197 kasus covid-19 terdeteksi pada Minggu, 11 Juli 2021. Total konfirmasi covid-19 sebanyak 2.527.203. Penambahan ini berdasarkan pemeriksaan 159.219 spesimen dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM).
Sedangkan pasien sembuh bertambah 32.615 sehingga total pasien sembuh sebanyak 2.084.724 orang. Sementara pasien meninggal akibat covid-19 bertambah 1.007 per Minggu, 11 Juli. Total korban jiwa mencapai 66.464. Adapun kasus aktif bertambah 2.575 dan totalnya mencapai 376.015.
Kasus aktif ialah jumlah orang yang terkonfirmasi positif ditambah orang yang menjalani isolasi mandiri atau menunggu hasil tes covid-19 di rumah sakit. Jumlah suspek sebanyak 152.151 orang. Kemudian covid-19 telah tersebar ke 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
Menelisik data itu, kasus covid-19 masih belum juga melambat signifikan pertumbuhannya. Bahkan, pemerintah merespons dengan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Kombinasi gelombang covid-19 kedua, PPKM darurat, dan imbasnya PPKM Darurat terhadap perekonomian itu yang turut memengaruhi IHSG.
Tak signifikan
Meski di awal covid-19 terdeteksi di Tanah Air pada tahun lalu membuat IHSG terjun bebas, namun nyatanya kondisi tersebut tak terulang saat gelombang covid-19 kedua menerpa Indonesia sekarang ini. Bisa dikatakan ledakan covid-19 di Tanah Air yang menyentuh di atas level 30 ribu tiap harinya dampaknya terhadap IHSG tak signifikan.

Di awal covid-19 muncul di Indonesia, keyakinan investor runtuh dan membuat IHSG anjlok. Bahkan, berdasarkan data yang dihimpun Medcom.id, IHSG pada Kamis, 12 Maret 2020, terpaksa dihentikan karena IHSG melemah 5,01 persen ke level 4.895. Penghentian sekitar pukul 15.33 WIB itu membuat perdagangan yang kondisi normal ditutup pukul 16.00 WIB tidak berlanjut.
Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas Roger membenarkan gelombang kedua covid-19 yang menerjang Indonesia tak signifikan memengaruhi gerak IHSG dibandingkan dengan awal mula covid-19 melanda Tanah Air pada 2020. Kondisi tersebut lantaran pemerintah terus memberikan insentif dan berupaya memulihkan perekonomian.
"Karena pemerintah juga masih dalam tahap menjalani pemulihan ekonomi nasional. Jadi kalau dilihat dari gelombang kedua ini dibarengi juga dengan program vaksinasi yang sudah mulai agresif maka dampak covid-19 tidak akan signifikan seperti yang pertama (waktu awal mula di 2020). Mudah-mudahan level 5.900 kita tidak pecah," kata Roger.
Selain itu, lanjut Roger, Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan optimistis ledakan covid-19 hanya sampai Agustus. "Akhirnya kita sebagai investor setelah keluar dari Agustus antisipasinya pemulihan yang lebih cepat. Kita yakin IHSG bisa menembus resisten yang sulit ditembus yakni 6.135. Jadi antisipasinya adalah mencari saham yang punya potensi upside," tuturnya.
Adapun selama periode 5-9 Juli 2021, data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan mayoritas bergerak pada zona positif. Kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa sebesar 3,84 persen menjadi Rp11,802 triliun dari Rp11,365 triliun pada pekan sebelumnya.
Kemudian peningkatan terjadi pada rata-rata frekuensi harian bursa sebesar 3,29 persen menjadi 1.201.900 transaksi dari 1.163.664 transaksi pada penutupan pekan lalu. Nilai kapitalisasi pasar bursa meningkat 0,46 persen menjadi Rp7.187,639 triliun dari Rp7.154,948 triliun dari pekan sebelumnya.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan meningkat 0,28 persen menjadi 6.039,844 dari 6.023,008 pada pekan sebelumnya. Sedangkan data rata-rata volume transaksi harian bursa berubah 1,56 persen menjadi 19,044 miliar saham dari 19,346 miliar saham pada penutupan pekan lalu.
IHSG menguat di Juli
Sementara itu, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan IHSG pada Juli 2021 akan bergerak menguat dengan target IHSG berada di level 6.195 hingga 6.394. Pengujian resisten awal 6.115 selanjutnya 6.134, sementara support di level 5.985 hingga 5.884.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan ada beberapa faktor yang menggerakkan IHSG pada Juli ini. Pertama, Indonesia memasuki fase laporan keuangan di kuartal II-2021. Sebagai pembanding, pada akhir Juni 2021, IHSG ditutup di level 5.985.
"Kemarin ada Lebaran dan puasa jadi laporan keuangan emiten di kuartal kedua masih membaik. Pada kuartal kedua tahun lalu perusahan-perusahaan cukup suffer karena covid-19 dimulai pada Maret. Jadi di kuartal kedua tahun ini lebih baik," kata Martha.
