Sarman mengungkapkan, sebagai pengusaha dirinya sangat berharap agar masyarakat agar tetap prokes (protokol kesehatan) selama perjalanan mudik dan merayakan Idulfitri bersama keluarga di kampung halaman.
Hal itu ditekankannya lantaran Indonesia belum bebas dari covid 19. Menurutnya, kedisiplinan dari semua pihak saat mudik dan Idulfitri diharapkan agar tidak menghambat proses pemulihan ekonomi.
Sarman mengimbau kepada penduduk daerah tujuan masing-masing, agar dapat memanfaatkan momentum liburan mudik tahun ini menjadi peluang usaha dengan menjual berbagai makanan khas daerah, batik serta souvenir khas daerah yang diminati para pemudik untuk dibawa kembali ke kotanya.
"Sehingga liburan Idulfitri tahun ini dapat memperbaiki perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa," ucapnya.
Adapun dana sebesar Rp28 triliun hingga Rp42 triliun diperkirakan mengalir dari kota ke daerah tujuan mudik selama Idulfitri 2022. Prediksi tersebut dengan asumsi jika jumlah yang mudik sekitar 85 juta orang dan rata-rata per keluarga tiga orang maka jumlah yang mudik kurang lebih sekitar 28 juta keluarga.
"Jika rata-rata per keluarga membawa minimal Rp1 juta saja maka uang yang mengalir ke daerah paling sedikit Rp28 triliun, jika membawa rata-rata Rp1,5 juta per keluarga maka potensi perputaran dikisaran Rp42 triliun," ucapnya.

Dengan animo mudik yang sangat besar tahun ini diyakini dapat menggerakan perekonomian daerah dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha. "Perayaan dan masa libur Idulfitri di Indonesia merupakan momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, karena menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia," jelasnya.
Berdampak positif ke perekonomian
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Lana Soelistianingsih mengatakan, kegiatan mudik yang kembali dijalankan setelah absen dilakukan masyarakat selama pandemi dapat berdampak positif bagi kinerja perekonomian."Dari dulu ekonomi Lebaran, baik karena mudik atau meningkatnya permintaan masyarakat, mendukung sektor seperti ritel, transportasi, perhotelan menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi," kata Lana.
Menurut dia, secara historis, kegiatan mudik dan Lebaran menjadi pendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulanan seiring dengan tingginya permintaan masyarakat di berbagai sektor. Untuk itu, momentum perbaikan ekonomi karena arus mudik dan Lebaran ini harus dijaga agar bisa memberikan kontribusi kepada pertumbuhan di akhir tahun.