"Tapi saya sudah harus bekerja karena krisis khususnya tekanan dari IMF untuk melakukan privatisasi. Maka keesokan harinya saya sudah menghadap Presiden di Cendana dengan menyampaikan strategi yaitu strategi restrukturisasi, profitisasi, dan privatisasi," tuturnya.
Restrukturisasi secara internal yang pertama dilakukan saat itu, lanjut Tanri, yaitu restrukturisasi internal Garuda Indonesia. Kemudian dilakukan restrukturisasi manajemen BNI dan BRI. BNI dan BRI direstrukturisasi karena masalah yang paling besar saat krisis 1998 adalah tidak bisa melakukan L/C karena perbankan anjlok.
Kemudian empat bank milik pemerintah yakni Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dimerger menjadi Bank Mandiri. Bahkan, privatisasi dilakukan via konsesi yang artinya tidak di jual di Pelindo II dan III memicu masuknya arus cash flow ke pemerintah USD1 miliar.
"Dan itu mendukung peningkatan nilai tukar rupiah sehingga pada era (Presiden) Habibie rupiah sudah menguat ke level Rp7 ribu per USD dari Rp17 ribu per USD. Itu satu capaian yang menurut hemat saya sangat luar biasa," tuturnya.
Meski sejumlah langkah yang dilakukan di BUMN memberikan efek positif terhadap pemulihan ekonomi, namun Tanri sempat mempertanyakan kenapa dirinya ditunjuk menjadi seorang menteri kepada Presiden Soeharto. Kala itu ia bertanya langsung kepada Presiden mengapa dirinya dijadikan menteri, padahal hanya mengusulkan National Holding Company.
"Saya menteri pertama yang menghadap ke Presiden dan bertanya. Jawaban Presiden (Soeharto) singkat saja. 'Kamu harus menjadi menteri untuk menduduki posisi politik yang sejajar dengan 17 menteri, 159 perusahaan BUMN harus kamu ambil alih dari 17 menteri (untuk berada di bawah naungan Kementerian BUMN)'," ucap Tanri.
Konsolidasi
Adapun konsolidasi di perusahaan BUMN memang memainkan peranan penting. Apalagi, aset BUMN menurut perhitungan Tanri Abeng sekarang ini mencapai sekitar Rp8.200 triliun yang artinya sudah 50 persen lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Artinya, kontribusi BUMN sangat signifikan terhadap perekonomian.
"Sangat signifikan sekali kontribusinya juga kepada UMKM yang sangat terdampak oleh covid-19. Dan UMKM banyak sekali dibantu oleh BRI karena 72 persen portofolio BRI itu ada di UMKM," ujar dia.

Sumber: FOTO: Kementerian BUMN
Namun, yang paling membanggakan Tanri Abeng sebagai Menteri BUMN pertama di Indonesia pada saat krisis multidimensi akibat krisis covid-19 dan berimbas kepada krisis ekonomi adalah ditunjuknya Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
"Yang paling sangat kita banggakan adalah pada saat krisis multidimensi saat ini Menteri BUMN Erick Thohir ditunjuk dengan duet dari Budi Gunadi Sadikin sebagai Ketua Gugus Tugas Pemulihan Ekonomi. Ini luar biasa kepercayaan negara kepada BUMN. Ini berarti bahwa BUMN dapat betul-betul diandalkan," kata Tanri.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa krisis multidimensi yang terjadi sekarang ini akibat krisis covid-19 dan krisis ekonomi harus diwaspadai karena berpeluang tidak akan selesai dalam waktu dekat. Pasalnya, krisis kesehatan akibat covid-19 sulit diprediksi pergerakannya dibandingkan dengan krisis keuangan.
"Perkiraan saya sendiri bahwa krisis multidimensi ini akan berkelanjutan dan tidak akan selesai sebelum akhir 2021. Karena banyak masalah yang tidak dapat diprediksi. Kalau krisis 1998 itu hanya krisis keuangan. Mencermati kerja ekonomi dan bisa ditangani secara fokus. Kalau kali ini luar biasa dampak dan kompleksitasnya," tutur Tanri.