Efek domino
Meroketnya laju inflasi di luar kondisi normal tersebut memberikan dampak yang luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Pertama, akibat langsung yang dirasakan oleh masyarakat dengan melonjaknya inflasi itu ialah naiknya harga-harga barang dan jasa yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Harga bahan makanan melonjak, tarif listrik ikut naik, ongkos transportasi juga naik karena harga BBM menjadi lebih mahal merupakan beberapa contoh kenaikan biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat.Konsumen di negara-negara Uni Eropa, yang sangat bergantung pada suplai minyak dan gas alam dari Rusia, saat ini harus membayar tarif listrik yang lebih mahal akibat embargo minyak dan gas dari Rusia. Masyarakat di Tiongkok dan India juga harus membayar biaya listrik yang lebih mahal karena pembangkit listrik mereka banyak yang bersumber dari batu bara. Masyarakat luas akan menjadi korban dari situasi tersebut sehingga mau tidak mau harus bisa menerima kenyataan pahit yang tidak terhindarkan seperti itu. Tidak bisa dimungkiri lagi bahwa kenaikan harga barang dan jasa itu tidak bisa terus dibiarkan melambung untuk jangka waktu yang lebih lama.
Kedua, dengan adanya kenaikan harga barang dan jasa tersebut, tentunya uang yang harus dikeluarkan oleh masyarakat menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Harga bahan pangan maupun produk pangan mengalami kenaikan yang luar biasa, yang dikhawatirkan memicu krisis pangan di mana-mana. Sementara itu, tidak semua kelompok masyarakat mempunyai kemampuan dan penghasilan yang sama.
Bagi kelompok masyarakat menengah ke atas mungkin tidak terlalu terbebani dengan kenaikan harga tersebut, mereka memiliki penghasilan ataupun tabungan yang lebih dari cukup untuk mengakomidasi kenaikan harga. Namun, bagi kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu, tentunya kondisi itu akan memberatkan mereka. Penghasilan mereka mungkin hanya pas-pasan, dan bahkan tidak sedikit yang menerima penghasilan di bawah ketentuan upah minimum. Kelompok masyarakat seperti ini juga tidak memiliki tabungajn yang cukup sehingga inflasi yang berkepanjangan dapat menurunkan kualitas hidup mereka.
Ketiga, meningkatnya biaya hidup yang harus ditanggung oleh masyarakat mendorong pemerintah untuk memperbesar bantuan keuangan ataupun subsisdi kepada masyarakat yang kurang mampu. Akibatnya, pemerintah harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk menjaga kemampuan daya beli masyarakat miskin dan tidak mampu. Demikian halnya bagi pelaku usaha, baik itu lembaga jasa keuangan besar maupun UMKM, juga harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk menaikkan gaji atau upah pegawai mereka.
Para pelaku usaha selanjutnya akan membebankan kenaikan gaji tersebut kepada konsumen dengan menaikkan harga barang dan jasa yang mereka tawarkan. Langkah tersebut tidak bisa dihindari lagi sebagai salah satu upaya untuk menjaga agar barang dan jasa yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat tetap dapat terjaga.
Keempat, kemungkinan bertambahnya masyarakat miskin menjadi semakin terbuka lebar apabila inflasi berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Laju inflasi yang berkepanjangan akan memperdalam angka kemiskinan, terlebih lagi di negara-negara miskin di Afrika. Kondisi ekonomi mereka, yang masih banyak ditopang oleh barang-barang impor maupun bantuan dari negara-negara lain, tidak mempunyai kekuatan dan pilihan yang lebih baik kecuali menerima kenyataan tersebut. Bagi negara-negara berkembang lainnya, yang juga masih memiliki kelompok masyarakat miskin, situasi seperti ini juga sulit untuk dihindari. Oleh sebab itu, diperlukan strategi dan kebijakan ekonomi yang tepat untuk mengatasi persoalan inflasi yang tinggi tersebut.
Kelima, inflasi yang berkepanjangan akan mengurangi kemampuan seseorang untuk menabung karena uang yang dibelanjakan menjadi lebih banyak untuk membeli barang-barang dan jasa kebutuhan mereka. Artinya, untuk membeli barang dan jasa yang sama, mereka harus merogoh kocek lebih besar lagi karena harganya menjadi lebih mahal. Uang sisa yang biasanya dipergunakan untuk menabung atau ditabung, pada akhirnya harus direlakan untuk menambah uang belanja sehari-hari.
| Baca juga: G20 Dorong Pemulihan Ekonomi di Tengah Eskalasi Tantangan Global |
Keenam, dari sisi moneter, laju inflasi yang berkepanjangan akan mengurangi likuiditas di pasar, yang artinya uang beredar akan berkurang, sehingga biaya bunga pinjaman dari bank akan menjadi lebih mahal. Dengan semakin mahalnya biaya bunga pinjaman dari bank, maka permintaan kredit akan semakin menurun.
Ketujuh, inilah yang paling ditakuti oleh para ekonom dan juga para pemimpin pemerintahan, inflasi tinggi yang berkepanjangan dianggap akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ekonomi global baru sekitar setahun ini kembali menuju arah pemulihan setelah dihantam resesi akibat pandemi covid-19. Momentum pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut harus tetap dijaga dan dipertahankan agar ekonomi kembali normal seperti sebelum datangnya pandemi.
Namun, hantu inflasi yang sangat ditakuti oleh para ekonom tersebut ternyata muncul di mana-mana sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi global. Dunia saat ini sedang berjuang mengatasi krisis energi dan krisis pangan. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengkhawatirkan ekonomi global akan kembali lagi menuju jurang resesi.