Namun, lanjutnya, tetap ada ancaman yakni perkembangan covid-19 di Tanah Air mengingat sekarang ini kasus covid-19 masih terus mencetak rekor sampai sekarang. "Pendukung lainnya adalah akan adanya aksi korporasi. Contohnya beberapa aksi merger, right issue, dan akuisisi. Perusahaan-perusahaan itu dapat mendorong pergerakan IHSG untuk membaik," tuturnya.
Sementara itu, selama Juni IHSG menguat 0,6 persen ke level 5.985 usai melemah 0,8 persen pada Mei 2021. Level IHSG tertinggi-terendah pada Juni 2021 berada di rentang 6.096-5.885. Sejak awal tahun, IHSG naik tipis 0,1 persen. Kondisi itu terjadi di tengah lonjakan kasus covid-19 di Tanah Air.
"Lonjakan kasus covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Juni membuat pemerintah memberlakukan PPKM Darurat mikro di Jawa dan Bali mulai 3 Juli. Langkah ini diambil sebagai upaya pengendalian perkembangan covid-19 varian delta yang terbukti lebih cepat menular," kata Marta.
Pemulihan ekonomi nasional berlanjut
Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia M Nafan Aji Gusta Utama meyakini pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut lantaran realisasi PDB di kuartal I-2021 hanya terkontraksi 0,74 persen atau lebih baik dari sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya faktor penanganan pandemi dan vaksinasi, serta dorongan program PEN yang terukur dan terarah.
"Terlihat bahwa arah pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah on the right track dengan membentuk kurva V-shape," ucapnya.
Dirinya meyakini tren pemulihan ekonomi akan terus berlanjut seiring langkah pemerintah melaksanakan relaksasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan, realisasi stimulus program PEN, vaksinasi dan penanganan covid-19, serta transformasi ekonomi di bidang investasi melalui implementasi omnibus law.
Sedangkan terkait ekonomi global, Nafan mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2021 akan positif seiring dengan adanya optimisme pemulihan ekonomi global usai risis pandemi covid-19; komitmen berbagai negara dalam meningkatkan stimulus fiskal, moneter maupun keuangan; sekaligus penerapan program akselerasi vaksinasi massal.
Adapun rendahnya persentase pada proyeksi akhir 2022, lanjutnya, lebih dipengaruhi oleh terciptanya normalisasi pemulihan ekonomi; kebijakan pengurangan stimulus fiskal maupun keuangan, bahkan kebijakan pengetatan moneter di berbagai negara; dan terciptanya kondisi pergerakan mata uang secara fluktuatif terutama dari negara emerging market.
"Serta faktor geopolitik yang memengaruhi kondisi market," ujarnya.
Skenario terburuk
Sementara itu, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah meminta pemerintah menyusun skenario terburuk jika kebijakan PPKM Darurat tidak cukup efektif menekan tingkat positif harian covid-19. Meski demikian, Said mengakui, skenario terburuk membutuhkan dukungan anggaran sangat besar.
Artinya, lanjutnya, berkonsekuensi pada perubahan arah kebijakan dan sasaran dari postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dan rencana APBN 2022. "Keadaan dunia dan dalam negeri akibat covid-19 dengan ketidakpastian tinggi tidak terkelola baik, maka akan berdampak luas terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan kesehatan rakyat," tuturnya.
"Bila keadaan seperti ini berlangsung lama akan berkonsekuensi mendalam terhadap APBN kita," ujar Said.

Sejauh ini, terang Said, skenario APBN di 2021 dan 2022 adalah skenario pemulihan segala hal, terutama sosial, ekonomi, dan kesehatan. Namun demikian, APBN belum memitigasi skenario gelombang demi gelombang dan pandemi berlangsung lebih lama.
"Minggu lalu saya telah menyarankan pemerintah untuk mulai melakukan refocusing anggaran. Akan tetapi melihat situasi dan potensi resiko yang ada, selain refocusing, pemerintah perlu melakukan kebijakan kebijakan lebih jauh yang komprehensif," tuturnya.
Menurutnya jika harus membuat kebijakan-kebijakan lanjutan, yang berdampak luas baik ekonomi, sosial, dan kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan skenario terburuk maka pemerintah harus menjalin komunikasi dengan banyak pihak.
Komunikasi tersebut termasuk dengan para pelaku bisnis dan keuangan, dengan persiapan waktu komunikasi yang cukup. Langkah ini penting guna mengantisipasi guncangan pada bisnis dan pasar keuangan yang sejauh ini masih berjalan dengan sehat.
"Saya mendukung penuh langkah pemerintah, khususnya terkait persetujuan anggaran terkait pelaksanaan segala daya upaya dalam penanggulangan covid-19, termasuk dalam pelaksanaan skenario terburuk tersebut harus membutuhkan dukungan pembiayaan. Misalnya seperti penerbitan surat utang negara karena dampak turunnya penerimaan perpajakan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id