Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

Satu Tahun Covid-19 di Indonesia: Konsisten Perangi Pandemi

Angga Bratadharma • 02 Maret 2021 10:51
GENAP satu tahun sudah covid-19 'melumpuhkan' Indonesia. Virus yang awal mulanya muncul di Kota Wuhan, Tiongkok, itu secara resmi masuk ke Tanah Air pada 2 Maret 2020, saat diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka yang pertama kali terpapar virus korona merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Depok, Jawa Barat.
 
Sejak kemunculannya di Tanah Air, virus yang memiliki nama resmi coronavirus disease itu terus menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Penyakit tersebut tidak hanya menyerang aspek kesehatan, melainkan juga memberi efek berantai ke ranah perekonomian. Bahkan, jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) cukup fantastis akibat virus tersebut.
 
PHK terjadi lantaran imbas kebijakan penguncian atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Terhentinya aktivitas sosial dan bisnis kala itu yang membuat sejumlah besar pelaku bisnis tak mampu bertahan dan terpaksa mengambil kebijakan tidak populis yakni PHK.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja (14,28 persen) terdampak covid-19 pada Agustus 2020. "Pandemi covid-19 ini membawa dampak yang luar biasa terhadap 29,12 juta penduduk usia kerja, 2,56 juta penduduknya mengalami pengangguran," ujar Kepala BPS Suhariyanto, pertengahan Februari 2021.
 
Selain itu, sebanyak 760 ribu penduduk di antaranya menjadi bukan angkatan kerja. Lalu 1,77 juta penduduk tidak bekerja sementara. Paling banyak, 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja. Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,07 persen. Angka ini naik sebanyak 1,84 persen ketimbang Agustus 2019 yang sebesar 5,23 persen.

Satu Tahun Covid-19 di Indonesia: Konsisten Perangi Pandemi
 
Pada Agustus 2020, persentase pekerja setengah penganggur sebesar 10,19 persen. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 3,77 persen dibandingkan dengan posisi Agustus 2019 yang sebesar 6,42 persen. Adapun jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2020 mencapai 27,55 juta orang atau setara 10,19 persen dari total populasi RI.
 
Jumlah penduduk miskin ini naik sebanyak 2,76 juta jiwa dibandingkan dengan pada September 2019. Sedangkan garis kemiskinan per September 2020 sebesar Rp458.947 per kapita per bulan. Garis kemiskinan ini naik 0,94 persen dari Rp454.652 per kapita per bulan pada Maret 2020.
 
Terus naik
 
Di awal keberadaannya, kasus aktif covid-19 terus naik. Bahkan, Amerika Serikat (AS) dengan cepat menjadi negara yang menduduki peringkat pertama di dunia dengan kasus aktif terbanyak. Kondisi kian diperparah dengan sikap Donald Trump, yang kala itu menjabat Presiden AS, tidak percaya dan tak maksimal memutus mata rantai penyebaran covid-19.
 
Hal itu yang membuat Presiden AS sekarang, Joe Biden, harus bekerja sangat keras untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 sekaligus memperbaiki struktur perekonomian usai terhantam keras virus mematikan itu. Di antara Pekerjaan Rumah (PR) berat yang dipikul Biden yakni mengembalikan jutaan orang AS memiliki pekerjaan kembali.
 
 

Sementara itu, berdasarkan data terbaru dari Johns Hopkins University, Minggu, 28 Februari 2021, jumlah kasus covid-19 di level global telah melampaui 113 juta dengan angka kematian di atas 2,5 juta. Namun, Johns Hopkins University mencatat bahwa dari total kasus covid-19 di dunia, lebih dari 64 juta orang telah dinyatakan sembuh.
 
Sedangkan di Indonesia, tercatat kasus harian covid-19 di Tanah Air bertambah 5.560 per Minggu, 28 Februari 2021. Dengan penambahan itu total kasus covid-19 di Indonesia menjadi 1.334.634. Penambahan kasus ini berdasarkan pemeriksaan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM). Sementara itu, pasien sembuh bertambah 6.649 orang.
 
"Total kasus sembuh menjadi 1.142.703 orang," dikutip dari data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.
 
Sedangkan kasus meninggal akibat covid-19 bertambah 185 orang. Total korban jiwa menjadi 36.166 orang. Hingga Minggu, 28 Februari, jumlah suspek mencapai 71.668  orang. Covid-19 telah tersebar ke 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
 
Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melaporkan kenaikan data kasus positif mingguan. Kasus positif covid-19 bertambah 61.185 dalam sepekan. Jumlah ini naik 2,61 persen ketimbang pekan lalu, 59.829 kasus.
 
Vaksinasi covid-19
 
Pemerintah Indonesia tak tinggal diam melihat covid-19 bergerak secara liar. Sejumlah jurus pamungkas dikeluarkan. Bahkan, ratusan triliun digelontorkan guna mendanai 'peralatan perang' agar bisa memenangkan pandemi covid-19. Upaya paling baru yang dilakukan pemerintah adalah melakukan vaksinasi covid-19 secara massal.
 
Pemerintah terus mengebut pemberian vaksinasi covid-19 bagi kelompok prioritas. Bahkan, pemberian vaksin dosis pertama dan kedua bertambah 91.628 pada Minggu, 28 Februari 2021. Penyuntikan dilakukan terhadap kelompok masyarakat dalam daftar prioritas penerima vaksin. Mulai tenaga medis, pedagang, lanjut usia (lansia), hingga jurnalis.
 
"Jumlah masyarakat yang disuntik dosis pertama bertambah 75.559 orang. Total vaksinasi dosis pertama 1.691.724," dikutip dari data Satgas Penanganan Covid-19, Senin, 1 Maret 2021.
 
Sedangkan jumlah penambahan vaksinasi tahap kedua lebih sedikit. Vaksinasi tahap kedua bertambah 16.069 dengan total 998.439 orang telah divaksin. Pemerintah menargetkan penyuntikan vaksin covid-19 kepada 181,5 juta orang dari 270 juta penduduk Indonesia.
 
 

Program ini diawali dengan penyuntikan terhadap kelompok prioritas pertama, yakni 1.468.764 tenaga kesehatan. Vaksinasi tahap pertama yang ditargetkan selesai Februari 2021 belum mencapai 100 persen. Sementara itu, vaksinasi covid-19 tahap kedua sudah dimulai pada Rabu, 17 Februari 2021. Sasaran program ini ialah petugas pelayanan publik dan masyarakat lansia.
 
Total 38 juta orang bakal menerima vaksin pada tahap kedua. Tahapan ini dimulai dari Pulau Jawa dan Bali dan ditargetkan rampung pada Mei 2021.
 
Terlalu dini
 
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Brigjen TNI (Purn) Dokter Alexander K Ginting menyebut, terlalu dini menilai perkembangan covid-19 di Tanah Air hanya melalui penambahan kasus harian. Meski tidak ditampik, beberapa hari terakhir jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia menurun.
 
"Angka kesakitan dan kepositifan berkurang dibandingkan dengan November (2020), ini masih terlalu pendek untuk nilainya. (Perkembangan covid-19) bisa kita nilai di bulan empat (April)," ujar Ginting.
 
Satu Tahun Covid-19 di Indonesia: Konsisten Perangi Pandemi
 
Selain itu, keterisian tempat tidur rumah sakit (RS) atau Bed Occupancy Rate (BOR) di bawah 70 persen belum dapat menjadi indikator positif perkembangan covid-19. Sebab, setiap rumah sakit memiliki cara yang berbeda dalam menangani pasien covid-19.
 
"Artinya rumah sakit bisa saja saat ada kasus diperluas lagi jumlah ruang isolasi. Jadi, kalau secara keseluruhan memang kasus BOR di rumah sakit sudah 70 persen dibandingkan dengan November," tutur dia.
 
Upaya pemerintah menekan penularan covid-19 melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro juga belum dapat dinilai. Sebab, PPKM berskala mikro baru diterapkan pada 9 Februari 2021.
 
"Kesadaran masyarakat di tingkat desa untuk batasi mobilisasi itu sudah terjadi, tapi dampaknya pada rantai penularan ini perlu lagi dievaluasi," jelas dia.
 
Memerangi pandemi covid-19
 
Senada, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk tak henti-hentinya memerangi penyebaran pandemi covid-19 dengan mempercepat vaksinasi dan rutin menegakkan 5M. Ia menilai pandemi covid-19 masih menjadi penghambat bagi kegiatan dan aktivitas perekonomian di Indonesia.
 
Kondisi ini tercermin dari pergerakan inflasi secara bulanan (mtm) yang mana inflasi pada Februari 2021 hanya tercatat sebesar 0,10 persen. Tingkat inflasi di sepanjang bulan lalu tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tingkat inflasi di sepanjang Januari 2021.
 
"Inflasi ini jauh lebih lambat kalau dibandingkan dengan inflasi bulan lalu, Januari 2021 dengan tingkat inflasi sebesar 0,26 persen (mtm). Juga lebih lambat dibandingkan dengan posisi Februari 2020 sebesar 0,28 persen (mtm)," ujar Suhariyanto.
 
 

Perlambatan inflasi juga terjadi secara tahunan (yoy). Pada Februari 2021, tingkat inflasi tahunannya hanya sebesar 1,38 persen, lebih lambat dibandingkan dengan tingkat inflasi Januari 2021 sebesar 1,55 persen (yoy) maupun ketimbang Februari 2020 sebesar 2,98 persen (yoy).
 
"Jadi ini mengindikasikan bahwa sampai dengan akhir Februari 2021, dampak pandemi covid-19 ini masih terus membayang-bayangi perekonomian, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara," jelas Suhariyanto.
 
Kondisi ini membuat BPS meminta pemerintah dan masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi penyebaran infeksi covid-19 di Indonesia. Bila lengah, tingkat infeksi covid-19 akan meningkat, sehingga menyebabkan kegiatan dan aktivitas masyarakat kembali turun.
 
"Tentunya ini semua perlu kita waspadai, karena pandemi akan menyebabkan mobilitas berkurang, roda ekonomi bergerak lambat, sehingga berpengaruh ke pendapatan, dan pada akhirnya berpengaruh kepada lemahnya permintaan," kata Suhariyanto.
 
Optimistis
 
Bank Indonesia (BI) menyatakan perekonomian domestik menunjukkan perbaikan secara bertahap seiring berlanjutnya pemulihan ekonomi global. Kondisi tersebut membuat bank sentral optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3 persen di sepanjang tahun ini.
 
"Implementasi vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional diperkirakan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional ke depan," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
 
Secara keseluruhan tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI berada pada kisaran 4,3 persen sampai 5,3 persen. Inflasi diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0 persen plus minus satu persen.
 
Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap rendah yaitu sekitar 1,0 persen sampai 2,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia. Di sisi lain, pertumbuhan kredit pembiayaan diprakirakan sebesar lima sampai tujuh persen.
 
Menyikapi perkembangan tersebut dan hasil asesmen keseluruhan, Bank Indonesia dalam dalam Rapat Dewan Gubernur memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
 
"Langkah tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, serta sebagai langkah lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional," pungkas Erwin.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan