Pada Side Event G-20 Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022 bertajuk Advancing Digital Economy and Finance: Synergistic and Inclusive Ecosystem for Accelerated Recovery di Bali, Senin, 11 Juli 2022, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate memaparkan kondisi infrastruktur teknologi dan informasi (TIK) di Tanah Air.
Layer pertama: serat optik
Setidaknya ada tiga lapisan (layer) yang perlu dipahami untuk memotret perkembangan infrastruktur TIK nasional. Layer pertama ialah cakupan serat optik (fiber optik) yang ada di Indonesia. Sejauh ini serat optik di Tanah Air telah membentang hingga 359 kilometer, baik di darat maupun di dasar laut.Fiber optik berfungsi untuk menghubungkan jaringan antarpulau dan berperan sebagai tulang punggung (backbone) jaringan telekomunikasi. Bentangan serat optik yang dimiliki Indonesia saat ini dinilai belum mencukupi dan perlu untuk ditambah.
"Kita harus menambah dan menyambung titik tulang punggung ini untuk menghubungkan titik yang belum terhubung," kata Johnny.
Layer kedua: Palapa Ring pakai skema KPBU
Salah satu yang sedang diupayakan ialah pembangunan Palapa Ring melalui skema public private partnership (KPBU) dengan mitra, dan menjadi layer kedua. Proyek itu diharapkan tuntas dalam beberapa waktu mendatang dan akan menyajikan fiber optik sepanjang 12.100 km.Penggunaan satelit juga dapat menjadi solusi dari persoalan jangkauan fiber optik karena tidak semua wilayah di Indonesia dapat dijangkau lantaran kondisi geografis, topografis, dan logistik. Sebab itu, dibutuhkan jaringan microwave fiber optik guna menghubungkan wilayah yang sulit dijangkau tersebut.
Kemenkominfo melalui peta jalan (roadmap) yang disusun memproyeksikan Indonesia membutuhkan satu terabyte (Tb) per detik kapasitas satelit hingga 2030. Menteri Johnny optimistis hal itu dapat dicapai sebab saat ini ada pembangunan satelit dengan kapasitas 2x150 gigabyte (Gb) per detik yang dilakukan pemerintah dan mitra.
Baca juga: Heboh Kominfo Ancam Blokir WhatsApp, Instagram, Facebook, Ini Awal Ceritanya |
Peluncuran satelit pertama dengan kapasitas 150 Gb per detik akan dilakukan pada triwulan I-2023. Proyek ini dikerjakan bersama dengan Amerika Serikat. Lalu pada triwulan II-2023 bakal diluncurkan satelit berkapasitas sama dari kerja sama dengan Eropa.
"Mudah-mudahan di akhir 2023 dan awal 2024, Indonesia, khususnya pemerintah, seluruh layanan publik akan bisa dilayani dengan satelit. (Dua) satelit itu akan melayani itu, termasuk 90 ribu sekolah, fasyankes, kepolisian, kantor desa yang belum ada akses internet," jelas Menkominfo.
Layer ketiga: bangun BTS
Pada layer ketiga, pemerintah akan terus membangun base transceiver station (BTS) untuk menghadirkan jaringan 4G di Indonesia. Dari 83.548 desa dan kelurahan yang ada, sebanyak 12.345 desa dan kelurahan belum bisa menikmati jaringan tersebut, termasuk wilayah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.Guna mempercepat pembangunan BTS, pemerintah bakal terus mencari mitra kerja sama dan menggarap proyek itu melalui skema KPBU. Bila ini dapat dilakukan, imbuh Johnny, akses jaringan internet yang merata hingga pelosok bukan lagi menjadi angan semata.
Sejatinya, percepatan pembangunan infrastruktur TIK diperlukan untuk menunjang semua aspek, dari sisi perekonomi, sosial, kesehatan, hingga pemerintahan. Terkait dengan pemerintahan, diperlukan pusat data berbasis cloud untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan fungsinya.
Kementerian Kominfo, lanjut Johnny, telah memetakan empat wilayah yang akan menjadi pusat data berbasis cloud di Tanah Air, yaitu Jakarta, Batam, Kalimantan, dan Labuan Bajo. Keempat wilayah tersebut dianggap mumpuni dan aman dari ancaman geografis yang dapat mengganggu saluran konektivitas.
Wilayah-wilayah pusat data itu diharapkan dapat saling melengkapi dan memperkuat sistem pencadangan data. Hal-hal teknis mengenai pusat data itu akan terus diperdalam untuk memastikan eksekusinya berjalan sesuai dengan rencana.