Presiden Joko Widodo saat membacakan pidato kenegaraan. FOTO: dok DPR
Presiden Joko Widodo saat membacakan pidato kenegaraan. FOTO: dok DPR

Bajak Momentum Krisis

Angga Bratadharma • 18 Agustus 2020 11:11
BAJAK momentum krisis! Kalimat itu dengan tegas dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya saat sidang tahunan MPR RI dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia. Pernyataan itu tentu bukan silat lidah, melainkan keyakinan Presiden bahwa Indonesia siap kembali bangkit.
 
Dalam pidatonya, tentu banyak aspek yang disoroti terutama dari sisi kebijakan politik dan ekonomi mengingat pandemi covid-19 telah menghantam cukup keras Indonesia. Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen secara tahun ke tahun pada kuartal II-2020.
 
Mengutip catatan WHO, Selasa, 18 Agustus 2020, sampai dengan 13 Agustus 2020, tercatat ada lebih dari 20 juta kasus covid-19 di dunia dengan jumlah kematian secara global sebanyak 737 ribu jiwa. Sebanyak 215 negara, baik negara miskin, berkembang, maupun maju tanpa terkecuali, akhirnya menghadapi masa sulit diterpa pandemi covid-19.

Berangkat dari situ, kinerja ekonomi Indonesia dipertaruhkan di kuartal III. Pasalnya, jika di kuartal tersebut ekonomi Indonesia justru terkontraksi lebih besar ketimbang kuartal II maka beberapa pihak beranggapan Indonesia mengalami resesi ekonomi. Sedangkan Presiden terus menggenjot kementerian/lembaga 'berlari kencang' untuk memperbaiki ekonomi.
 
"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara upper middle income country. Lalu 25 tahun lagi, pada  usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia negara maju," kata Jokowi, dalam pidatonya.
 
Pernyataan optimistis dari Kepala Negara tentu sangat menentukan ke mana arah optimisme di Tanah Air. Apalagi, banyak negara di dunia mulai memperlihatkan kelesuan kinerja ekonominya. Ekonomi Jepang, misalnya, menyusut secara tahunan sebesar 27,8 persen dari kuartal sebelumnya pada periode April-Juni.
 
Pertumbuhan yang minus cukup signifikan ini menandai rekor kontraksi terdalam karena pandemi covid-19 global menahan aktivitas ekonomi, yang terjadi di tengah pembatasan dalam keadaan darurat. Menurut Kantor Kabinet Jepang, data awal PDB ini setara dengan penurunan 7,8 persen yang disesuaikan secara musiman pada basis kuartalan.
 
Bajak Momentum Krisis
 
Ekonomi terbesar ketiga di dunia ini mencatat data pertumbuhan negatif untuk kuartal ketiga berturut-turut. Angka tersebut menandai kontraksi terbesar dalam 40 tahun sejak kuartal April-Juni 1980. Meskipun seorang pejabat Kantor Kabinet mengatakan penurunan ekonomi bersejarah bisa menjadi yang terburuk sejak 1955 dibandingkan dengan saat ini.
 
Sedangkan ekonomi Amerika Serikat terkontraksi cukup tajam yakni minus 32,9 persen di kuartal II-2020. Pelemahan yang sangat dalam itu menunjukkan parahnya hantaman virus korona yang memicu resesi ekonomi Paman Sam, terlebih kasus infeksinya terus meningkat hingga sekarang ini.
 
Kondisi itu merupakan penurunan terdalam sejak Pemerintah AS mulai membuat catatan pertumbuhan ekonomi pada 1947. Sedangkan di kuartal pertama 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) riil mengalami kontraksi di tingkat tahunan sebesar lima persen. Adapun sampai saat ini, Pemerintah AS masih terus berupaya memutus mata rantai penyebaran virus korona.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan