Sementara itu, bank sentral Australia diperkirakan membahas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 25 atau 50 basis poin (bps) pada pertemuan kebijakan Juli, mengecilkan kemungkinan kenaikan yang lebih besar. Langkah itu diyakini bakal ditempuh guna menjaga agar inflasi berada di level yang aman.
Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe mengatakan harga pasar untuk suku bunga tunai 0,85 persen saat ini untuk mencapai setinggi 4,0 persen pada akhir tahun akan menjadi pengetatan paling agresif dalam catatan. "Ada beberapa spekulasi bahwa RBA dapat menaikkan suku bunga 75 bps pada Juli atau Agustus, mengingat lonjakan inflasi dan kenaikan besar-besaran (suku bunga acuan) baru-baru ini oleh The Fed," tutur Lowe.
Tak hanya itu, bank sentral Swiss dan bank sentral Inggris juga menaikkan suku bunga. Langkah tersebut sebagai efek berantai dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve guna meredam inflasi yang kian melonjak dari waktu ke waktu. Adapun inflasi yang memanas tentu menjadi risiko besar karena berdampak panjang terhadap masyarakat.
Mempertahankan suku bunga
Namun bagi Indonesia, situasi dan kondisi itu belum membuat Bank Indonesia (BI) ikut tren suku bunga tinggi sejalan dengan tingkat inflasi yang sampai saat ini terkendali di level yang aman. Posisi terakhir, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Keputusan ini diambil berdasarkan asesmen dan proyeksi berbagai indikator ekonomi global dan dalam negeri.Baca: Kartu Prakerja Gelombang 35 Dibuka, Ini Cara Daftarnya |
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis, 23 Juni 2022.
Kebijakan mempertahankan suku bunga acuan ini juga diikuti dengan langkah bank sentral untuk mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen. Selain itu, suku bunga lending facility tetap dipertahankan sebesar 4,25 persen. Ke depan ketidakpastian ekonomi global masih akan tinggi seiring dengan munculnya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global.
Hal itu termasuk sebagai akibat dari semakin meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama pangan yang ditempuh oleh berbagai negara. "Untuk itu, Bank Indonesia terus menempuh berbagai langkah penguatan bauran kebijakan," kata dia.
Adapun BI memperkirakan perkembangan harga hingga minggu keempat Juni 2022 mengalami inflasi 0,50 persen. Hal ini berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan bank sentral pada minggu keempat Juni 2022. Inflasi pada bulan ini disumbang oleh kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit merah. Selain itu, inflasi juga datang dari bawang merah, telur ayam, hingga tomat.
"Penyumbang utama inflasi Juni 2022 sampai dengan minggu IV yaitu cabai merah sebesar 0,17 persen (mtm) dan cabai rawit sebesar 0,11 persen (mtm)," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Komoditas bawang merah menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), telur ayam ras 0,05 persen sebesar (mtm), tomat sebesar 0,04 persen (mtm), air kemasan, nasi dengan lauk, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), kangkung, bayam, sabun detergen bubuk/cair, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).