Ilustrasi. FOTO: Medcom.id/Angga Bratadharma
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id/Angga Bratadharma

Window Dressing

Angga Bratadharma • 01 Desember 2020 12:56

Efek window dressing biasanya ditandai naiknya sejumlah saham dengan kenaikan di atas 5-10 persen hanya dalam satu hari perdagangan bursa. Untuk memperoleh cuan saat fenomena ini terjadi, pastikan investor cermat dalam memilih saham dan biasanya saham pendorong utama indeks.
 
Tetap pertimbangkan faktor fundamental dan teknikal saham yang dipilih karena belum tentu saham yang mengalami window dressing pada tahun sebelumnya akan mengalami pola yang sama pada tahun ini. Selain itu, gunakan alokasi dana yang sudah disiapkan khusus untuk investasi. Jangan sampai menggunakan dana liburan akhir tahun.
 
Berburu emas saat window dressing

Meski window dressing sering dikaitkan dengan pasar saham, namun kondisi itu juga membuka peluang bagi investor mendapatkan cuan besar dari emas. Kondisi itu yang membuat para investor bergairah menjelang akhir tahun. Khusus di perdagangan berjangka untuk produk derivatif indeks Hang Seng dan Nikkei dipastikan akan melonjak tajam.
 
Direktur PT Solid Gold Berjangka (SGB) Dikki Soetopo berpandangan di momen window dressing sektor keuangan dan saham akan menguat seiring derasnya aliran modal yang masuk ke dalam perusahaan. Sementara harga emas biasanya akan mengalami koreksi.
 
Akan tetapi, lanjutnya, hal tersebut malah menjadi peluang bagi para investor untuk memborong emas karena adanya harapan penguatan harga emas di momen January Effect dan Imlek. Saat window dressing, diramal harga emas akan melemah di kisaran harga middle price di level USD1.761 per troy ons.
 
Sedangkan banyak analis memperkirakan pelemahan harga emas saat ini wajar dalam perdagangan pasar global. Para analis menganggap kondisi yang terjadi menjadi peluang membeli emas di saat harga rendah atau murah. "Karena harga emas diprediksi masih berpotensi menguat ke level USD1.900 per troy ons, bahkan USD2.000 per troy ons di awal tahun," terang Dikki.
 
Dirinya menjelaskan momen window dressing adalah salah satu kesempatan untuk membeli emas di saat terjadi koreksi. Peluang profit taking sangat besar di setiap awal tahun karena adanya January Effect, disambut juga oleh momen Imlek.
 
"Para investor saat ini semestinya mewaspadai terjadinya aksi profit taking di perdagangan saham maupun mata uang seiring perdagangan saham dan mata uang sudah mengalami penguatan semenjak pengumuman vaksin covid-19," ucapnya.
 
Pasar modal syariah
 
Lebih lanjut, hadirnya katalis positif di pasar modal Indonesia juga turut berdampak terhadap menguatnya perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya statistik transaksi saham syariah dan jumlah investornya.
 
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menjelaskan statistik transaksi saham syariah di pasar modal Indonesia per tahunnya mencapai 61 persen dan jumlah investor juga tumbuh konsisten. Investor saham syariah sampai 2020 sudah mencapai 81.413 Single Investor Identification (SID).
 
"Kenaikan ini cukup bagus kalau kita lihat pada 2016 itu masih 12.283 SID. Jadi, tumbuhnya 563 persen jika dibandingkan dengan 2016 atau rata-rata per tahun 63 persen," ujar Inarno.
 
Investor saham syariah yang aktif dan setiap hari melakukan transaksi sebanyak 26 persen dan jika dilihat rasio investor syariah terhadap total investor sebesar 5,7 persen. Akumulasi transaksi investor syariah juga meningkat cukup signifikan. Pada 2016 mencapai Rp926 miliar dan saat ini sudah Rp3.582 miliar secara year to date (ytd).
 
"Dan frekuensi transaksi 100.280 kali per hari ytd," jelasnya.
 
Saat ini, terdapat 451 saham syariah di BEI dari total 708 efek atau saham yang tercatat di BEI. "Kalau kita lihat dari kapitalisasi pasar saham syariah mencapai 51 persen atau Rp3.302 triliun out off Rp6.475 triliun kapitalisasi pasar keseluruhan," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan