Melonjaknya imbal hasil obligasi Pemerintah AS terutama bertenor 10 tahun terus menjadi perhatian para investor. Adapun lonjakan tersebut diindikasikan sebagai sinyal ekonomi Paman Sam mulai membaik. Kondisi itu didukung oleh sikap Federal Reserve yang konsisten dengan kebijakan moneter longgar demi meningkatkan inflasi bisa di atas dua persen.
Tak hanya itu, bank sentral AS berencana akan membiarkan inflasi tetap bergerak di atas dua persen, ketika target tersebut sudah tercapai. Inflasi yang dipertahankan di atas dua persen bertujuan agar perekonomian Paman Sam 'kepanasan' atau overheating. Upaya itu dilakukan Fed agar ekonomi AS bisa menutupi kerugian yang diderita ketika pandemi terjadi di 2020.
Namun, kondisi itu memberikan efek negatif bagi gerak pasar saham termasuk di pasar modal Indonesia. Melonjaknya imbal hasil obligasi AS membuat investor asing 'kembali atau pulang kampung' karena imbal hasil investasi yang ditawarkan di AS lebih menjanjikan. Hal itu yang juga membuat investor asing berskala global mulai mengurangi porsi sahamnya di Indonesia.
Economist Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin memperkirakan imbal hasil obligasi AS di April ini akan terus naik dan bakal bergerak normal di Mei 2021. Namun, mulai meredanya kenaikan imbal hasil obligasi di Mei tidak mengartikan IHSG dan nilai tukar rupiah bakal berhenti melemah. Kondisi ini patut diperhatikan oleh para investor.
Mirae Asset Sekuritas memprediksi IHSG terkonsolidasi downtrend sebagai support 5.892-5.735 dan resisten 6.195-6.281. Setidaknya ada dua faktor positif yang dapat mendukung pergerakan IHSG ke depan tetapi masih akan terdilusi oleh satu faktor negatif yaitu kondisi makroekonomi.
Sentimen positif pertama adalah laporan kinerja keuangan emiten setahun penuh di 2020 dan kuartal I-2021. Kedua adalah aksi korporasi beberapa emiten, terutama musim dividen. Tercatat akan ada beberapa emiten unggulan yang memiliki imbal hasil dividen tinggi.
Beberapa di antaranya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 3,3 persen, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 3,2 persen, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 2,7 persen, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 2,7 persen, PT Astra International Tbk (ASII) 2,3 persen, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 2,2 persen, dan PT United Traktors Tbk (UNTR) 2,1 persen.
Prospek perbaikan ekonomi global masih positif
Dari sisi makroekonomi, prospek perbaikan ekonomi global yang positif masih dibatasi kondisi di dalam negeri yang belum cukup baik. Beberapa kondisi utama adalah distribusi vaksinasi covid-19 yang masih lambat dan perekonomian kelas menengah ke bawah yang belum membaik.
Dari global, ada beberapa sentimen positif utama yang diprediksi dapat memberikan dorongan untuk penguatan pasar. Sentimen itu, didukung oleh angka aktif covid-19 dunia yang turun signifikan, kampanye vaksin terbesar sepanjang masa, dan prospek pemulihan ekonomi yang sesuai jalurnya.
"Distribusi vaksin akan menjadi kunci bagi prospek pemulihan ekonomi dunia tersebut, dan perbaikan ekonomi jangka panjangnya di tingkat global masih tetap menjanjikan,” ujar Ekonom Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menilai.
Gerak IHSG
Sebelumnya, IHSG pada Februari menguat 6,5 persen secara bulan ke bulan (mtm). Kemudian pada Maret, IHSG membukukan penurunan sebanyak minus 4,1 persen mtm. Level IHSG tertinggi-terendah berada di rentang 6.394–5.892. Sejak awal tahun, IHSG menguat tipis 0,1 persen.
Performa yang belum maksimal lantaran mayoritas rilis data ekonomi Indonesia di Maret masih minim perbaikan yang signifikan sehingga para pelaku pasar memilih berhati-hati untuk jangka panjang. Selain itu, ada kekhawatiran akan terjadinya tapering dan kenaikan suku bunga acuan di AS, seiring perbaikan ekonomi AS dan peningkatan inflasi.
"Membuat investor asing melakukan kalkulasi ulang terhadap porsi investasinya di negara berkembang. Hal ini berdampak pada penguatan USD terhadap mayoritas mata uang di dunia," kata Head Mirae Asset Sekuritas Roger.
Sementara itu, memasuki minggu ke-2 April 2021, yaitu selama periode 5-9 April 2021, pasar modal Indonesia mencatatkan data yang mayoritas bergerak positif. IHSG selama sepekan mampu menguat sebanyak 0,98 persen pada level 6.070,209 dari 6.011,456 pada pekan sebelumnya.
Kemudian peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebanyak 16,15 persen menjadi 15,907 miliar saham dari 13,695 miliar saham pada pekan sebelumnya. Peningkatan diikuti oleh rata-rata frekuensi harian bursa sebesar 4,40 persen menjadi 1.047.771 kali transaksi dari pekan yang lalu sebanyak 1.003.634 kali transaksi.
"Kapitalisasi pasar selama sepekan turut meningkat 1,02 persen menjadi Rp7.174,001 triliun dari Rp7.101,430 triliun pada penutupan pekan lalu," kata Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono.
Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian bursa berubah 10,52 persen menjadi Rp9,510 triliun dari Rp10,628 triliun pada pekan lalu. Investor asing pada Jumat kemarin mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp32,99 miliar. Sedangkan sepanjang 2021 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp8,853 triliun.
Terkonsolidasi di April
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi nilai transaksi bursa saham dan pergerakan IHSG akan terkonsolidasi pada April. Kondisi itu seiring dengan kondisi makroekonomi domestik yang belum bertenaga dan momentum puasa.
Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas Roger memprediksi nilai transaksi bursa saham akan terpangkas menjadi kisaran Rp9 triliun per hari, turun dari rerata Januari, Februari, dan Maret yang masing-masingnya Rp20 triliun, Rp15 triliun, dan Rp10 triliun per hari.
"April ada kemungkinan turun tipis menjadi sekitar Rp9 triliun per hari, faktor puasa juga biasanya akan membuat nilai transaksi harian lebih lesu dibandingkan dengan sebelumnya," kata Roger.
Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas Indonesia meyakini aksi korporasi berupa pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di sepanjang tahun ini akan tetap marak terjadi. Pasalnya, perusahaan-perusahaan bakal mencari alternatif pendanaan mengingat pandemi covid-19 menghantam keras aktivitas bisnis.
"Tahun ini gairah IPO masih penting karena kondisi seperti sekarang banyak yang mencari alternatif pendanaan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun tetap dengan memperhatikan waktu yang tepat dari kondisi pasar modal," kata Roger.
Menurutnya IPO menjadi pilihan karena pilihan paling logis. Apalagi, banyak keuntungan yang didapat oleh perusahaan ketika mencari dana melalui aksi pelepasan saham di pasar modal Indonesia. "Faktor pendorongnya karena mencari alternatif pendanaan di pasar modal yang paling logis," tuturnya.
Sementara itu, BEI optimistis target IPO tahun ini tercapai setelah melihat capaian pada kuartal I-2021. "Setelah kuartal satu ini kami optimistis terkait dengan prospek IPO 2021," kata Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna.
Hingga 30 Maret 2021, terdapat 11 perusahaan tercatat baru yang sudah masuk ke bursa. Kemudian Nyoman menyebutkan masih terdapat 22 perusahaan yang ada dalam pipeline pencatatan saham BEI. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah total IPO fundraised meningkat 11 persen, yaitu dari Rp2,7 triliun menjadi Rp3 triliun.
Dari sisi jumlah pipeline pun meningkat sebesar 120 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. "Hal tersebut menggambarkan besarnya kepercayaan dan optimisme para pengusaha di Indonesia akan pemulihan perekonomian dan juga terhadap pasar modal Indonesia pada 2021," jelasnya.
Melihat hal tersebut, Nyoman menilai, prospek IPO ke depan akan semakin baik karena pemerintah juga telah fokus pada penanganan pandemi covid-19. "Kebijakan dari regulator pasar modal yang tentunya akan membuat kondisi pasar modal Indonesia kondusif, sehingga perusahaan yang melakukan IPO dan melakukan pencatatan saham meningkat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id