Anggaraksa berpendapat pemilihan kabinet Pemerintahan Joe Biden mendapat reaksi positif dari bursa saham global. "Sentimen ikut menular ke bursa saham Indonesia, ditandai oleh IHSG yang masih melanjutkan reli kenaikan setelah kabar pemilihan kabinet Biden keluar," kata Anggaraksa.
Bahkan, Anggaraksa menjelaskan pasar saham sangat mengapresiasi pencalonan Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan AS. Pasalnya Janet Yellen dianggap sukses memimpin Federal Reserve periode 2014-2018. Saat itu, salah satu tugas utamanya adalah mengawal pemulihan ekonomi Amerika Serikat usai krisis
subprime mortgage 2008.
"Harapan besar akan kembali ditumpukan pada Yellen pada krisis covid-19 ini, terutama terkait dengan kesepakatan paket stimulus baru," ujarnya.
Terkait di akhir tahun ini, Anggaraksa memprediksi pasar masih dapat bertumbuh. Selain dari sentimen global, fenomena
window dressing juga menjadi pemicu penguatan di akhir tahun. "Pasar saham diharapkan masih dapat bertumbuh seiring dengan fenomena
window dressing yang umum terjadi menjelang tutup tahun," ujarnya.
Mempercantik tampilan portofolio
Mengutip laman resmi
MNC Sekuritas, disebutkan seperti halnya kosmetik yang digunakan wanita untuk mempercantik wajahnya,
window dressing juga seringkali dilakukan oleh manajer investasi dan perusahaan terbuka (emiten) untuk mempercantik tampilan portofolio atau performa laporan keuangannya.
Dengan strategi tersebut, tampilan portofolio dana yang dikelola atau laporan keuangan perusahaan menjadi semakin menarik di mata investor maupun pemegang saham. Mempercantik laporan keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan cara penyajian informasi penjualan aset terakhir.
Pada waktu bersamaan, perusahaan akan menyajikan informasi berupa pembelian aset terbaru atau kegiatan operasional lainnya dengan menggunakan dana dari penjualan aset yang sebelumnya telah dilakukan. Fenomena
window dressing secara tidak langsung menyebabkan kenaikan harga saham-saham unggulan.
Manajer Investasi perusahaan akan berusaha meningkatkan nilai-nilai saham yang dimilikinya, sehingga penutupan tahun kinerja yang dikelola terlihat lebih baik. Karena aksi ini dilakukan oleh hampir seluruh manajer investasi di seluruh dunia maka pada akhir tahun pun indeks harga saham umumnya akan bergerak naik.
Fenomena
window dressing biasanya terjadi pada akhir kuartal saat perusahaan-perusahaan merilis laporan keuangan kuartalan, tepatnya pada Maret, Juni, September, dan Desember. Namun, dampak
window dressing justru akan terasa pada bulan-bulan setelahnya, yaitu April, Juli, Oktober, dan Januari.
Window dressing yang paling signifikan terjadi pada akhir tahun, yang biasanya harga saham akan menguat sampai Januari yang dikenal juga dengan sebutan
January Effect. Kebanyakan saham-saham yang mengalami fenomena
window dressing tergolong sebagai penggerak utama IHSG atau memiliki kapitalisasi besar.