Namun ternyata, pemulihan tersebut seperti semu. Pasalnya, pemulihan yang terjadi diiringi dengan risiko lain seperti melonjaknya inflasi, bermutasinya covid-19, dan terjadinya krisis energi. Hal tersebut membuat upaya pemulihan terkikis dari waktu ke waktu. Alhasil, ancaman krisis ekonomi global berlanjut dan perlu diwaspadai oleh semua pihak.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyadari hal tersebut dan mendesak negara-negara Kelompok 20 (G20) untuk mengambil tindakan tegas guna mengakhiri pandemi covid-19 dan mengamankan pemulihan ekonomi global.
"IMF baru-baru ini mengurangi perkiraan pertumbuhan globalnya menjadi 5,9 persen untuk tahun ini. Prospeknya sangat tidak pasti, dan risiko penurunan mendominasi," kata Georgieva.
Dari kaca mata IMF, pemulihan global terhambat terutama oleh varian virus baru, dampak ekonomi, dan gangguan rantai pasokan. Adapun pandemi covid-19 tetap menjadi risiko terbesar bagi kesehatan ekonomi, dan dampaknya diperburuk oleh akses yang tidak setara ke vaksin dan perbedaan besar dalam kekuatan fiskal.
Melihat catatan IMF, terlalu banyak negara berkembang yang sangat kekurangan vaksin dan sumber daya untuk mendukung pemulihan mereka. Sekitar 75 negara dengan sebagian besar di Afrika, tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target 2021 yang ditetapkan IMF dan lembaga internasional lainnya untuk memvaksinasi setidaknya 40 persen orang di akhir 2021.

Untuk membuat negara-negara ini berada di jalur yang benar maka benar kata Bos IMF bahwa G20 harus menyediakan sekitar USD20 miliar lebih banyak dalam dana hibah untuk pengujian, perawatan, pasokan medis, dan vaksin, untuk menutup kesenjangan pembiayaan yang vital.
Jika covid-19 memiliki dampak yang berkepanjangan, itu dapat mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) global dengan kumulatif USD5,3 triliun selama lima tahun ke depan, relatif terhadap proyeksi saat ini. "Kita harus mengambil ini dan langkah-langkah lain untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat pemulihan," kata Georgieva.
Varian baru covid-19
Risiko yang mengancam ekonomi global tidak berhenti sampai di situ saja. Pasalnya, munculnya varian baru covid-19 bernama Omicron juga ikut meramaikan. Varian baru tersebut menjadi perhatian penuh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Bahkan, WHO menyebut varian baru itu sebagai 'mengkhawatirkan'.Varian baru bernama Omicron sudah terdeteksi di beberapa negara sejak pertama kali ditemukan di Benua Afrika. Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus. Varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Situasi epidemiologis di Afrika Selatan ditandai tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta. Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, ketimbang Variant of Concern (VOC) lainnya.
Diagnostik PCR SARS-CoV-2 saat ini terus mendeteksi varian ini. Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa untuk satu tes PCR yang banyak digunakan, salah satu dari tiga gen target tidak terdeteksi (disebut dropout gen S atau kegagalan target gen S).
WHO mengungkapkan tes ini dapat digunakan sebagai penanda untuk varian Omicron sambil menunggu hasil dari sekuensing (metode untuk mengetahui penyebaran mutasi virus SARS-Cov2).
Berdasarkan bukti-bukti yang sudah ada, WHO menetapkan varian Omicron sebagai VOC. VOC diartikan sebagai varian virus korona yang menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat memengaruhi efektivitas vaksin. Sebelum Omicron, WHO telah menetapkan varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta sebagai VOC.
Dengan demikian, WHO meminta agar negara-negara untuk meningkatkan upaya pengawasan dan pengurutan untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar. WHO mengingatkan agar individu untuk mengurangi risiko covid-19, termasuk kesehatan masyarakat dan tindakan sosial yang terbukti.
"Seperti mengenakan masker yang pas, kebersihan tangan, menjaga jarak fisik, meningkatkan ventilasi ruang dalam ruangan, menghindari ruang ramai, dan mendapatkan vaksinasi," tegas WHO.
Belum ada penularan
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sejauh ini Indonesia belum menemukan adanya penularan dari varian baru virus korona B.1.1.529 atau Omicron. Ia memastikan Indonesia dan dunia saat ini lebih cepat dalam mengidentifikasi setiap varian baru virus korona karena telah adanya laboratorium yang mumpuni.
"Kita tidak perlu terlalu panik, terburu-buru mengambil kebijakan yang tidak berdasarkan data," kata Budi.
Kendati demikian, pemerintah mulai melakukan antisipasi, salah satunya dengan membatasi kedatangan Warga Negara Asing (WNA) dan mewajibkan seluruh pendatang dari luar negeri, baik melalui udara, laut, maupun darat, untuk menjalani karantina.
Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Nomor IMI-269.GR.01.01 Tahun 2021 yang berlaku efektif mulai tanggal 29 November 2021.
Timbulkan ancaman
Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell percaya varian baru covid-19 yang bernama Omicron termasuk adanya peningkatan baru-baru ini dalam kasus virus korona menimbulkan ancaman bagi ekonomi Amerika Serikat (AS). Bahkan, kondisi tersebut mengacaukan prospek inflasi yang kini tak menentu."Peningkatan kasus covid-19 baru-baru ini dan munculnya varian Omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi serta meningkatkan ketidakpastian inflasi," kata Powell.
Senada dengan Powell. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen meyakini varian Omicron dari covid-19 dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Hal itu dengan memperburuk masalah rantai pasokan dan menekan permintaan.
Yellen mengutip banyak ketidakpastian tentang dampak dari varian yang sangat menular, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, mengingat perlambatan ekonomi AS yang parah yang disebabkan oleh munculnya varian Delta dari covid-19 awal tahun ini.
"Mudah-mudahan itu bukan sesuatu yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Ada banyak ketidakpastian, tetapi itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu," kata Yellen.
Yellen mengatakan jenis baru virus korona dapat memperburuk masalah rantai pasokan dan meningkatkan inflasi, tetapi juga dapat menekan permintaan dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat, yang akan mengurangi beberapa tekanan inflasi.
Adapun penyebaran Omicron telah mengguncang pasar keuangan dan mendorong pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk memperketat pembatasan perjalanan dan tempat kerja. Amerika Serikat melaporkan kasus pertama penularan komunitas dari varian baru pada Kamis, 2 Desember.
Optimistis ekonomi tumbuh
Meski dihantui sejumlah risiko terutama kemunculan Omicron, tetapi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi di Tanah Air bisa mencapai 3,5 sampai empat persen di tahun ini. Keyakinan untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh keberhasilan pemerintah dalam menangani covid-19 varian delta.Meski demikian, pemerintah akan tetap waspada terhadap kemungkinan adanya mutasi-mutasi baru yang bisa mengganggu pemulihan ekonomi. Adapun upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun bukan hal mudah. Apalagi Indonesia sempat menghadapi kenaikan kasus covid-19 pada awal 2021, yang disusul varian delta di pertengahan tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kementerian Keuangan
"Saat ini kita berada di level terendah dalam hal jumlah aktif maupun penularan covid-19. Ini bukan berarti Indonesia berpuas diri dengan pencapaian ini. Kami sangat waspada dan tentunya mencermati apa yang sebenarnya sedang terjadi di berbagai belahan dunia dengan meningkatnya kasus atau mutasi kasus baru Omicron," jelas dia.
Tak ditampik, ekonomi Indonesia dari waktu ke waktu terus pulih. Hal itu bisa terlihat dari geliat aktivitas masyarakat dan imbasnya terhadap perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan harga pada November 2021 mengalami inflasi 0,37 persen. Inflasi pada bulan lalu merupakan yang tertinggi baik secara bulanan maupun tahunan selama 2021 ini.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan inflasi yang cukup tinggi pada bulan lalu menandakan sudah mulai ada perbaikan ekonomi. Pasalnya kenaikan harga mengindikasikan adanya kenaikan permintaan barang dan jasa. "Karena transaksi barang dan jasa semakin banyak dan inflasi naik itu indikasi di situ sudah mulai tanda-tanda pemulihan ekonomi secara umum," kata dia.
Adapun inflasi pada November 2021 yang disumbang oleh minyak goreng, telur ayam ras, cabai merah, hingga daging ayam ras menunjukkan adanya kenaikan permintaan sehingga harganya juga meningkat. Selain itu, andil inflasi dari kenaikan tarif angkutan udara juga menunjukkan adanya kenaikan permintaan dari masyarakat.
Pada November 2021, tarif angkutan udara memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. "Karena mobilitas penduduknya sudah mulai membaik, maka permintaan terhadap angkutan udara itu semakin banyak. Sehingga kalau permintaan tinggi, maka ada kenaikan harga di situ," ungkap dia.
Dengan inflasi 0,37 persen pada bulan lalu, BPS mencatat inflasi secara tahun kalender atau year to date (ytd) sebesar 1,30 persen. Sementara inflasi secara year on year (yoy) dibandingkan dengan November tahun lalu adalah 1,75 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
             Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
                 
                 
                 
                 
                